Jakarta (voa-islam.com) Mukmin itu digambarkan sebagai "Kal jasadi wahid" (satu tubuh). Bila salah satu bagian tubuh sakit, maka seluruh bagian tubuh ikut merasakan sakitnya. Itulah hakikat Mukmin. Tidak pernah membiarkan bagian tubuh yang satu membiarkan bagian tubuh lainnya merasakan sakit.
Bagaimana kalau ada musuh mengoyak dan merusak bagian tubuh Mukmin? Bahkan, sekarang musuk bukan hanya mengoyak dan merusak tubuh Mukmin, tetapi musuh sudah menghancurkan dan meluluh-lantakkan tubuh Mukmin, mencabik-cabik, meyayat-yayat, dan merusak dengan berbagai jenis senjata, tanpa peduli dan sangat kejam.
Apabila Mukmin dengan Mukmin lainnya itu, diibaratkan "kal jasadi wahid" pernahkah merasakan penderitaan saudara-saudara Mukmin lainnya? Di mana sekarang ini di berbagai negara nasib Mukmin menghadapi penghancuran dengan menggunakan jenis-jenis senjata yang sangat mengerikan oleh kafir musryik (yahudi dan nasrani).
Belum lama ini kantor berita Turki Anadolu, memberitakan sudah lebih 350 jenazah pejuang Taliban yang gugur di Suriah dipulangkan ke Afghanistan, melalui Tukri. Berita Anadolu itu benar-benar menunjukkan sikap dan karakter pejuang Taliban yang menunjukkan jati dirinya sebagai Mukmin yang sejati. Di mana pejuang Taliban menunjukkan sikap "itsar" (mendahulukan) saudara Mukmin lainnya, dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Betapa mulianya sikap dan karakter yang dimiliki oleh para pejuang Taliban ini. Di mana mereka masih harus berjuang membebaskan negaranya yang sekarang masih diduduki oleh kafir musyrik (yahudi dan nasrani) yang dimotori Amerika Serikat dan Sekutunya, tetapi para pejuang Taliban, bergegas pergi ke Suriah, memenuhi panggilan jihad, dan bersatu dengan saudara-saudara Mukmin lainnya, bahu-membahu menghadapi kaki tangan kafir musyrik yaitu rezim Syiah Alawiyyin Bashar al-Assad.
Para pejuang Taliban itu dengan ikhlas pergi berjihad membantu saudara Mukmin yang sekarang ini menghadapi ancaman yang luar biasa dari musuh-musuh kafir musyrik yang sudah melakukan kejahatan dan penindasan yang tidak dapat dimaafkan. Terakhir rezim Syiah Alawiyyin, Bashar al-Assad menggunakan senjata pemusnah massal (senjata kimia) membunuh secara massal rakyatnya yang sebagian mayoritas Mukmin dan Muslim Sunni.
Betapa sikap "itsar" para pejuang Taliban itu, memberikan gambaran karakter dasar seorang Mukmin, yang lebih mendahulukan saudaranya Mukmin, dibandingkan dengan dirinya sendiri. Maka, ketika mendengar seruan jihad, dan melihat kondisi saudaranya yang menghadapi malapetaka, mereka langsung menyambut dengan penuh semangat bergegas pergi ke Suriah, ikut berjihad melawan musuh-musuh Islam yang sangat kejam itu.
Para pejuang Taliban, betapapun Afghanistan masih berada dalam cengkeraman kafir musyrik, tetapi mereka terpanggil ikut berjihad dan berjuang menghadapi musuh-musuh yang ingin mengoyak-ngoyak tubuh Mukmin, dan bahkan ingin memangsanya. Sesungguhnya itulah sikap Mukmin sejati, tidak pernah membiarkan bagian tubuh lainnya sakit, dan musuh mengoyaknya. Mereka berdiri tegak membela dan ingin menyelamatkan tubuh saudara Mukmin yang sekarang sedang mengerang.
Berbahagialah mereka yang dengan penuh kesadaran dan keyakian, serta menunjukkan sikap "itsar" yang sangat luar biasa, ketika saudaranya se-iman sendang menderita. Mereka tidak membiarkan saudara Mukmin itu, terus-menerus sendirian merasakan penderitaan yang mereka alami. Berbahagialah kelak para Mukmin yang selalu memiliki sikap "itsar" terhadap saudara Mukmin lainnya.
Ini seperti digambarkan dalam sebuah kisah, di mana tiga orang shahabat, yang luka dalam peperangan, sementara seorang diantara mereka sedang memegang air, dan ingin mereguk air, tetapi ada saudara di sampingnya membutuhkan air, kemudian air itu diberikan kepada saudara yang disampingnya.
Tetapi, belum lagi saudaranya itu mereguk air, terdengar erangan saudaranyang yang ada disampingnya itu, juga mengerang dan ingin mendapatkan air, kemudian suadaranya yang terakhir itu memberikan air kepada saudaranya, sampai kemudian ketiganya menemui kesyahidannya. Itulah kisah tentang "itsar" dari shahabat. Wallahu'alam.