View Full Version
Senin, 07 Jul 2014

Abdullah Hehamahua : Siapa Yang Pantas Memimpin Indonesia?

JAKARTA (voa-islam.com) - Mantan penasehat KPK, Abdullah Hehamahua, menegaskan, bahwa sebentar lagi, puncak pesta demokrasi di Indonesia akan tiba, 9 Juli 2014. Setelah lima kali debat capres, ada pemilih yang punya pilihan yang mantap. Siapa yang pantas memimpin Indonesia?

Ada pula yang baru cenderung ke salah satu calon. Tetapi, masih banyak pula pemilih yang bingung menentukan pilihan. Sedangkan golput semakin kecil karena hampir semua aktivis LSM terlibat dalam Tim Sukses, khususnya di kubu Jokowi–JK.

Hal ini dapat dipahami karena umumnya, LSM yang ada di Indonesia, kurang  “akrab” dengan ormas dan parpol Islam. Sedangkan ormas Islam yang tetap golput lebih disebabkan metode pilpres dan kualifikasi capres  yang belum memenuhi syariat Islam.

Tulisan ini dimaksudkan untuk membantu pemilih yang masih ragu dengan pilihannya. Ia juga dimaksudkan untuk menunjukkan pilihan yang tepat bagi mereka yang belum mempunyai pilihan. Untuk memudahkannya, analisis ini disampaikan dalam daftar kelebihan dan kekurangan masing-masing capres/cawapre

Prabowo Subianto–Hatta Rajasa

Kelebihan Prabowo Subianto adalah berani, tegas, dan konsisten.    Keberanian Prabowo ditunjukkan  dengan cara melawan intervensi asing, baik dalam sektor eknomi maupun pertahanan. Ketegasannya diungkapkan dalam pernyataan yang konkrit untuk mempertahankan setiap wilayah Indonesia sampai titik darah penghabisan.

Konsistensi Prabowo ditunjukkan sejak debat pertama sampai  debat terakhir yang menggambarkan visi, misi, dan strategi dalam mencapai tujuan kemerdekaan sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 45.

Prabowo juga memiliki sikap jujur, sportif, dan transparan. Kejujuran Prabowo dilihat dari pengakuannya atas ketidak-tahuan terhadap suatu masalah. Sifat ini menunjukkan, Prabowo tidak munafik, sifat  yang tidak boleh ada di diri seorang pemimpin.  Sporitivitas mencolok dari Prabowo adalah beliau biasa menyetujui konsep Jokowi jika hal tersebut benar, sesuatu yang tidak pernah dilakukan Jokowi selama lima kali debat.

Transparansi Prabowo dapat dilihat dari pengakuannya, bahwa tidak mustahil ada anggota Gerindera yang melakukan kesalahan dalam bentuk apa pun, sesuatu yang tidak pernah dilakukan Jokowi–JK. Padahal, data-data yang ada, PDIP termasuk partai terkorup di Indonesia dan Golkar (ketika dipimpin JK) termasuk partai terkorup kedua di Indonesia

Independen dan Berkarakter. Kelebihan lain dari Prabowo, beliau sangat independen dan berkarakter. Hal ini dibuktikan dengan beliau tidak mengikuti saran Tim Penasihatnya ketika saran tersebut bertentangan nuraninya. Hal ini dikatakan ketika beliau menyetujui salah satu pemikiran Jokowi. Karakter seperti ini, tidak dimiliki Jokowi.

Sikap ini menunjukkan, Prabowo adalah pemimpin yang independen dan berkarakter, bukan pemimpin yang lahir dari pencitraan yang dibangun media massa, baik nasional maupun internasional. Masalah ini sangat penting. Sebab, independen, bukan berarti, tidak memihak. Independen adalah pola fikir yang berorientasikan  nilai. Artinya, di mana nilai kebenaran berada, di situ kita memihak.

Kelemahan Prabowo

Terkadang terlalu berapi-api dalam bicara sehingga cenderung emosional. Hal ini mengakibatkan Prabowo terkadang terjebak ke dalam perangkap lawan bicara. Sekalipun hal tersebut merupakan refleksi ketidak-munafikan Prabowo, tetapi, masyarakat yang cenderung terbuai pencitraan dan kepura-puraan akan menilai negatif sikap tersebut

Disebabkan terlalu fokus pada konsep strategis yang makro, Prabowo kurang mengeksplorasi masalah-masalah di lapangan, kecuali bidang yang diceburi selama ini, pangan nasional. Namun, kelemahan Prabowo ini dapat dilengkapi kemampuan teknis yang dimiliki Hatta Rajasa.

