View Full Version
Senin, 02 Dec 2013

Amerika Menyatukan Kekuatan Sunni-Syi'ah Melawan al-Qaidah

Teheran (voa-islam.com) Sejatinya pasca era "Perang Dingin", sekarang ini langkah strategis Amerika ingin menyatukan kekuatan Sunni (munafikin) dan Syiah, menghadapi ancaman keamanan global, yaitu Tandzim al-Qaidah.

Amerika ingin mengakhiri ketegangan antara Arab Saudi, Negara-Negara Teluk (GCC) dengan Iran, dan semuanya ini akan memiliki kontribusi bagi langkah-langkah strategis memerangi ancaman global yaitu kekuatan al-Qaidah.

Amerika melihat sumber kekerasan dan kekacauan global dari dua kekuatan yaitu Arab Saudi dan Iran. Di mana Arab Saudi mewakili Sunni, dan Iran mewkili Syi'ah. Jika dua kekuatan ini bisa disatukan dalam satu kekuatan besar, maka ini berarti tujuan strategis Amerika berhasil mengakhiri kekuatan al-Qaidah.

Presiden Amerika Serikat Barack Obama, membawa Iran menjadi sekutu barunya, dan meninggalkan dirinya sebagai “Evil” (Iblis), dan menjadi faktor ancaman keamanan global. Sekarang Amerika melihat Iran bukanlah biang kekacauan, dan pendukung terorisme global. Inilah hasil perundingan rahasia antara pejabat Iran dan Amerika yang berlangsung di Oman, sepanjang tahun 2012-2013.

Sesudah perundingan rahasia antara pejabat Iran-Amerika sepanjang tahun 2012-2013 itu, kemudian mempercepat perjanjian pengawasan nuklir  Iran dengan anggota DK PBB, yaitu Amerika, Rusia, China, Perancis, Inggris, plus Jerman,  di Jenewa, 24 Nopember ini.       

Iran sekarang menjadi sekutu strategis Amerika dan Barat, dan ini membuat posisi Iran semakin kuat dalam percaturan politik global. Iran bisa memiliki posisi seperti di zamannya Shah Iran. Di mana di zamannya Shah, Iran menjadi sekutu strategis Amerika dan Barat di Timur Tengah.

Amerika mengesampingkan Negara-Negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC), seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Oman, Kuwait, dan Israel, saat berunding dengan Iran. Amerika Serikat bertujuan menciptakan keseimbangan baru dengan memasukkan Iran ke dalam “inner circle” (lingkaran dalam) Gedung Putih.

Bahkan, Amerika Serkat membatalkan janjinya yang akan menggunakan kekuatan militernya menghukum Bashar al-Assad yang menggunakan senjata pemusnah massal (sarin) membunuh kelompok pejuang Mujahidin Suriah. Ini menandakan Amerika Serikat lebih kawatir terhadap kekuatan al-Qaidah di Suriah, dibandingkan dengan kekuasaan Syiah Alawiyyin Bashar al-Assad di Suriah.

Namun, straregi baru ini tidak berarti Amerika Serikat meninggalkan sama sekali sekutu tradisionalnya, seperti Negara-Negara GCC, tetapi Amerika ingin menciptakan keseimbangan baru, dan memasukkan Iran dalam persekutuan strategisnya, bersama-sama dengan negara-negara Teluk (GCC).

Sejatinya Amerika dan Barat, hanya ingin menjadikan  dua kubu itu, tidak dalam konflik dan perang terbuka, tetapi menjadi kekuatan baru, dan kedua penguasa Sunni dan Syiah bersama dengan Amerika Serikat menghadapi ancaman yang lebih membahayakan  keamanan global yaitu “Tandzim al-Qaidah”.

Tandzim al-Qaidah secara total menolak nilai-nilai Barat dalam menciptakan perubahan, dan bahkan berjuang mengeliminir nilai-nilai Barat lewat gerakan Jihad. Tidak ada kompromi terhadap semua sistem nilai Barat. Perubahan yang mereka ancang hanya dengan jalan jihad. Tidak dengan jalan yang lain. Mereka semua menafikan demokrasi dan sistem liberal.

