View Full Version
Rabu, 14 Aug 2013

Presiden Interim Mesir Al-Adl Mansur : Mesir Dalam Keadaan Darurat

Cairo (voa-islam.com) Presiden Ad-Interim Mesir, Al-Adl Mansur, melalui telivisi negara, mengumumkan negara keadaan darurat. Pengumuman itu bersamaan berlangsungnya pembantaian terhadap para pendukung Presiden Mohamad Mursi. 

Ratusan para pendukung Presiden Mursi tewas, dan ribuan lainnya mengalami luka-luka, akibat pembantaian yang dilakukan militer secara biadab. Militer dengan menggunakan senjata tajam, dan segala jenis senjata melakukan penembakan dengan membabi-buta, dan mengakibatkan banyaknya jatuh korban.

Keadaan darurat akan dimulai pukul 04:00 waktu setempat (14:00 GMT) dan akan berlangsung selama satu bulan, kata pernyataan itu pada Rabu sore.

Langkah-langkah yang luar biasa itu sebagai langkah untuk memulihkan, "keamanan dan ketertiban nasional dari ancaman bahaya, karena sabotase yang disengaja, dan serangan terhadap gedung-gedung publik dan swasta dan hilangnya kehidupan oleh kelompok-kelompok ekstremis," kata presiden.

Presiden Adly Mansour,  "memberikan wewenang kepada angkatan bersenjata dan bekerja sama dengan polisi untuk mengambil semua langkah yang diperlukan, menjaga keamanan dan ketertiban serta melindungi harta benda publik, swasta dan kehidupan warga", tegas Presiden

Pengumuman itu datang di tengah pembantaian  oleh pasukan keamanan terhadap para pendukung Presiden Mursi yang terus melakukan aksi di pusat kota Cairo.

Korban meninggal Konflik

Laporan yang saling bertentangan telah muncul selama jumlah orang yang tewas pada hari Rabu.

Departemen Kesehatan mengatakan 95 orang tewas dalam bentrokan yang terjadi secara nasional, dengan 974 lainnya luka-luka.

Namun, beberapa pendukung Presiden  Mursi, dan para pejabat Ikhwanul Muslimin mengatakan korban tewas adalah setinggi 2.200, dengan sekitar 10.000 cedera.

Wartawan tewas

Ammar Beltagi, putra Mohammad Beltagi, Ketua Partai Kebebasan dan Keadilan sayap dari Jamaah Ikhwanul, mengatakan kepada Al Jazeera Asmaa, adiknya yang berumur 17 tahun , ditembak dan dibunuh di Rabaa al-Adawiya di Kota Nasr.

Dua wartawan juga tewas saat meliput kekerasan. Mick Deane, seorang juru kamera untuk berbasis di Inggris Sky News channel, dan Habiba Abd Elaziz, seorang reporter untuk koran Xpress berbasis di UEA, tewasl akibat luka tembak.

Namun, para pendukung Presiden Mursi tidak ada yang mau menyerah, dan mereka telah mengatakan bahwa suara tembakan tidak akan menakut-nakuti mereka, tandasnya.

Tayangan televisi menunjukkan yang terluka dibawa ke pusat medis darurat serta polisi menyeret korban-korban pengunjuk rasa, yang telah menolak ultimatum oleh otoritas militer yang ingin mengakhiri demonstrasi mereka.

Mensikapi tindakan biadab pemerintah dan militer Mesir itu,  Ikhwanul Muslimin mendesak rakyat Mesir untuk turun ke jalan di seluruh negeri untuk "menghentikan pembantaian".

Wartawan al-Jazeera D. Parvaz, melaporkan dari sebuah rumah sakit darurat di dekat Rabaa duduk-in, mengatakan bahwa orang-orang di daerah tidak akan tergoyahkan. "Tidak ada yang bersedia untuk menyerah, dan mereka telah mengatakan bahwa suara tembakan tidak akan menakut-nakuti mereka".

Parvaz mengatakan rumah sakit darurat  didirikan di pintu masuk masjid-masjid  setempat menolong para demonsttran yang terluka dan tewas. "Mereka membawa para korban tembak, dari segala usia, dengan luka di mana-mana", ungkapnya.

Nampaknya, rezim baru dan militer Mesir seperti diungkapkan oleh seorang pejabat Mesir Mekki, mengambil skenario seperti Aljazair, di mana sesudah FIS (Front Islamic Salvation) memenangkan pemilu, kemudian dibatalkan  dan FIS dilarang, dan dilanjutkan dengan tindakan represif total. af/aljz



latestnews

View Full Version