JAKARTA (voa-islam.com) - Bermula dari seratusan massa Ormas dan OKP Islam serta siswa sejumlah SMA di Banda Aceh, berunjuk rasa ke Balai Kota Banda Aceh. Mereka mendesak Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh tidak memberi izin kepada siapapun yang ingin melakukan perayaan tahun baru 2014 Masehi, ungkap Serambi, di medio Desember 2013.
Massa ormas dan OKP Islam yang tergabung dalam Aksi Masyarakat Pecinta Syariat itu didominasi para ustaz/ustazah dan tengku. Mereka yang terlibat dalam aksi itu adalah Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Front Pembela Islam (FPI), Da’i Kota, Mutasib Gampong, Brigader Masjid, Pelajar Islam Indonesia (PII), dan Rohis.
Dalam aksi yang dimulai pukul 14.15 WIB itu, para demonstran juga mengusung sejumlah spanduk dan poster berisi penolakan terhadap perayaan tahun baru 2014 Masehi. Di antara spanduk itu bertuliskan bahwa perayaan tahun baru masehi merupakan perayaan umat non muslim dan haram dilakukan umat muslim.
“Masyarakat muslim harus sadar, bahwa perayaan tahun baru masehi itu haram hukumnya. Itu bukan bagian dari ajaran Islam. Kalau selama ini kita telah larut dan dibutakan oleh keadaan, tahun ini jangan terulang lagi,” teriak ketua aksi, Ali Hijrah, disambut teriakan Allahu Akbar oleh massa.
Haram dirayakan
Perwakilan pendemo kemudian disambut Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal. Kepada pendemo, Illiza menyatakan sepakat terhadap aspirasi para pendemo tersebut. “Kami sudah mengintruksikan kepada semua instansi di jajaran Banda Aceh, jangan sekali-kali ikut merayakan tahun baru 2014 masehi,” kata Illiza disambut teriakan Allahu Akbar oleh para demonstran.
Selain itu, kata Illiza, Pemko Banda Aceh juga akan mengimbau perhotelandan restoran yang ada di Banda Aceh, untuk tidak melakukan kegiatan apapun di malam tahun baru Masehi. Ia juga meminta agar semua pihak, terutama para demonstran dari Ormas, OKP serta siswa yang ikut aksi tersebut untuk tidak sekali-kali melakukan tindakan anarkis. Kalau memang ada pelanggaran hukum yang dilakukan, kata Illiza, sudah ada instansi berwenang yang menanganinya.
Sikap ormas islam
*Mendesak Pemko Banda Aceh menghentikan dan menindak tegas setiap kegiatan dalam bentuk apapaun untuk merayakan tahun baru 2014 masehi.
*Menindak tegas para penjual dan pembeli atribut hura-hura seperti petasan, kembang api, terompet dan sejenisnya.
*Meminta Pemko Banda Aceh tidak memberikan izin kepada seluruh instansi/skpk/skpd/bumn dan perusahaan swasta, untuk membuat atau mamasang umbul-umbul dan spanduk ucapan selamat tahun baru 2014.
*Mendesak Pemko Banda Aceh menindak kafe dan hotel serta tempat-tempat penginapan yang mengadakan perayaan tahun baru 2014.
*Mendesak wakil rakyat di DPRK Banda Aceh dan DPRA agar mendukung sepenuhnya kebijakan Pemko Banda Aceh dalam meniadakan perayaan tahun baru 2014 masehi.
Banda Aceh : Pergantian Tahun Baru Masehi Lengang
Detik-detik pergantian tahun dari 2013 ke 2014 pada Rabu (1/1) dini hari di Kota Banda Aceh tampak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Lokasi yang menjadi ikon pusat konsentrasi massa pada malam pergantian tahun di tahun-tahun sebelumnya, seperti Bundaran Simpang Lima, jembatan Pante Pirak, dan jalan-jalan protokol di Banda Aceh justru lengang.
Bahkan bunyi-bunyian terompet, pesta kembang api serta suara petasan tak terdengar. Pergantian malam tahun baru tanpa perayaan apa pun itu telah menjadi kebijakan bersama Pemerintah Kota Banda Aceh menyahuti seruan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh yang mengharamkan perayaan tahun baru dalam bentuk apa pun, termasuk bunyi-bunyian terompet, petasan, dan pesta kembang api.
