View Full Version
Kamis, 19 Jun 2014

Fitnah Wimar Witoelar dan Paniknya Kaum Sekuler, Liberal, dan Phalangis

JAKARTA (voa-islam.com) - Barisan kaum sekuler, liberal, dan phalangis (kristen), kepalanya pada ‘ngebul’ alias 'panik' melihat seluruh eksponen Islam membberikan dukungan kepada Prabowo-Hatta, minus si ‘Imin’ (Muhaimin Iskandar), yang sudah masuk bagian dari jaringan kepentingan kaum sekuler, liberal dan phalangis.

Memang, baru kali ini, kalangan nasionalis religius, termasuk  Ormas Islam, Partai Islam, dan Partai berbasis massa Islam, dan kekuatan-kekuatan politik lainnya, dan eksponen kalangan muda, bersatu mendukungt Prabowso-Hatta. Ini memang langka. Bagaimana mereka menjadikan Jokowi sebagai ‘common enemy’, karena memang sosok Jokowi sudah menjadi ancaman bagi masa depan rakyat, umat Islam dan bangsa.

Kegerahan kalangan sekuler, liberal, dan phalangis itu, diekspresikan oleh si ‘kribo’ Wimar Witoelar dengan menampilkan foto-foto dengan tagline “Gallery of Rogues, Kebangkitan Bad Guys”. Ini  sebagai bentuk kampanye hitam dna kebencian.  Wimar adalah salah satu pendukung Jokowi-JK. Foto yang diunggah itu, bukan hanya kampanye hitam, tetapi kebencian dan permusuhan terhadap seluruh pendukung Prabowo-Hatta.

Aktivis Pro Demokrasi dan HAM, Jailani Paranddy menyebutkan, foto yang diunggah itu sebagai kejahatan pemilu. "Sudah mengarah pada kampanye hitam yang fatal," kata Jailani, Kamis (19/6/2014).

Menurut dia, foto itu bukan lagi persoalan kampanye negatif. Tetapi, kalau mau ditarik pada ranah pidana, sudah bisa dikatakan melanggar hukum pidana. "Saya kira, foto yang diunggah dengan tagline yang tidak pantas kalau diartikan itu dalam bahasa Inggris sangat kasar. Ini masuk ranah pidana," katanya. Dia mendorong Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, untuk mempidanakan Wimar. Karena, ini sudah tidak di luar batas kewajaran.

"Ini sungguh sangat disayangkan, sebagai orang terdidik dan gencar bicara demokratisasi Wimar sangat tidak pantas melakukan itu. Kalau ini sebuah keisengan politik ini juga berlebihan," kata dia.

Pihak Persyarikatan Muhammadiyah, juga sudah mengecam keras Wimar. Padahal, secara organisasi, Muhammadiyah tidak memberikan dukungan pada kedua kandidat capres-cawapres.

Dibagian lain, pemerhati kontra terorisme Harits Abu Ulya, turut mengecam Wimar Witoelar yang mengunggah gambar "Gallery of Rogues, Kebangkitan Bad Guys". Gaya itu, menurut Harits, mirip komunis.

Harits menilai, Wimar tidak dewasa dalam bersikap, bahkan cenderung ngawur. Kalau melihat foto-foto yang dipajang, Harits menilai Wimar cenderung buta peta.

"Misalkan, tidak mungkin HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) berada di belakang barisan Prabowo-Hatta. Begitu juga JAT (Jamaah Anshorut Tauhid) yang direpresentasikan oleh ustad Abu Bakar Ba'asyir, saya berani taruhan leher saya untuk ini," tegas Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) ini, dalam pesan singkatnya, Kamis (19/6/2014).

Menurut Harits, Wimar melakukan generalisasi sebagai wujud kekalutan dirinya. Apalagi ketika melihat komponen umat Islam cukup respek kepada pasangan Prabowo-Hatta. "Dan sekaligus menampakkan sikap paranoid dan kebenciannya terhadap kekuatan politik Islam," katanya.

Meski Wimar tidak mengeluarkan statemen tertulis bahwa orang-orang yang di pajang itu identik dengan teroris, tapi kata Harits, kalau cermat melihat gambar yang diunggah, akan mudah ambil kesimpulan.

Menurut dia, persepsi awal dari gambar itu bahwa mereka adalah sama halnya para teroris. "Buat apa dipampang latar belakang dengan foto Amrozi, Imam Samudra dan lain-lain, kalau bukan untuk membangun dan mengerucutkan persepsi teroris kepada yang lain," kata dia.

