Cairo (voa-islam.com) Militer Mesir menyerbu sejumlah masjid dan tempat-tempat yang menjadi konsentrasi pendukung Presiden Mursi yang mengakibatkan ratusan orang syahid, dan lebih 5.000 orang yang terluka, Sabtu,27/7/2013.
Pasukan militer atas instruksi Menteri Pertahanan Mesir, Jendral Abdul Fattah Al-Sissi melakukan penyerbuan ke berbagai masjid, dan tempat-tempat konsentrasi massa demonstran yang mendukung Presiden Mursi. Pasukan elite Mesir yang didukung preman dan mantan anggota Partai NDP (Partai Mubarak), terus membantai pendukung Presiden Mursi, tanpa jeda.
"Mereka tidak menembak untuk melukai, mereka menembak untuk membunuh," kata juru bicara Ikhwanul Muslimin Jihad El-Haddad. "Banyak kurban yang akibat terkena tembakan di kepala dan dada mereka", ungkap Hadad.
Aksi kekerasan militer yang menggunakan segala jenis senjata termasuk menggunakan senjata kimia, dan para pemimpin Ikhwan menyerukan campur tangan internasional.
Sementara itu, Sekjen OKI Ihsanoglu dari Turki, dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Mursi, besok (Ahad). Militer benar-benar tanpa ada sedikitpun rasa kemanusiaan membantai para pendukung Presiden Mursi secara membabi buta.
Stasiun televisi Al Jazeera Mesir menunjukkan petugas medis di rumah-rumah sakit kewalahan, dan bahkan banyak rumah sakit yang sudah tidak mampu lagi menampung para korban, guna mendapatkan perawatan. Banyak korban yang syahid dan terluka, terutama yang berada di kawasan Masjid Rabaa al-Adawiya, timur laut Kairo.
El-Haddad mengatakan, polisi mulai menembakkan peluru dan gas air mata terhadap demonstran rasa yang berada di jalan dekat masjid sejak pukul 3:00 (0100 GMT). Tak lama setelah itu, selanjutnya disusul pasukan tentara menembakkan peluru tajam, dan berbagai jenis senjata termasuk menggunakan senjata kimina.
Pertumpahan darah itu terjadi sehari setelah para pendukung dan penentang Mursi melakukan unjuk rasa, dimanta hampir 2 juta pendukung Muris berunjuk rasa di seluruh Mesir. Sementara pendukung militer kalangan oposisi hanya berjumlah sedikit, dan berpusat di Tahrir Square.
Juru bicara Ikhwanul Muslimin Mohamed al-Baltaji menyerukan bantuan dan campur tangan internasional bagi korban kekejaman militer yang sekarang ini menghadapi kondisi yang sangat buruk di berbagai rumah sakit di Mesir.
"Kami mengharapkan bantuan dari masyarakat internasional. Bulan Sabit Merah Internasional harus segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan nyawa ratusan orang terluka oleh peluru tajam", ujarnya.
Para pejabat rumah sakit Sahra juga mengatakan kepada sejumlah wartawan di Cairo, bahwa jumlah orang yang terluka mencapai ribuan dan setidaknya 300 syahid ditembak dengan peluru tajam.
Jamaah Ikhwanul Muslimin membenarkan terjadinya penumpasan secara massal oleh tentara untuk memusnahkan gerakan yang muncul dari revolusi Musim Semi Arab terhadap otokrat Hosni Mubarak 2011, kemudian Presiden Mohamad Mursi yang terpilih secara demokratis hanya setahun berkuasa, dan kemuidan digulingkan melalui kudeta oleh militer, yang didukung kalangan sekuler, Israel, dan Amerika Serikat.
"Pada hari ini, kita tahu semua harga yang harus dibayar, dan ini tidak lebih dari fantasi seorang jenderal militer, dan kediktatoran militer," kata juru bicara Ikhwanul gehad El-Haddad. "Kami terus protes akan melakukahn kami di jalan-jalan", ujarnya.
"Kelompok preman - di bawah perlindungan pasukan keamanan - mengepung masjid, di mana puluhan demonstran anti-kudeta telah mengungsi, namun anggota Ikhwanul berhasil mengakhiri pengepungan," kata juru bicara IKhwan Anas al-Qadhi kepada Anadolu.
Mesir memasuki kembali ke zaman kegelapan. Seperti yang terjadi di zaman Gamal Abdul Nasser yang melakukan pembantaian terhadap anggota dan tokoh-tokoh Ikhwan secara massal, di dekade 50 an. Sekarang dilakukan oleh Menteri Pertahanan Mesir, Abdul Fattah al-Sissi.
Jika Jamaah Ikhwan tetap dengan pendiriannya, dan tidak melakukan negosiasi dalam bentuk apapun dengan militer, sebagai bentuk kompromi, maka Ikhwan akan mengambil kemenangan. Itulah ujian bagi orang-orang mukmin. Wallahu'alam.