Jakarta (voa-islam.com) Mereka selalu mengalunkan lantunan do'a pagi dan petang, sambil terus berdzikir mengingat Rabbnya. Begitu mereka menjalani kehidupan. Ketika mereka dipenjara pun, tak pernah lupa, selalu mengalunkan untaian do'a rabithah.
"Ya Rabb, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati itu telah berhimpun untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru dakwah di jalan-Mu, berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya .. Rabb, abadikanlah kasih-sayangnya, tunjukkan jalannya, dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak akan pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu. Hidupkanlah dengan ma'rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Amiin. Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Muhammad, keluarganya, dan semua shahabatnya".
Do'a yang menjadi penguat hati itu, tak pernah ditinggalkan betapapun sulitnya kondisi yang mereka hadapi.Dari masa ke masa. Dari rezim ke rezim lainnya.
Para anggota Ikhwan selalu mendambakan satu tujuan, yaitu mati syahid, dan menjadi syuhada'. Semboyan mereka tertanam dalam jiwa dan raga, yang begitu agung, yaitu "hidup mulia atau mati syahid". Mati syahid menjadi cita-cita tertinggi mereka, dan mereka selalu mendambakan sebagai syuhada yang kelak mendapatkan jaza' (balasan), sebagai mana para salaf, yaitu al-jannah, dan kekal selamanya.
Karena itu, para anggota Ikhwan dan para pemimpinnya bisa selalu sabar, dan memiliki sikap tsabat (teguh), betapapun beratnya cobaan yang mereka hadapi. Tak pernah mereka kemudian menjadi "insilah" (berkhianat) terhadap cita-cita yang menjadi keyakinan mereka. Mereka tetap berada dalam barisan dakwah Ikhwan, betapapun sulitnya kondisi yang mereka hadapi.
Mereka memiliki cita-cita yang sangat mulia, selain hanya mengharapkan ridha dari Rabbnya semata, tetapi setiap anggota Ikhwan telah tertanam dalam dada mereka, kewajiban yang melekat yaitu membebaskan negeri-negeri muslim yang terjajah.
Maka, ketika awal Jamaah Ikhwan berdiri, dan menginjak dekade kedua, saat berdiri entitas Zionis-Israel, di tanah Palestina, pendiri Jamaah Ikhwan menyerukan jihad, dan ribuan kader Ikhwan bergegas menuju Palestina melawan dan berjihad menghadapi perampok dan perampas tanah rakyat Palestina, yaitu Zionis-Israel.
Jamaah Ikhwan selalu terlibat dengan sangat aktive membebaskan negeri-negeri muslim yang dijajah. Seperti Afghanistan. Di mana tandzim Ikhwan dan tokoh-tokohnya terlibat aktif, berjuang bersama dengan Harakah Islamiyah lainnya, membebaskan Afghanistan dari tangan Soviet.
Peran Mursyid 'Aam Jamaah Ikhwanul Muslimin, Mustafa Masyhur, dan sejumlah tokoh Ikhwan lainnya, seperti Abdullah Azzam, mengerakan pemuda-pemuda Ikhwan seluruh dunia, berjihad melawan penjajah Soviet.
Bersama kaum muslimin Afghanistan dan tokoh-tokoh jihad lainnya, membebaskan negeri itu dari tangan-tangan penjajah. Sampai hari ini, Ikhwan tak pernah diam terhadap penjajahan yang terjadi di Irak, Palestina, Afghanistan, Bosnia, Chechnya, Somalia, dan sejumlah wilayah lainnya.
Meskipun, sejak Jamaah Ikhwanul Musliminn didirikan oleh Hasan al-Banna, tahun l928, tak pernah lepas dari mihnah (cobaan), dan petaka yang silih berganti. Bahkan, pendiri Jamaah Ikhwan, Hasan al-Banna, tewas ditembak oleh militer di zaman Raja Farouk. Kolaborasi antara Raja Farouk dan penjajah Inggris, membunuh Hasan al-Banna.