Menurut Harits, Wimar terlalu bodoh dalam hal teroris dan terorisme. Katanya, Wimar tidak layak bersikap bodoh seperti itu.

"Gaya-gaya seorang Wimar Witoelar tidak ubahnya seperti orang komunis masa lalu di Indonesia. Segala caci maki, hujatan dan hinaan kepada simbol Islam dan para tokohnya begitu mudah di umbar dari mulutnya," kata Harits.

Menurut dia, tindakan Wimar akan berbuah 'manis' untuk dirinya sendiri. Dia menghimbau, masyarakat harus hati-hati dengan gaya seperti Wimar ini. "Perlu waspada ancaman model politik komunis pada saat ini, mereka menghalalkan segala cara untuk bisa bangkit kembali," katanya.

Dalam sebuah foto yang diunggah Wimar di akun facebook pribadinya, terlihat Capres Prabowo Subianto dan Cawapres Hatta Rajasa. Kemudian, berderet sejumlah elit partai pendukung pasangan keduanya, seperti AA Gym, Anis Matta, ARB, SDA, Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Heryawan, Tifatul Sembiring, Abubakar Baasyir, dan Habib Rizieq.

Pada bagian bawah, terpampang logo partai-partai pendukung Prabowo-Hatta. Ada juga logo ormas Islam seperti Muhammadiyah dan FPI. Itu semua dianggap sebagai pendukung Prabowo-Hatta, walau dalam keputusan organisasi, Muhammadiyah tidak mendukung siapapun.

Di baground gambar itu, terpampang foto sejumlah terpidana teroris seperti Mukhlas, Imam Samudra, Soeharto, Osama Bin Ladden, dan Amrozi.

Pada bagian bawah, terpampang logo partai-partai pendukung Prabowo-Hatta. Ada juga logo ormas Islam seperti Muhammadiyah dan FPI. Itu semua dianggap sebagai pendukung Prabowo-Hatta, walau dalam keputusan organisasi, Muhammadiyah tidak mendukung siapapun.

Di baground gambar itu, terpampang foto sejumlah terpidana teroris seperti Mukhlas, Imam Samudra, Soeharto, Osama Bin Ladden, dan Amrozi.

Sementara itu, Ormas Muhammadiyah tersinggung dengan pencantuman logo di dalam foto yang diunggah Wimar Witoelar. Karena, Muhammadiyah diklaim dia sebagai pendukung Prabowo-Hatta.

Tidak cuma itu, tagline foto "Gallery of Rogues, Kebangkitan Bad Guys", juga dianggap terlalu berlebihan dan menghina ormas yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini.

Wakil Sekretaris Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ma'mun Murod Al-Barbasyi mengatakan, foto yang diunggah Wimar telah mendiskreditkan Muhammadiyah.

Kata Ma'mun, bukan soal Prabowo saja yang dipersoalkan, tapi juga karena dalam gambar tersebut dicantumkan logo Muhammadiyah. Ma'mun juga menggugat tulisan "Gallery of Rogues". Kata dia, kalau diterjemahkan bebas yaitu galeri bajingan atau bangsat.

"Lalu tertulis kebangkitan bad guys atau kebangkitan orang jahat. Ini benar-benar menyakitkan. Ini benar-benar ucapan yang sangat keji. Tak pantas kata-kata yang tidak beradab keluar dari mulut orang katanya mengaku beradab," jelas Ma'mun, Jakarta, Kamis (19/6/2014).

Ma'mun mengaku sempat membuka akun facebook milik Wimar. Dia yakin, Wimar sengaja mengunggah gambar itu. "Saya yakin dia sengaja membuatnya, bukan khilaf atau teledor. Buktinya, Wimar sempat komen atas komen yang masuk dengan kata-kata yang begitu provokatif. Seingat saya, Wimar ucapkan 'silahkan saling ribut sendiri'. Ini kan menandakan status dibuat dengan sengaja," katanya.

Jelas dosen Ilmu Politik Fisip Universitas Muhammadiyah Jakarta ini, penempetan logo Muhammadiyah, jelas pelecehan terhadap ormas ini. Dia juga menilai, ini cermin Wimar yang tidak paham soal Muhammadiyah. Lanjutnya, sikap Muhammadiyah sangat tegas, bahwa Muhammadiyah netral dalam menghadapi pilpres 2014.

"Ini keputusan Tanwir Makassar. Wimar tidak cukup minta maaf melalui media sosial. Wimar harus meminta maaf secara terbuka di hadapan media massa. Kalau tidak, maka LHKP bersama Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah akan mempertimbangkan untuk melaporkan Wimar ke pihak yang berwenang," jelas Ma'mun. (ffh/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version