JAKARTA (voa-islam.com) - Bagaimana Mega dan PDIP, yang mengaku partainya ‘wong cilik’, menyelenggarakan ‘haul’ Bung Karno di tempat yang mewah Hotel Ritz Carlton? Ini juga tidak sesuai dengan semangat Bung Karno, sebagai sosok pemimpin dan pendiri gerakan ‘Marhaenisme’ (Kerakyatan).
Hotel Ritz Carlton simbol kapitalisme,dan hotel milik jaringan Yahudi innternasional. Sedangkan Mega dan PDIP menyelenggarakan ‘haul’ Bung Karno di Hotel Ritz Carlton, tidak sesuai semangat yang sekarang terus didengungkan, bahwa PDIP sebagai partainya ‘wong cilik’, dan melalui Jokowi yang sekarang ini selalu dikonotasikan sebagai tokoh baru, dan selalu diberi lebel dengan : ‘Jujur, sederhana, dan merakyat’, tetapi tindakanny kontradiksi.
Puan Maharani juga pernah melakukan pesta ulang tahun anaknya di hotel yang mewah, yaitu Ritz Carlton.
Tadi malam, Sabtu, 21 Juni 2014, tepat 44 tahun meninggalnya Presiden ke-1 Republik Indonesia Soekarno. Berlangsung peringatan haul Proklamator Bung Karno di Hotel The Ritz Carlton, Jakarta. Acara ‘haul’ Soekarno, tadi malam disiarkan langsung oleh MetroTV, dan Mega menyampaikan pidato mengenang perjuangan Bung Karno.
Dalam haul bertema 'Bung Karno untuk Kita', pihak Metro TV mengemasnya dengan menayangkan pengakuan sejumlah tokoh dunia dan pidato Bung Karno 1 Juni 1945. Di antaranya Megawati dan ajudan Soekarno, Sidarto Danusubroto, yang sekarang menjadi Ketua MPR, menggantikan Taufik Kemas. Semuanya itu, tujuannya ingin mengingatkan rakyat tentang perjuangan Bung Karno, dan akan dikaitkan dengan usaha memenangkan ‘gacoan’ Metro TV, yaitu Jokowi dalam pilpres Juli nanti.
Dalam acara ‘haul’ tadi malam, Megawati dan Sidarto mendapat kesempatan pertama memberikan testimoni tentang ketokohan dan nilai-nilai ajaran Bung Karno. Megawati mengikuti darah politik ayahnya. Ia Ketua Umum PDI Perjuangan, dan Sidarto adalah tokoh senior PDI Perjuangan sekaligus Ketua MPR RI.
Ditemui usai acara, Mega mengaku senang sekaligus sedih dengan diadakannya peringatan ‘haul’ Bung Karno kali ini. Sebab, baru kali pertama terjadi Haul Bung Karno disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi.
"Saya merasa bahwa baru kali ini ada Haul Bung Karno yang betul-betul diangkat ke televisi. Jadi, saya betul-betul sangat terharu juga senang sekali," ujar Megawati kepada wartawan.
Menurut Mega, penayangan acara Haul Bung Karno secara tidak langsung telah memberikan sebuah inspirasi kembali bagi rakyat Indonesia tentang ketokohan dan nilai-nilai yang diajarkan Bung Karno. Seperti Trisakti, gotong-royong dan nilai-nilai Pancasila.
Namun, sejatinya apa perbedaan antara Megawati dengan Bung Karno ketika menjadi Presiden? Apa perbedaan antara kebijakan yg diambil oleh Megawati dan Soekarno ketika menjadi Presiden Indonesia?
Perbedaan Antara Mega dan Bung Karno?
PDIP tak bisa lepas dari Megawati Soekarno Putri, sang ketua umum sekaligus pengambil kebijakan tertinggi. Akhir-akhir ini banyak pemberitaan maupun opini dan fakta di berbagai media mengenai sepak terjang Megawati dan PDIP selama memimpin Indonesia tahun 2001-2004.
Pada saat Megawati mengeluarkan kebijakan kontroversial dengan memutuskan menjual aset-aset Indonesia, diantaranya PT Indosat, PT Aneka Tambang, dan PT Timah, Bank BCA, Danamon, dan lainnya kepada fihak asing.
Parahnya, Jokowi yang beberapa waktu lalu mendapat mandat Megawati untuk maju pilpres 2014, ngeles membela kebijakan Megawati yg menjual aset-aset Indonesia dimasa pemerintahan PDIP tersebut dengan berdalih bahwa kondisi ekonomi Indonesia yang sangat buruk pada waktu itu.
Kondisi Ekonomi Indonesia di zaman pemerintahan Soekarno buruk, tapi Soekarno tidak pernah menjadikan ini sebagai alasan menjual kekayaan negara pada pihak asing. Sepertinya peribahasa “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” tidak berlaku bagi perilaku Megawati (yang didukung 100% oleh Jokowi) yang bertentangan dengan kebijakan Soekarno.
Hal ini akhirnyamemicu kekhawatiran bahwa jika Jokowi menjadi Presiden Indonesia dan dihadapkan kembali pada situasi ekonomi yg sama akan kembali menjual aset-aset negara dengan argumen yg sama, bahwa wajar-wajar saja menjual aset Indonesia pada pihak asing kalau ekonomi kita sedang tidak bagus..
Inilah perbedaannya nasionalisme antara kebijakan Megawati dan Soekarno di masa jabatannya, saat masing-masing memimpin bangsa Indonesia.
1. Bung Karno membeli KRI Irian, Megawati Jual Kapal VLCC.
2. Bung Karno beli kapal selam buat intai musuh, Megawati jual Indosat buat diintai musuh.
3. Bung Karno dapat bantuan China karena hebat melobi, Megawati membantu China jual gas murah karena hebat dilobi.
4. Bung Karno memasukkan Irian ke NKRI, Megawati keluarkan Sipadan Ligitan dari NKRI.
5. Bung Karno bebaskan Indonesia dari penjajahan, Megawati bebaskan penjahat BLBI dari penjara.
6. Bung Karno dan anak bangsa melawan Belanda, Megawati dan anak buahnya melawan logika sehat.
7. Bung Karno berjuang dengan kejujuran, Megawati berjuang dengan kebohongan.
8. Bung Karno hidup susah bersama rakyat, Megawati hidup senang di atas penderitaan rakyat.
9. Bung Karno tidak pernah mendendam, Megawati selalu mendendam.”
Pertanyaannya sekarang, masih relevankah kader-kader PDIP, termasuk Jokowi menggunakan nama besar Bung Karno dalam kampanye dan aktivitas politik mereka? Lalu maukah kita jatuh di lubang yang sama dua kali? Silahkan diputuskan pada 9 april dan 9 Juli 2014 nanti.
Tak aneh kalau dalam debat capres kedua 15 Juni, yang lalu Jokowi tidak bisa bersikap tegas, ketika ditanya Prabowo tentang sikapnya terhadap asing. Bagaimana Jokowi akan memerdekan dan menjadikan Indonesia berdaulat dibidang ekonomi dan politik, kalau tidak berani bersikapa tegas terhadap asing? Wallahu’alam.