Para pemimpin Ikhwan dan kader-kadernya,mereka tak pernah luput dari kejaran para penguasa, dan mereka menghadapi penjara puluhan tahun. Mereka menghadapi penyiksaan. Mereka menghadapi penderitaan yang luar biasa. Tetapi, mereka tetap bersabar, dan tak pernah menyerah dengan segala bentuk kezaliman yang terus menjadi penguji keimanan mereka.
Selain Mursyid 'Aam pertama Hasan al-Banna, yang tewas dibunuh, tokoh penggantinya,seperti Hasan Hudaibi, Umar Tilmisani, Hamid Abu Nasr, Mustafa Masyhur, Ma'mun Hudaibi, Mahdi Akif, dan sekarang Mohamad Badie, semuanya merasakan manis dan pahitnya hidup dipenjara. Mereka benar-benar menghayati kekejaman dan kezaliman para penguasa Mesir.
Tetapi, para pemimpin dan anggota Ikhwan tak pernah letih, tetap bersabar. Tak mengeluh dengan segala penderitaan yang mereka alami. Mereka menyadari sepenuhnya. Sebab, menegakkan dan membela agama Allah, al-Islam, pasti akan menghadapi segala resiko dan tantangan yang tidak sedikit.
Sekalipun, penderitaan dan kesulitan yang mereka hadapi, tak pernah sebanding dengan apa yang dialami oleh para salafush shallih, para shahabat, dan tabiin, ketika mereka berjuang menegakkan agama Allah itu. Karena itu, mereka tak pernah berkeluh kesah,dan tetap istiqomah.
Seperti di hari Shubuh pagi, di depan gedung pasukan Garda Republik, mereka dibantai dengan tembakan, dan di alun-alun Masjid Rabi'ah al-Adawiiyah, ratusan anggota Ikhwan telah tewas, tak sedikitpun membuat mereka, kehilangan kontrol dan commonsen (akal sehat), mereka tetap melanjutkan gerakan mereka, menghadapi rezim militer yang sangat lalim.
Mereka sangat mengerti tentang siapa musuh-musuh yang dihadapinya? Mereka mengerti karakter dan tabiat musuh yang mereka hadapi? Mereka tetap bersabar.
Musuh-musuh Ikhwan yang menggulingkan pemerintahan Presiden Mursi, tak lain, musuh bangsa dan rakyat Mesir, yaitu Zionis-Israel. Sementara itu, Raja Farouk, Jenderal Mohamad Najib, Jendrar Gamal Abdul Nasser, Marsekal Anwar Sadat, Marsekal Honsi Mubarak, hanyalah kaki-tangan Zionis-Israel.
Selamanya, kekuatan kaum kufur akan bersatu padu menghadapi orang-orang mukmin yang ingin menegakkan agama Allah. Mereka tidak pernah ridha dengan bangunan al-Islam. Mereka akan terus selamanya, berusaha menghancurkan setiap bangunan Islam yang lahir, dan tumbuh di muka bumi ini. Tetapi, Allah Rabbul Alamin, menjanjikan kemenangan bagi orang-orang mukmin.
Dengan sebuah keyakinan para pemimpin Jamaah Ikhwan dan anggotanya tentang kemuliaan al-Islam, sebagai din yang sempurna, dan adanya jaminan dari pemilik-Nya, Allah Rabbul Alamin, Yang Maha Agung, Maha Sempurna, Maha Tinggi Kekuasaan-Nya, dan tak ada kekuatan mahkluk yang dapat menandinginya, maka para pemimpin Jamaah Ikhwan terus berjalan menapaki perjuangan menegakan dan meninggikan agama Allah al-Islam.
Betapapun mereka harus menghadapi cobaan dan ujian yang sangat berat. Mereka mengingat perjuangan Nabi Shallahu alaihi wassalam, para shahabat, dan mereka memahami bahwa perjuangan mereka tetap tidak sebanding, bila dibandingkan dengan para shalafus shalih, ketika mereka awal mendakwahkan agama Allah itu.
Mereka tetap bersabar. Karena itu, mereka tak pernah berkompromi dengan segala bujukan, seperti yang sekarang dilakukan oleh utusan Amerika Serikat, UEA (United Emirat Arab), Qatar, dan Kuwait, yang menemui mereka di penjara. Mereka akan tetap bersabar dan meyakini janji Allah Azza Wa Jalla. Wallahu'alam.