GAZA CITY (voa-islam.com) - Saat Muslim seluruh dunia merayakan Idul Ftri, justru Muslim di Gaza, hanya bisa bertawakal kepada Allah Rabbul Alamin. Mereka tak ada lagi, rasa kawatir, segalanya dipasrahkan kepada Al-Khaliq. Mereka hanya menikmati dentuman rudal jet tempur Zionis-Israel.
Di mana saat Idul Fitri pesawat-pesawat tempur Zionis-Israel terus menembakkan rudal-rudal mereka, dan dahsyatnya suara ledakan bergema sepanjang malam, menyebabkan jalan-jalan Gaza sepi, awal hari Idul Fitri, Senin/28/7/2014.
Serangan artileri dan udara Zionis-Israel berlangsung di sepanjang malam, terutama di daerah timur Jalur Gaza, di mana sebagian warga Gaza merayakaan hari pertama Idul Fitri, yang menandai akhir bulan suci Ramadhan.
Saksi mata mengatakan kepada kantor berita Turki, Anadolu Agency, bahwa pasukan Israel menembakkan beberapa rudal di bagian timur Kota Gaza, Khan Younis,Jabalia dan Beit Hanoun di utara.
Namun, gencarnya tembakan rudal Zionis tidak menimbulkan korban, ungkap sumber di Palestina, yang menerima permintaan PBB gencatan senjata kemanusiaan selama 24 jam di Jalurdal Gaza, mulai 11:00 GMT pada hari Minggu.
"Saat ini ada gencatan senjata terbatas," kata jurubicara militer Israel, Brigadir Jenderal Motti Almoz, mengatakan kepada Radio Israel, dan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) bebas menyerang sasaran di Gaza, tambahnya.
Sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, mengatakan pihaknya menewaskan sepuluh tentara Israel di Jalur Gaza. Seorang jurubicara militer Israel mengatakan seorang tentara terluka di sana, tapi dia tidak tahu ada korban jiwa.
Beberapa warga di Gaza melaporkan bahwa mereka menerima pesan telepon yang direkam pada hari Senin, yang mengatakan dalam bahasa Arab, "Hamas harus dengar, jika anda masih ingin hidup, anda harus tahu, jika anda terus menyerang, kami akan menyerang, dan kami akan menyerang lebih keras".
Israel menjatuhkan selebaran di Gaza mencantumkan puluhan nama dari pejuang Hamas dan Jihad Islam, bahwa militer Zionis menewaskan mereka sejak awal serangan, ungkap selebaran itu.
"Daftar nama ini bagian dari nama-nama pejuang Palestina yang dinilai mereka bisa menghadapi kekuatan Angkatan Pertahanan Israel," ungkap leaflet itu, yang termasuk peta kuburan, di mana para pejuang tersebut diduga dikuburkan. Ini bagian perang urat syaraf Zionis terhadap rakyat Gaza.
Zionis-Israel tetap melakukan serangan yang melukai ribuan dan menewaskan lebih seribu warga di Jalur Gaza, di mana saat warga Gaza melakukan sholat Idul Fitri, Senin.
Para Muslim tetap berbondong-bondong ke masjid melaksanakan shalat Idul Fitri, dan berdoa secara khusus, yang dimulai 06:25 waktu setempat (03:25 WIB), menandai dimulainya 1 Syawal.
Namun, banyak warga Palestina yang tinggal di dekat daerah perbatasan Israel, mereka sebagian memilih tidak shalat, karena khawatir serangan artileri Israel.
Anak-anak sedikit yang ikut dalam shalat, dan orangn tua mereka tidak membawa anak-anak mereka, kawatir akan serangan udara Zionis-Israel. Hanya orang-orang tua dan dewasa, yang nampak memenuhi masjid-masjid di Gaza.
