View Full Version
Selasa, 02 Sep 2014

Eropa Paling Besar Jumlah Jihadis yang Berjihad di Suriah dan Irak

PARIS (voa-islam.com) - Banyak Muslim di dunia yang memenuhi panggilan Khilafah Abu Bakar al-Bagdadi. Menurut sebuah riset yang dilakukan oleh CNN, lebih 11.000 jihadis dari seluruh dunia, yang sekarang berjihad di medan jihad Suriah dan Irak.

Mereka datang bergelombang dengan masing-masing membawa kebutuhan mereka sendiri. Mereka menanggung perjalanan mereka. Kemudian mereka sampai ke tempat tujuan yang mereka tuju, Suriah atau Irak.

Menurut laporan CNN itu, negara paling besar jumlah jihadis yang pergi ke Suriah atau Irak, yaitu Tunisia mencapai 3.000 jihadis, kemudian Arab Saudi 2.500 jihadis, Maroko 1.500 jihadis.

Inilah jumlah jihadis dari negara-negara Arab dan Afrika Utara yang pergi ke medan jihad di Suriah dan Irak. Mereka dengan kesadaran yang dalam memilih jalan berjihad di Suriah dan Irak. Dengan tujuan membebaskan negeri Muslim itu dari penjajahan, dan memperoleh syahid sebagai syuhada'.

Di lihat dari jumlah penduduk seperti Tunisia, jumlah mereka sangat sedikit, di mana Tunisia jumlah penduduknya hanyalah 6 juta. Tunisia juga sudah lama dibawah rezim diktator Zine al-Abidin yang berhaluan sosialis, dan sangat membenci terhadap kaum Islamis.

Pemilu di Tunisia, tahun 1994, dimenangkan oleh Parta An-Nahdhah, dibatalkan dan An-Nahdhah dibubarkan seluruh pemimpinnya ditangkap dan dipenjara, sebagian mengasingkan diri, seperti Prof.Rashid al-Ghanoushi. Zine al-Abidin tidak memberikan ruang bagi kaum Islamis hidup.

Sementara itu, Arab Saudi berpenduduk 25 juta, dan jumlah jihadis yang pergi ke Suriah mencapai 2.500 ini cukup besar. Pantas Raja Abdullah paranoid dengan adanya ISIS atau Daulah Islamiyah. Maroko jumlah penduduknya hanyalah 15 juta, dan jumlah jihadis yang pergi ke Suriah atau Irak mencapai 1.500 jihadis.

Maroko, dan Tunisia, dua negara di Afrika Utara itu, sekarang kekuasaannya berada di tangan kaum Islamis. Sementara itu, Libya menjelang keruntuhan kekuatan sekuler dan sosialis yang pro-Barat, dan sekarang kekuatan Islamis di Libya terus mengkonsolidasikan kekuatan mereka, dan bersama-sama menghadapi ancaman Mesir, UEA (Uni Emirat Arab), yang disokong oleh Amerika.

Libya usai kekacauan berlangsung pemilu dan dimenangkan kaum Islamis, dan memilih tokoh Ikhwan, Ahmad Matiq, menjadi perdana menteri, tapi kemudian digulingkan oleh Jendral Khalifah Haftar, yang sekarang mendapatkan suaka di Mesir.

Namun, paling menarik jumlah jihadis dari Eropa, jumahnya cukup besar, dan ini menjadi trend baru di daratan Eropa. Di mana kelompok muda yang pergi berjihad di Suriah dan Irak. Eropa yang materialis membuat penduduknya atheis, dan kini kaum Islamis tubuh subur, bagaikan cendawan di musim hujan. Pusat-pusat Islam berdiri di berbagai negara Uni Eropa.

Menurut hasil riset CNN, yang baru-baru merilis laporan tentang jumlah jihadis dari Eropa, menyebutkan jumlah jihadis dari negeri 'mode' Perancis, mencapai 700 jihadis, Inggris mencapai 500 jihadis, dan Jerman mencapai 400 jihadis. Rusia jumlah jihadis mencapai 800 orang. Ini sungguh sangat luar biasa. 

Bahkan, negara-negara kawasan Baltik, seperti Finlandia dan Irlandia, yang populasi Muslimnya relatif lebih sedikit, menyumbangkan jihadis yang signifikan, dengan perbandingan yaitu, rata-rara 1:1400. Artinya, satu orang jihadis, setiap 1400 Muslim di Finlandia dan Irlandia.

Ini sebuah data baru yang menunjukkan sebuah perubahan sikap Muslim di Eropa. Mereka tidak terpengaruh dengan isu 'Islam Phobia'. 

Tentu, diatas semua itu, Rusia yang menyumbangkan 800 jihadis ke Suriah dan Irak, ini menjadi indikator baru, di mana kekuatan Islam Rusia tumbuh dengan sangat penting.

Sekalipun Presiden Vladimir Putin, melakukan politik bumi hangus terhadap wilayah-wilayah Muslim, tapi kehidupa Muslim semakin kuat, dan ini terbukti bukan hanya di wilayah Kaukasus, termasuk Chechnya, tapi di Rusia Muslim semakin tumbuh. Di prediksi tahun 2050, di Rusia Muslim akan menjadi agama mayoritas.

Perubahan akan terus berlangsung di seluruh dunia Islam. 'Arab Spring' menjadi tanda perubahan yang sangat penting. Di mana fitrah masyarakat di negara-negara Arab ingin kembali kepada Islam sangat nampak. Sekalipun, tidak semua gerakan perubahan itu, berhasil dan memenangkan perlawanan terhadap rezim-rezim sekuler dan pro-Barat. Tapi, gelombang perubahan yang sekarang begitu kuat, tidak akan dapat dihentikan oleh siapapun.

Usaha-usaha menghentikannya adalah sia-sia. Koalisi antara penguasa negara-negara Islam, yang ingin tetap mempertahankan statusquo kekuasaan mereka akan tidak berarti. Seperti Arab Saudi dan UEA yang sekarang menjadi 'poros' di dunia Arab, gagal membendung arus perubahan kaum Islamis. Sekalipun, ada keberhasilan mereka menghancurkan Ikhwan di Mesir, tapi hanya bersifat sementara.

Tonggak perubahan akan terus bergejolak mulai dari Afghanistan, Suriah dan Irak, sampai Palestina. Segitiga perubahan di Dunia Islam ini, nantinya akan menjadi 'episentrum' bagi perubahan global.  

Pada akhirnya, nanti kekuatan kaum Islamis akan mengalahkan kaum kafir musyrik (Yahudi dan Nasrani), yang sekarang ingin mempertahankan hegemoni, dan dibantu para penguasa lokal yang munafiq. Tapi mereka tidak dapat bertahan lebih lama. Kemenangan Islam saatnya akan datang juga. Wallahu'alam. [email protected]


latestnews

View Full Version