View Full Version
Senin, 08 Sep 2014

Para Menlu Liga Arab Mendukung Rencana Global Memerangi ISIS

CAIRO (voa-islam.com) - Daulah Islam Irak dan Suriah (ISIS), menghadapi seluruh kekuatan global. Semuanya merasa takut dan terancam oleh ISIS. Bukan hanya negara-negara Barat dan Eropa yang merasa takut dan terancam, tetapi negara-negara Arab pun, nampaknya semua mengambil kebijakan mendukung perang melawan ISIS.

Tidak ada satupun negara di muka bumi ini, yang menolak bersekutu dengan Barat dan Eropa, termasuk negara-negara Arab semuanya, bersepakat ISIS menjadi ancaman bagi masa depan mereka. Maka, pilihan memerangi ISIS, sudah menjadi keniscayaan. Tidak ada satupun negara Arab yang menolak ajakan AS yang ingin membasmi dan memusnahkan ISIS dari muka bumi.

Pertemuan Menteri Luar Negeri  Liga Arab semuanya bersepakat mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menghadapi ISIS, dan bekerja sama dengan semua kekuatan internasional, regional dan nasional yang bertujuan untuk memerangi kelompok ISIS, ungkap Reuters, 7/9/2014.

Resolusi konferensi Menteri Luar Negeri Liga Arab, di dalam acara penutupan konferensi itu, mengeluarkan resolusi yang mendukung semua upaya dari Dewan Keamanan PBB, termasuk resolusi bulan lalu menyerukan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB bertindak untuk membendung semua dukungan aliran logistik, militer dan keuangan kepada kelompok ISIS yang sudah ditasbihkan sebagai ancaman global.

"Para Menteri Luar Negeri negara-negara Arab sepakat mengambil tindakan yang diperlukan untuk menghadapi kelompok-kelompok teroris termasuk ISIS, kata Ketua Liga Arab Nabil al-Arabi pada konferensi pers, tanpa secara eksplisit menyebutkan mendukung kampanye AS yang ingin memusnahkan ISIS dengan mendukung kampanye serangan udara melawan militan di Irak.

Sebelum dikeluarkan resolusi yang mendukung langkah-langkah Dewan Keaemanan PBB, para Menteri Luar Negeri Liga, seperti disampaikan oleh Sekjen Liga Arab, Nabil al-Arabi menyerukan konfrontasi militer dan politik yang menyeluruh (komprehensif) melawan ISIS dan kelompok jihad lainnya, tegas Nabil al-Arabi.

"Apa yang dibutuhkan adalah keputusan yang jelas untuk konfrontasi yang komprehensif, militer dan politik," kata Arabi pada pertemuan para Menteri luar Negeri Arab, sehari setelah Nabil al-Arabi dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry membahas tindakan politik dan militer terhadap kelompok ISIS yang menguasai sebagian besar bagian Irak dan Suriah.

Seorang diplomat Liga Arab mengatakan kepada wartawan bahwa para menteri sedang mempertimbangkan mengadopsi resolusi tentang memerangi ISIS dan melakukan "koordinasi dengan Amerika Serikat untuk menghadapi organisasi teroris ini", ungkapnya.

Rezim pemerintahan Syi'ah Irak sebelumnya menyambut baik rencana Presiden AS Barack Obama untuk membentuk koalisi internasional melawan militan ISIS sebagai "pesan kuat dari dukungan", setelah Obama berulang kali menelepon kepada Perdana Irak, Haider al-Abadi untuk bantuan menghadapi ISIS.

Obama menguraikan pertemuan puncak NATO Jumat lalu, yang akhirya bersepakat membentuk koalisi yang luas dan bersifat global untuk mengalahkan ISIS. AS mendorong Uni Eropa mengendorkan tekanan kepada Rusia, dan melakukan gencatan senjata dan Ukraina, dan semua kekuatan di fokuskan menghadapi ISIS. "Tidak ada satupun ancaman yang  lebih berbahaya, dibandingkan dengan ancaman dari ISIS", ujar Obama.

Akankah berakhir Daulah Islam Irak dan Suriah (ISIS) dengan usaha-usaha dari seluruh kekuatan dunia, yang ingin melenyapkan eksisetni mereka? Tidak ada satupun negara yang secara terbuka berani mendukung ISIS. Apalagi, ISIS sudah memiliki citra yang sangat menakutkan, bagi siapapun. Tindakan menghancurkan masjid, gereja, termasuk golongan minoritas di Irak, seperti Kristen dan Yazidi, membuat semua kekuatan global bersatu padu melawan ISIS.

Ini menjadi bahan perenungan kepada siapapun, terutama para pemimpin (qiyadah) dari Harakah (Gerakan) yang ingin melakukan perubahan, dan mengakhiri hegemoni, dan pembebasan penjajahan Barat di tanah bangsa-bangsa Muslim. Tidak mudah. Sebagai bukti sekarang ISIS, dan berbagai Gerakan Islam, baru muncul sudah dihancurkan dengan kekuatan militer.

Bagaimana akhir kisah ISIS yang sekarang menjulang, sesudah al-Qaidah, dan Taliban, dan Hamas di Palestina, ketiga-tiganya dihancurkan dengan skala masif menggunakan senjata dan kekuatan militer. Tentu, perlu melakukan evaluasi yang sangat mendalam. Pilihan model perubahan yang ditawar Ikhwanul Muslimin di Mesir, akhirnya juga dihancurkan. Padahal, Ikhwan sudah mengikuti model perubahan dengan cara-cara yang gradual (tadarrud), memafaatkan sarana demokrasi.

Memang, menghadpai kekuatan persekongkolan dari kafir musyrik dan munafiq yang sekarang mereka bersatu padu, harus memiliki kekuatan yang kokoh, dan didukung oleh kekuatan 'manusia' yang memiliki jiwa yang sangat kokoh keimanan dan aqidahnya, khususnya ketika menghadapi ma'arakah (perang).  

Jika, sementara ini, akhirnya ISIS dapat dihancurkan oleh koalisi global yang terdiri dari Amerika, Uni Eropa, Rusia, dan Liga Arab, tidak berarti berakhirnya pejuangan bagi orang-orang Mukmin menegakkan nilai-nilai Islam, sampai tidak ada lagi 'fitnah' dari kafir musyrik di bumi. Memang, mereka harus diperangi, seperti perintah Allah Rabbul Alamin. 

Kematian hanyalah sarana ujian bagi orang-orang Mukmin. Apakah ia  benar-benar mencintai Allah, Rasul, dan dinul haq (al-Islam)? Kehidupan di dunia semua hanyalah sarana ujian. Bukti cinta kita kepada Allah, Rasul, dan dinul haq (al-Islam), itu menuntut pengorbanan (tadhiiyah).

Pengorbanan itulah kelak yang dipersembahkan kepada Allah Azza Wa Jalla, ketika kita menghadap. Semua akan kembali menghadapi Rabbul Alamin dengan wajah tersenyum. Jika benar-benar ikhlas. Dalam meniti perjuangan tidak ada motif yang lain. Bukan menginginkan aksesoris kehidupan dunia, yang bakal punah. Allah Rabbul Alamin tidak akan menyelisishi janji-Nya kepada orang-orang Mukmin. Wallahu'alam.

[email protected]

 


latestnews

View Full Version