View Full Version
Jum'at, 14 Feb 2014

Erdogan:Turki Tidak Akan Mengakui Al-Sissi Jika Terpilih Presiden

ANKARA (voa-islam.com) - Perdana Menteri Turki, satu-satunya pemimpin dunia Islam, yang memiliki sikap yang teguh. Sebagai pemimpin negara besar, Turki menjadi ‘tonggak’ sejarah bagi kehidupan bangsa-bangsa. Sikapnya, pendiriannya, dan pandangannya,  menunjukkan Erdogan bukan hanya sebagai pemimpin besar, tetapi menjadi ‘hati nurani’ bangsa-bangsa Muslim.

Masalah Palestina, Erdogan sangat jelas, keperbihakannya terhadap bangsa Palestina. Berdiri kokoh disamping bangsa Palestina yang terjajah oleh Zionis-Israel. Erdogan menunjukkan ikatannya yang sangat teguh dengan pemimpin Palestina, seperti Khaled Misy’al, dan Ismail Haniyah, serta sejumlah pemimpin Palestina lainnya.

Erdogan bertemu dengan Khaled Misy’al dan Ismael Haniyah, dikantor Perdana Menteri dengan ikatan persaudaraannya yang sangat tulus. Erdogan nyaris mengunjungi Gaza, saat Presiden Mohammad Mursi berkuasa. Terhadap krisis  di Suriah, Erdogan sangat tegas, meminta Bashar al-Assad  mengundurkan diri, dan tidak lagi layak memimpin negara itu.

Pemimpin Partai AKP Erdogan, sekarang berdiri disamping bangsa Palestina, dan menegaskan tidak akan melakukan normalisasi hubungan dengan negara Zionis-Israel, selama negara Zionis tidak menghentikan blokade terhadap Gaza, dan telah menyengsarakan penduduk di wilayah itu, selama delapan tahun.

Sekarang, Perdana Turki, Erdogan dengan suara yang keras mengatakan, tidak akan mengakui Marsekal  Abdel Fattah al-Sisi yang melakukan kudeta terhadap Presiden Mohammad Muris, jika al-Sissi  terpilih sebagai presiden Mesir, tegas Perdana Menteri Erdogan, di Ankara, Kamis, 13/2/2014.

Pernyataan Erdogan itu disampaikan kepada Al –Jazeera, bahwa dia tidak dapat menerima atau mengakui rezim yang berkuasa melalui kudeta militer, dan bahkan Erdogan juga meragukan pemilihan presiden Mesir bisa berlangsung dengan adil.

“Presiden Mesir Mohammad Mursi memenangkan kursi kepresidenan dengan 52 persen suara rakyat. Hanya rakyat Mesir memiliki hak untuk memecat dia dengan cara demokratis, dan tidak dengan kudeta militer. Ini adalah posisi saya pada setiap kudeta terhadap demokrasi, dan setiap pemimpin demokratis harus mengambil sikap yang sama”, tegas Erdogan.

Erdogan mengatakan rakyat  kedua negara,  Turki dan Mesir adalah saudara dan orang-orang Mesir tidak layak nasibnya seperti itu. Hubungan Mesir - Turki memburuk setelah tentara Mesir menggulingkan Presiden terpilih Mohammad Mursi pada 3 Juli tahun lalu, dan sikap pemerintah Turki dengan keras menolak kudeta. Pemerintah Mesir yang menjadi boneka militer menarik duta besarnya dari Ankara pada bulan November, dan mengurangi perwakilan diplomatik dengan Turki, dan sebaliknya Turki menarik pulang duta besarnya dari Cairo.

Sekarang Marsekal Abdul Fattah al-Sissi mengunjungi Moskow, dan menginginkan bantuan dan dukungan politik dari Moskow. Presiden Rusia Vladimir Putin, menegaskan akan mendukung al-Sissi menjadi presiden Mesir. Ini  hanyalah mengulangi sejarah Gamal Abdul Nasser yang menjadi sekutu Moskow, dan Mesir tidak pernah berhasil mengatasi krisis negaranya di bawah rezim militer. Dulu dan sekarang. Selamanya. Wallahu’alam.


latestnews

View Full Version