View Full Version
Sabtu, 22 Feb 2014

Akar Revolusi di Dunia Arab Akibat Keserakahan Para Penguasa

RIYAD (voa-islam.com) - Sungguh sangat mencengangkan  bagaimana angka pengangguran di negara-negara ‘Petro-dolar’ bisa begitu tinggi? Padahal, kekayaan negara Arab ‘Petro dolar’ itu sudah tidak dapat dihitung lagi. Bertriliun-triliun dolar. Tidak mungkin terjadi pengangguran dengan kekayaan yang begitu luar biasa itu.

Dengan harga minyak mentah $ 100 dolar per-barrel, maka berapa miliar dolar, uang yang dihasilkan negara-negara Arab itu setiap hari? Tapi, mengapa harus begitu banyak pengangguran di negara-negara ‘Petro dolar’ itu?

Direktur Jenderal Organisasi Buruh Arab Ahmed Luqman, mengungkapkan angka pengangguran di dunia Arab, naik menjadi 16 persen tahun lalu, jumlahnya mencapai 20 juta!

Ini sangat tidak masuk akal. Bagaimana angka pengangguran bisa begitu  tinggi? Pembangunan di negara-negara Arab ‘Petror dolar’ luar biasa pesatnya.  Adakah semua negara-negara ‘Petro dolar’ itu sekarang mengandalkan oran ‘asing’ mengelola negaranya? Sehingga, penduduk pribumi mereka tidak mendapatkan pekerjaan apapun?

“Jumlah orang yang menganggur di dunia Arab saat ini 20 juta, atau 16 persen lebih tinggi dari tahun lalu, yang merupakan risiko terhadap stabilitas sosial dan politik di dunia Arab”,  kata Luqman dalam keterangan pers sebelum meninggalkan Kairo pada hari Kamis, 20/2/2014.

Para pangeran, raja, presiden, dan perdana menteri di negeri-negeri Arab, uang mereka hanya dihabiskan membeli senjata, dan menyewa penasehat asing, dan berbagai sarana yang bertujuan melanggengkan kekuasaan mereka.

Termasuk membiayai perang Teluk, tahun l979, di mana saat Saddam Husien menyerbu Kuwait, kemudian Presiden Bush mengirim pasukan dan menyerbu Irak.  Negara-negara Arab dan Teluk, juga membiayai saat Amerika menyerbu Irak yang kedua kalinya, usai pemboman Gedung WTC, tahun 2001.

Perang yang dijalankan oleh Amerika itu, semuanya yang mengeluarkan biaya, negra-negara Arab dan Teluk, karena mereka sudah menjadi bagian kepentingan Amerika. Mereka mengeluarkan bermiliar dollar, hanya untuk membunuhi sesama bangsa Arab.

Seperti  Arab Saudi, Raja Abdullah mendorong Marsekal  Abdul Fattah al-Sissi menggulingkan Presiden Mohammad Mursi, yang dipilih oleh rakyatnya secara bebas. Al-Sissi dan militer melakukan pembantaian dengan keji terhadap ribuan pendukung Mursi, dan memenjarakan puluhan ribu.

Semua tindakan keji itu didukung oleh Raja Abdullah dengan bantuan dana bermiliar-miliar dolar. Para pemimpin Arab lebih takut terhadap Ikhwan dibandingkan Israel dan Syi’ah.

Selanjunya, Luqman sedang dalam perjalanan ke Riyadh menghadiri Keferensi Forum Pembangunan dan Ketenagakerjaan Arab,  berjudul  “Menuju Perlindungan Sosial dan Pembangunan Berkelanjutan", yang dijadwalkan akan digelar minggu depan.

Luqman, menyatakan, "Forum ini berasal dari kebutuhan negara-negara  Arab untuk mengembangkan visi strategis  menghadapi tantangan pengangguran. Negara-negara Arab ingin menciptakan perlindungan sosial dan pembangunan berkelanjutan, setelah isu-isu ketenagakerjaan, dan memerangi pengangguran, pengentasan kemiskinan,serta keadilan sosial menjadi perhatian utama bagi negara-negara di wilayah ini’, tuturnya.

Luqman menambahkan bahwa forum akan merilis pernyataan bersama, "Deklarasi Riyadh, Pembangunan Berkelanjutan dan Ketenagakerjaan", yang akan mencakup kebijakan, rencana dan saling bersinergi  dalam mencapai pembangunan. Diharapkan ini akan memastikan peningkatan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran, serta mencapai kerjasama antara organisasi Arab dan internasional di bidang ini.

Jika gagal, negara-negara Arab akan menghadapi ‘revolusi’, akibat kesenjangan sosial yang sangat dalam, antara kehidupan para raja dan pangeran dengan rakyat umumnya.

Para  raja dan pangeran hidup di istana-istana yang sangat mewah, di kelillingi pengawal, dan mereka memiliki villa dan castile mewah  di berbagai negara di Eropa dan Amerika. Hidup mereka secara absurd dengan berbagai kenikmatan. Sementara itu, rakyat mereka jauh dari kehidupan yang layak, dan tinggal di flat-flat yang sederhana, dan sangat kontras dengan kehidupan para raja dan pangeran.

Pembangunan sarana mewah di negara-negara Arab dan Teluk, semua hanya diperuntukkan oleh orang yang berduit, dan kalangan atas di negara-negara itu.

Revolusi di Tunisia, menggambarkan terjadinya ‘distance’ (jarak) yang sangat lebar antara rakyat dengan para penguasa di negeri itu. Seorang pemuda Boauzizi, pedagang buah dan selalu diusir oleh polisi, dan rugi, frustasi kemudian membakar dirinya di depan gedung parlemen Tunisia. Itulah awal revolusi di dunia Arab.

Sementara Presiden Zainal al-Abidin dan Istrinya, menikmati kehidupan di Istana yang sangat mewah, di tepian laut Mediterania.  Zainal al-Abidin melarikan diri ke Arab Saudi, dan mendapatkan suaka politik, sambil menikmati harta yang dijarah dari  negerinya, bermilyar dolar. Sungguh kejahatan yang  sangat luar biasa oleh para penguasa negara-negara Arab.

Mereka tidak segan-segan membantai rakyat dengan senjata yang dimiliki guna mempertahanakan kekuasaan dan kenikmatan hidupnya,selama berpuluh tahun, hingga kini. Wallahu’alam.


latestnews

View Full Version