Sebab, sebagai sarjana eksakta, konsepsi makro dapat disampaikan secara terstruktur diikuti program operasional yang secara linear juga sistematis. Sebagai kader masjid Salman bimbingan Bang Imad (Dr. Imadudin Abdurrahman), Hatta Rajasa adalah produk reformasi yang melanjutkan semangat perjuangan keluarga besar Masyumi dengan pengetahuan keislaman yang baik yang dapat melengkapi kekurangan Prabowo

Joko Widodo – JK

Bernampilan sederhana dalam gaya bicara sehingga terkadang ditafsirkan sebagai “kampungan. Penyampaian program cukup sistematis sekalipun lebih operasional untuk seorang pelaksana teknis karena tidak didukung konsep dan strategi makro sebagai seorang calon pimpinan nasional.

Kelemahan Jokowi

Kurang Jujur dan Kurang Sportif. Kekurangjujuran Jokowi dapat dilihat dari sikap dan responsnya selama 5 seri perdebatan yang tidak pernah sekalipun mengakui kelemahan pribadi maupun kubunya. Suatu hal yang sangat berbeda dengan Prabowo yang sering mengakui kesalahan atau kelemahan pribadi maupun kubunya.

Dari kelima seri debat, tidak sekali pun Jokowi mengakui kelebihan ide-ide Prabowo dan Hatta Rajasa. Hal ini menunjukkan kerdilnya seorang Jokowi untuk tidak sportif mengakui keunggulan lawan bicara. Bahkan ketika Jokowi tidak menguasai masalah Laut China Selatan dan masalah indosat, beliau tidak lebih hanya berusaha menegakkan benang basah, bukan mengakui kelemahan sendiri.

Tidak Independen dan Kurang Berkarakter

 Jokowi memiliki kepemimpinan yang lemah karena kurang berkarakter  sehingga tidak independen dalam menjalankan tugas negara. Hal ini dibuktikan dengan ngototnya Jokowi membela kebijakan bosnya menjual indosat. Padahal, menurut orang dalam Indosat, bukan penjualan indosat sebagai solusi keuangan pemerintah waktu itu.

Kepemimpinan Pencitraan

Jokowi adalah pejabat Indonesia yang paling sering blusukan di kampung-kampung di Jakarta. Sebelumnya, hal tersebut juga dilaksanakan Menteri BUMN, Dahlan Islam. Namun, apa yang dilakukan Dahlan Iskan, tidak berterusan. Mungkin, gerakan Dahlan Iskan, tidak didukung suatu jaringan inetrnasional.

Sebelumnya, ada Jenderal Yusuf yang biasa blusukan yang terkenal dengan konsep ABRI masuk desa. Perbedaannya dengan blusukan Jokowi, Jenderal Yusuf blusukan dalam rangka mendekatkan hubungan di antara militer dengan rakyat kecil. Caranya, anggota ABRI melakukan kerja gotong royong, seperti membangun jembatan, jalan raya, dan rumah ibadah. Jenderal Yusuf tidak menggunakan popularitasnya tersebut untuk maju menjadi calon Presiden dalam SU MPR.

Dari ilustrasi di atas, dapat diketahui, blusukan Jokowi lebih dimaksudkan untuk pencitraan dalam suatu skerio tertentu. Hal ini dibuktikan dengan hasil audit BPK terhadap keuangan pemerintah DKI Jakarta yang hasilnya WDP (Wajar Dengan Pengecualian).

Padahal, ketika DKI dipimpin gubernur sebelumnya, Jakarta memeroleh status WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Bahkan, kartu sehat dan kantor pintar yang digadang-gadang Jokowi dalam setiap kesempatan, menurut audit BPK, bermasalah.

Sedangkan proyek pengadaan bus Transjakarta merupakan kelemahan kepemimpinan yang mencolok dari Jokowi di mana proyek tersebut telah masuk proses hukum di Kejaksaan.

Kepempinan pencitraan mencolok lainnya adalah penampilan isteri Jokowi yang tiba-tiba mengenakan jilbab pada acara debat capres, sesuatu yang tidak dilakukan sebelumnya. Pencitraan mencolok lainnya yang terakhir adalah umrahnya Jokowi sesudah perhelatan kampanye. Dari aspek manajemen, umrah hanya dalam dua hari adalah sesuatu yang tidak reasonable ketika 9 Juli ada perhelatan akbar di Indonesia.

Jokowi dan Masa Depan Indonesia

Jika 10 tahun menjadi gubernur DKI Jakarta, Jokowi dapat memeroleh konsepsi nasional dalam menempatkan Indonesia sebagai sebuah island city dalam negara dunia secara internasional. Pada waktu itu, Jokowi mungkin dapat menjadi saingan berat dalam Pilpres 2024.

Jika gagal menjadikan Jakarta sebagai salah satu ibu negara dunia, Jokowi hanya bisa menjadi seorang Menteri Dalam Negeri yang hanya melaksanakan tugas-tugas rutin operasional seperti Menteri Dalam Negeri selama ini.

Indonesia mana yang anda inginkan? Tepuk dada, tanya selera. Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version