Shalat hanya berlangsung di masjid, dan tidak dilaksanakan di tempat terbuka atau dilapangan yang bisa menampung ribuan jamaah yang biasanya berkumpul melaksanakan sholat Idul Fitri dan merayakan Idul Fitri, karena kemungkinan serangan udara Zionis.
Menurut pejabat berwenang di Gaza, mengatakan bahwa sekitar 70 masjid hancur, dan tidak dapat digunakan melaksanakan shalat akibat serangan militer Israel. Zionis-Israel selain menyerang rumah, kantor, ladang pertanian, masjid-masjid di Gaza, tak luput dari sasaran militer Zionis.
Dalam khotbah-khotbah para khatib, para ulama Palestina mendesak rekan-rekan senegara mereka memberikan dukungan, dan Muslim Gaza harus tetap sabar dan bertahan serta berdoa untuk kemenangan menghadapi serangan Zionis-Israel.
"Ini hari libur, tapi kita melihat Muslim Gaza menemukan kesyahhidannya. Apa arti liburan ini? Siapa yang memiliki hati, pasti tidak bisa menikmati liburan?" kata seorang wanita tua, Um Mustafa Jarbou, dan nampak air mata mengalir di wajahnya saat ia duduk di lantai ruang sekolah.
Um Mustafa Jarbou datang dari kota Gaza utara, Beit Lahiya, tapi, seperti banyak orang lain, telah melarikan diri menjelang serangan darat Zionis-Israel.
"Ketika kita makan makanan, rasanya seperti makan racun. Seharusnya malu pada Muslim di Gaza. Dimana masyarakat dunia? Dimana semua orang?" tanyanya. Nampak dunia internasional, termasuk banyak saudara-saudara kita bangsa Arab, mereka sepertinya tak peduli dengan penderitaan Muslim Gaza, tuturnya.
Pada tahun ini, jalan-jalan Jalur Gaza biasanya sibuk dengan Muslim yang merayakan hari pertama Idul Fitri, dan mereka pergi belanja sampai larut malam. Tetapi, suasana sekarang sangat berbeda tahun ini, mereka lebih banyak di dalam rumah, menghindari serangan udara Zionis-Israel.
Pesawat jet tempur Israel terbang di atas Gaza, dan suara ledakan yang memekakan telinga akibat bunyi tembakan rudal, yang bergema sepanjang malam, jalan-jalan Gaza sepi dan lengang selama awal hari Idul Fitri tanpa aktivitas apapun.
"Anda tidak akan menemukan Muslim Palestina merayakan Idul Fitri tahun ini," kata Hossam al-Ranteesi, sopir taksi 32 tahun, kepada Anadolu Agency.
"Suasana kematian dan kehancuran dan bau darah di mana-mana , di jalan-jalan Gaza, dan serangan Israel masih terus berlangsung. Tidak ada perayaan Idul Fitri bagi kami tahun ini, "tambahnya.
"Bagaimana seharusnya seorang ibu merasakan, ketika ia membuka matanya pada hari Idul Fitri, dan tidak melihat anaknya berada di sampingnya?" kata Abir Shammaly, yang putranya tewas akibat serangan udara Zionis-Israel di distrik Shejaia di Gaza timur pekan lalu.
Alih-alih merayakan Idul Fitir dengan gembira, justru Shammaly duduk di samping anaknya, sambil menggali kuburan, bergabung dengan banyak warga Gaza lainnya yang menguburkan lebih dari 1.000 Muslim yang tewas akibat serangan udara Zionis, dan sebagian besar warga sipil.
Anak perempuannya meletakkan bunga berwarna merah muda dan putih diatas pusara kuburan anaknya.
"Dunia sedang melihat kita, tapi mereka tidak merasakan kepedihan kita. Kenapa mereka membiarkan kehidupan rakyat Palestina? Mengapa mereka melakukan hal ini kepada kami?" kata Shammaly, yang juga kehilangan rumahnya saat berlangsung pemboman di Shujaia.