Bahkan pantauan beberapa wartawan di Banda Aceh, sejak Selasa (31/12) sore, petugas terlihat keliling kota naik mobil patroli menyerukan kepada seluruh warga dan pemakai jalan menggunakan pengeras suara untuk tidak merayakan malam pergantian tahun baru.
Wakil Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal SE mengatakan, Aceh merupakan daerah yang memiliki kekhususan, yakni diberi kewenangan menerapkan syariat Islam secara kafah. Jadi, semua pihak perlu memahami hal itu bahwa Aceh berbeda dengan kota lainnya di Indonesia.
“Pesta pora, bakar kembang api, membunyikan terompet, dan menyalakan petasan tidak sesuai ajaran Islam. Haram hukumnya bagi muslim merayakannya dan itu bukan bagian budaya Islam. Alhamdulillah seruan ini disambut baik oleh masyarakat. Ini juga berkat dukungan semua pihak, mulai ormas, okp TNI dan Polri dan seluruh perangkat gampong serta masyarakat,” kata Illiza.
Wakil Wali Kota Banda Aceh itu juga memimpin langsung razia ke sejumlah perhotelan, warung kopi, dan restoran di Banda Aceh menindaklanjuti komitmen para pengusahan itu tidak menyelenggarakan kegiatan di malam pergantian tahun baru.
Dari penertiban yang dilakukan di sejumlah hotel, petugas sempat mengamankan beberapa pasangan dari salah satu ruang karaoke hotel berbintang. Selanjutnya mereka dibawa ke Kantor Satpol PP dan WH Kota Banda Aceh dan diberi nasihat pembinaan.
Para petugas juga menyita puluhan botol minuman keras serta ratusan petasan, kembang api, dan terompet. Bersama Wali Kota Banda Aceh juga ikut Sekda Drs T Saifuddin TA dan Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Moffan MK serta sejumlah pihak lainnya.
Betapa bahagianya hidup di Aceh dan ibukota Banda Aceh terbebas dari segala bentuk kemusyrikan dan kemaksiatan dari kotoran budaya kafir barat yahudi-nasrani. Tidak mengenal hiruk-pikuk dengan segala bentuk aktifitas menyambut tahun baru masehi itu yang sangat merusak.
Tahun Baru di Jakarta
Di Jakarta, Jokowi dalam rangka rangka membangun populeritasnya di tengah rakyat Jakarta, ia menyelengarakan perayaan menyambut tahun baru 2014 masehi dengan membangun panggung di sepanjang Jalan Thamrim dan Sudirman. Pesta pora kemaksiatan semalam suntuk berlangsung. Semuanya hanya membuat moral rakyat DKI semakin rusak dan bobrok.
Tak kurang 150 ton sampah termasuk ribuan kondom dari aktititas menyambut tahun baru masehi itu. Rakyat Jakarta berduyun-duyun ke lokasi tempat-tempat maksiat yang digelar Jokowi. Penuh dengan hiruk pikuk, dan berbagai kembang api serta petasan menghiasi pergantian tahun masehi. DKI Jakarta benar-benar tidak memberikan berkah bagi kehidupan rakyatnya.
Sementara itu, Ormas Islam dan kaum Muslimin ikut larut ke dalam kemaksiatan yang dibuat oleh Jokowi, merayakan kemusyrikan dan kemaksiatan. Tak ada penolakan atau protes terhadap langkah Jokowi itu. Padahal, Jakarta atau Jayakarta direbut oleh Muslimin dari penjajah Barat, dan menjadi simbol kemenangan Muslim melawan penjajah.
Tentu, mereka yang sudah bergembira ria semalam suntuk, dan kemudian bangun pagi, mereka menyadari bahwa pesta-pora menyambut tahun baru 2014, berujung dengan kenyataan yang sangat pahit bagi kehidupan mereka, ketika bangun semua mereka baru sadar, kebutuhamen pokok naik berlipat-lipat. Itulah hasil perayaan tahun baru semalam suntuk yang disuguhkan oleh Jokowi. Wallahu'alam.