Tandzim al-Qaidah ingin membentuk Pan-Islamisme atau mengembalikan sistem Khilafah, hanya dengan jalan jihad. Jalan jihad ini bagi mereka sebagai jalan menuju pembebasan dan kemerdekaan, dan dengan jalan inilah mereka meyakini akan mendapatkan kemuliaan.

Berapapun harga yang harus dibayar oleh Tandzim al-Qaidah akan dibayar, dan mereka memiliki kesiapan yang baik. Mereka bukan  jenis gerakan yang “asal-asalan”, tetapi Tandzim al-Qaidah yang sekarang dipiimpin oleh Dr. Ayman al-Zawahiri, seorang tokoh gerakan Islam asal Mesir ini, sekarang menggantikan Usamah bin Laden, mengontrol gerakan jihad di seluruh dunia.

Sekarang Amerika Serikat pasca perjanjian nuklir di Jenewa, memberikan “tugas” kepada Iran agar langsung mendekati Arab Saudi yang menjadi simbol Sunni di  dunia Islam. Amerika Serikat memainkan “kartu” Iran dengan  melakukan pendekatan politik kepada Arab Saudi.

Amerika ingin mengakhiri perang dingin antara Arab Saudi-Iran, atau perang dingin antara Sunni –Syi’ah, dan menggandeng keduanya menjadi sekutu strategisnya menghadapi ancaman  yang lebih besar, yaitu Tandzim al-Qaidah.

Amerika Serikat meyakinkan Arab Saudi, ancaman sejati bukanlah Iran dan Syi’ah. Sebaliknya, Amerika meyakinkan Iran, ancaman sejati bukanlah Arab Saudi dan Sunni. Tetapi, ancaman di depan mata mereka, tak lain, Tandzim al-Qaidah yang sudah membentang mulai dari Asia Tengah, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan sangat serius bagi keamanan global.

Al-Qaidah bukan hanya mengancam Amerika Serikat dan Barat, tetapi juga mengancam penguasa Sunni dan Syiah. Karena itu, Amerika Serikat mengajak kekuatan Sunni dan Syi’ah bersekutu bersama-sama dalam menghadapi ancaman al-Qaidah.

Laporan-laporan dari hasil kajian informasi yang dikumpulkan oleh Intlijen CIA, NSA (National Security Agency), dan berbagai lembaga Intelijen negara-negara Barat yang dikoordinasikan oleh NSC (National Secury Council) Amerika, mengindikasikan kekuatan al-Qaidah menjadi sebuah gerakan global, dan ingin membuat perubahan menyeluruh.

Sekarang , Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif melakukan kunjungan ke  Negara-Negara Arab Teluk (GCC) membawa misi Amerika, dan meyakinkan kepada anggota GCC, bahwa Iran bukanlah ancaman sejati mereka.  

“Kami melihat Arab Saudi sebagai negara regional yang penting dan berpengaruh, dan kami bertujuan memperkuat kepentingan  regional, " kata Zarif.

“Meningkatkan hubungan dengan negara-negara di kawasan Teluk adalah  kebijakan utama Iran di bawah Presiden  Hassan Rouhani” , tegas Zarif saat berada di Oman.

Rouhani dan Zarif menekankan stabilitas kawasan Teluk sebagai prioritas, bisa dibilang sebagai upaya, dan langkah yang bertujuan mengantongi Arab Saudi dan Negara-negara GCC ke dalam kantong saku Iran bersama Amerika, dan selanjutnya digunakan melawan Tandzim al-Qaidah.

Pasca perjanjian nuklir di Jenewa 24 Nopember, antara anggota Dewan Keamanan PBB, Amerika, Rusia, China, Perancis, Inggris plus Jerman, sekarang mereka bersepakat, dan mengarahkan Timur Tengah, menjadikan Tandzim al-Qaidah sebagai “common enemy”.

Seluruh kekuatan Dunia Islam dibawah payung rezim kafir musyrik Amerika Serikat, semuanya dikonsolidasikan menghadapi Tandzim al-Qaidah.  Karena, pasca "Era Perang Dingin", kekuatan al-Qaidah dinilai oleh Amerika menjadi ancaman keamanan global. Koalisi antara kafir musyrik dengan munafikun melawan orang-orang Mukmin. Wallahu’alam.*mashadi.


latestnews

View Full Version