KHARTOUM (voa-islam.com) - Hidayah selalu datang kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Mereka yang ‘istijabah’ (siap menerima kebenaran), maka akan diberikan kepadanya. Tak pandang siapapun manusianya. Proses manusia menerima hidayah bisa melalui proses apa saja. Kebenaran-Nya bisa menembus dinding-dinding hati manusia, sebeku apapun.
Mungkin awalnya hanya ingin melihat sebuah negara miskin, dan selalu diidentikkan dengan keterbelakangan, kekerasan, dan kekacauan, seperti Sudan. Bagi kebanyakan orang-orang Barat, tak ada yang menarik, tentang negara Afrika seperti Sudan.
Udaranya yang menyengat panas, berdebu, kotor, dan hanya sedikit yang menyenangkan. Apalagi, Sudan penuh konflik dengan wilayah Selatan yang dikuasai kelompok Kristen. Sudan sendiri selama ini dikenal sebagai “rumah” bagi toreris, atau kelompok-kelompok yang anti AS. Presiden Sudan Omar Hasan al-Bashir telah diperintahkan untuk ditangkap ICC (pengadilan kejahatan internasional), dituduh melakukan kekerasan di Sudan Selatan.
Sebuah kelangkaan, seorang pejabat tinggi yang mewakili kepentingan AS di Sudan, Joseph D.Stafford , masuk Islam di ibukota Khartoum, kemudian mengundurkan diri dari jabatannya, ungkap sumber media lokal di Khartoum. Joseph D.Stafford, posisi dibawah duta besar, dan mewakili segala urusan dan kepentingan AS di negeri Afrika itu.
Namun, Stafford sesudah masuk Islam, menghadapi resiko dipecat oleh pemerintah AS, yang mengaku sebagai “kampiun” demokrasi. Padahal, bab agama, merupakan hak dasar setiap manusia, dan setiap pilihan agama oleh seseorang patut dihormati. Tetapi, kenyataannya tidak, seperti yang dialami oleh Joseph D.Stafford, dia dipaksa mengundurkan diri dari jabatannya, karena mungkin dianggap membahayakan bagi kepentingan AS, sesudah dia masuk Islam.
Sumber-sumber di ibukota Khartoum mengatakan bahwa Stafford telah berulangkali melakukan kunjungan ke markas Ansar al-Sunnah di Sudan, dan menjalin hubungan erat dengan sejumlah ulama Sudan. Pertemuan-pertemuan Joseph D.Stafford dengan sejumlah ulama, membangun kesadaran dan pemahamannya tentang Islam dan masyarakat Islam, dan itulah yang mengantarkannya masuk Islam.
Selama ini, Stafford selalu ragu-ragu, dan curiga terhadap Islam dan masyarakat Islam, dan sesudah mengenal dan bertemu dengan ulama-ulama Sudan mengubah seluruh pandangannya terhadap Islam dan umat Islam, dan tidak seperti yang ada dalam persepsinya semula.
Setelah itu mengundurkan diri, Stafford menulis sebuah artikel di Sudan Tribune, dan berkata, “ Saya dan istri saya sangat beruntung bertemu begitu banyak orang hebat di seluruh Sudan, dan dengan kemauan yang kuat, saya berkeinginan meningkatkan masyarakat Muslim di negeri itu. Kami akan selalu ingat Anda dan negara Anda yang menarik, dan saya tahu Anda akan terus bekerja keras untuk kehidupan yang lebih baik, seperti yang Anda katakan setiap hari, ”Fi Kulu Harakah Barakah”.
AS tidak menunjuk duta besar untuk mengisi pos kedutaan besar AS di Khartoum sejak tahun 1998, dan hanya menetapkan pejabat setingkat kuasa usaha di Sudan. Ini akibat AS selalu menempatkan Sudan sebagai negara yang memiliki hubungan dengan “teroris”, dan menjadi ancaman bagi kepentingan AS di Afrika. Tetapi, wakil AS di Sudan itu, justru melakukan pilihan masuk Islam, dan mengundurkan diri dari jabatannya. Sungguh hidayah telah sampai kepada pejabat AS, Joseph D.Stafford. Wallahu’alam.