Korban tewas Palestina dari serangan militer Israel yang sedang berlangsung yang menghancurkan Jalur Gaza yang diblokade bertambah menjadi 1.035 dan lebih 6233 terluka, sejak agresi militer Zionis 7 Juli lalu, kata seorang pejabat Departemen Kesehatan, Senin.
Selain korban manusia, Israel juga menghancurkan 2.330 unit rumah Gaza dan sebagian hancur 23,160 blok apartemen lainya. Zionis tidak lagi membedakan antara sasaran militer dan sipil. Semuanya mereka hancurkan.
"Hidup di sini telah berhenti akibat serangan militer Zionis-Israel," al-Rantisi, yang sedang menuju ke rumah sakit Kota Gaza barat mengunjungi anak terluka, kata Anadolu.
"Semua orang takut bahwa mereka mungkin menjadi sasaran berikutnya dari serangan udara Israel. Itu sebabnya tidak ada yang keluar, kecuali darurat dan hanya pada siang hari, "tambahnya.
Di dekatnya, sekelompok pemuda Palestina, yang terlantar akibat serangan Israel dari kawasan Shujaiya di bagian timur Kota Gaza, berkumpul di taman sekolah PBB yang memberikan mereka tempat berlindung untuk mengobrol dalam upaya melupakan kesengsaraan mereka.
"Ini adalah pertama kalinya kami menghabiskan Idul Fitri tanpa perayaan apapun," Khaled al-Beltagi, 25, mengatakan kepada Anadalo Agency. "Kami tidak merasa sukacita apapun tahun ini. Semua orang di sini memiliki kesedihan. Beberapa anggota keluarga mereka terbunuh, orang yang lain rumah mereka hancur”,ia melanjutkan mengatakan.
"Ada tragedi di setiap rumah. Bagaimana Anda mengharapkan kita merayakan? Operasi militer Israel, yang dijuluki Operasi "Ujung Pelindung," adalah serangan terbesar ketiga negara Zionis-Yahudi terhadap Jalur Gaza - yang merupakan wilayah negara yang dihuni 1,8 juta warga Palestina - dalam enam tahun terakhir.
Pada hari Sabtu, selama gencatan selama 12 jam, para petugas penyelamat berhasil mengevakuasi 117 jenazah warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, dari puing-puing rumah yang hancur akibat serangan Israel di bagian timur dan selatan Gaza.
Di rumah sakit terbesar di Gaza, sekelompok pemuda datang membagi permen kepada anak-anak yang terluka, yang tubuhnya kecil memiliki luka, dan masih diselimut darah merah akibat perang. Anak-anak mengerang kesakitan, yang mestinya menikmati kegembiraan di hari raya Idul Fitri.
"Saya tidak tahu tentang Idul Fitri. Mungkin ada Idul Fitri di luar. Kita semua terluka di sini," kata Inas Ashour, 16, yang menderita cedera kepala saat terjadi serangan udara di pinggiran Gaza timur, di kamp Zeitoun.
Ketika ditanya apakah dia senang, Aya Al-Namla (5 tahun), dia berpikir sejenak sambil berbaring di tempat tidurnya. "Ya, sebelum pengeboman", tuturnya.
Sementara itu, petugas medis Palestina, menemukan enam mayat dari bawah reruntuhan rumah di Jalur Gaza selatan, yang terguncang akibat serangan rudal Israel yang terus berlanjut selama tiga minggu, hingga sekarang.
"Enam mayat yang diambil dari bawah reruntuhan di kota Khuza'a," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qodra kepada Anadolu Agency.
Al-Qodra mengatakan petugas medis diizinkan masuk ke kota, dan berkoordinasi dengan Komite Palang Merah Internasional mengevakuasi para korban. Menurut saksi mata, pasukan Israel menembaki ambulan dan petugas medis, dan mereka dilarang masuk kota Gaza. Hasbunallah wa ni’ma wakil.
*mashadi/wb.