View Full Version
Kamis, 16 May 2013

Engkong Menjelang Ujung Senja Kehidupannya

Jakarta (voa-islam.com) Engkong mengerti dan memahami tentang ujung kehidupannya. Kematian. "Kullu nafsin daa'ithul maut" (tiap-tiap jiwa akan mati). Tidak ada sesuatu mahkluk ciptaan-Nya tetap kekal. Semuanya akan berakhir. Kembali kepada pencipta-Nya. Allah Rabbul Alamin.

Engkong mengerti dan memahami tidak ada siapapun dan apapun yang dapat menyertainya saat kematian. Di alam kubur. Di akhirat. Ketika kelak menghadap Rabbul Alamin.

Tidak hartanya. Tidak segala miliknya berupa benda. Tidak isterinya, anaknya, keluarganya, pangkat, jabatannya, pengikutnya yang jutaan pun, tak akan dapat membelanya. Semua berpisah. Sendirian.

Engkong hanya disetai oleh segala amalnya, ketika ada di dunia. Itulah teman yang akan menyertainya. Bukan siapapun dan apapun. Ketika di "yaumul jaza'" dan "yaumul hisab", akan ada mizan (timbangan) yang adil. Timbangan itu yang akan menentukan nasib Engkong selama-lamanya. Kekal, abadi, dan tak akan pernah berubah. "Kholidina fiha abada" (kekal selamanya).

Apakah nanti Engkong akan masuk golongan "assyabiquunal awwalun (para shalafus shalih), dan golongan kanan (ashabul yamin), yang pasti akan dijamin masuk surga, atau justeru masuk golongan kiri (ashabul syimal), dan akan dimasukkan ke dalam neraka, dan kekal  didalamnya.

Nasib Engkong hanya ditentukan oleh pilihannya, ketika masih hidup di dunia. Semua amal yang  pernah dilakukan akan dihisab. Tak ada amalannya, tanpa hisab. Semua dihitung. Semua akan dinilai. Timbangan (mizan) yang sangat adil, pasti akan menentukan nasibnya. Allah Azza Wa Jalla akan memberikan keadilan kepada Engkong.

Engkong akan dimintai pertanggungjawaban segala amalannya. Tidak ada amalan yang tidak dinilai. Sebiji zarah (atom) amal  kebajikan akan mendapatkan balasan. Sebiji zarah (atom) amal keburukan juga akan mendapatkan ganjaran. Tak ada yang tidak mendapatkan balasan dari pemilik langit dan bumi ini, yaitu Allah Rabbul Alamin.

Engkong akan mempertanggungjawabkan segala amalnya dihadapan Rabbnya, tentang adakah ia pernah berbuat dosa besar, diantaranya berbuat syirik? Adakah pernah ia mengajak berbuat syirik dan kemungkaran, durhaka, dan maksiat kepada Rabbul Alamin?

Adakah Engkong pernah lalai, menyelisihi terhadap syariah-Nya, menolak syariah-Nya, menolak menegakkan syariah-Nya, mengingkari kebenaran-Nya, menolak kebenaran hukum-hukum-Nya? Berdusta terhadap Kitabullah, tidak berqudwah kepada Rasul-Nya? Berwala' kepada manusia-manusia yang memusuhi agama-Nya?

Dari mana harta kekayaan Engkong? Adakah harta yang dimilikinya itu halalan thoyibah? Adakah hartanya dan kekayaannya itu bersumber dari jalan kotor, jalan yang dimurkai Allah, dan masuk dalam hal haram? Digunakan untuk apa harta kekayaannya yang begitu banyak itu? Adakah dalam rangka fi sabilillah, taat kepada Rabb, memperjuangkan din-Nya, atau justeru hanya untuk kesombongan, dan mengingkari Rabbul Alamin?

Semuanya akan ditanyakan oleh Rabbul Alamin. Bukan oleh penyidik hukum. Penanyanya adalah yang menjadi pemilik langit dan bumi serta seluruh alam semesta. Penanyanya Engkong yang menciptakan seluruh alam semesta dan jagat raya serta seisinya. Penanyanya Engkong yang menghidupkan dan yang mematikan. Penanyanya Engkong adalah Maha Kekal dan Maha Adil.

Engkong pasti akan mendapatkan keadilan. Seadil-adilnya nanti di akhirat. Bukan di dunia. Keadilan di dunia hanyalah artifisial. Semu belaka. Tetapi, Engkong nanti akan mendapatlkan bentuk keadilan, dan tidak pernah dibayangkan oleh siapapun di dunia ini. Kecuali orang-orang Mukmin yang muttaqin.

Diujung senja kehidupan, saat Engkong sudah mulai tua, pisiknya sudah mulai luruh, bersamaan datangnya usia senja, tiba-tiba wajah Engkong disaksikan oleh berjuta-juta manusia melalui telivisi. Engkong masih berusaha tegar. Tak nampak guratan kesedihan.

Hanya bersamaan dengan datangnya malam, saat langit hanya temparan oleh bintang-bintang, rembulan yang sudah menipis. Tak nampak lagi pendar-pendar kehidupan, di atas tempat tidurnya, titik-titik air mata meleleh dipipinya, tanpa terasa.

"Engkong bergumam mengapa semua bisa terjadi? Mengapa semua bisa menimpaku? Mengapa semua bisa menjadi kenyataan? Mengapa semuanya kejadian ini harus terjadi diujung usiaku?", gumamnya.

"Adakah akan menapaki jalan khusnul khatimah diujung hidupku?", suaranya terdengar lirih di atas tempat tidur?

Dipinggir Engkong nampak isterinya Ningrum  menemaninya, saat gelisah yang menyelimutinya.

"Kong mari kita tinggalkan semuanya, dan kembali kepada Rabbul Alamin. Tak ada gunanya harta, kekayaan, kekuasaan, semuanya akan sia-sia dihadapan Rabbul Alamin. Mari kita hampiri khusnul khotimah", ucap isterinya lirih.

Isterinya yang sudah menyertainya puluhan tahun itu, hanya bisa menatapnya dengan penuh cinta dan sayang, sembari mengatakan, "Kong, sungguh Allah Rabbul Alamin, itu maha pengampun, dan akan menerima taubat hambanya", sambil mencium kening Engkong.

Tak lama terdengar kumandang adzan subuh, yang lamat-lamat terdengar dari mushala, yang berada di seberang bukit. Engkong mencoba bangun, mengambil air wudhu, mencoba menemui Rabb nya di ujung  pagi kehidupan itu. Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version