ANKARA (voa-islam.com) - Parlemen Turki menyutujui melakukan perang terhadap ISIS. Ini sebagai resiko Turki menjadi anggota NATO. Di mana AS dan Koalisi 50 negara, termasuk Negara-negara Arab bersama-sama memerangi ISIS.
AS terus menekan Turki agar melakukan perang darat di Kobane melawan ISIS. AS meminta pangkalan Turki dijadikan basis menyerang pejuang ISIS. Ini sebagai tindakan terakhir menyelamatkan para milisi Kurdi di Kobane yang nyaris jatuh ke tangan ISIS.
Tak ada tanda-tanda Turki memenuhi seluruh permintaan AS dan Sekutu, dan kemudian Turki melakukan serangan terhadap posisi ISIS di Suriah dan Irak. Turki hanya menyiagakan angkatan perangnya di perbatasan Kobane. Tak lebih dari itu.
Turki menolak digunakan pangkalan udaranya di Incirlik, sebagai basis melakukan serangan udara terhadap ISIS. Jadi Turki belum beranjak melakukan perang terhadap ISIS. Sekalipun sudah mendapatkan persetujuan parlemen.
Karena sikap Turki yang tidak jelas itu, kemudian AS menuduh Turki mendukung ISIS. Sampai Wakil Presiden AS, Joe Biden, perlu melakukan kunjungan resmi ke Turki, meminta maaf atas tuduhan AS kepada Turki yang dinilai memihak kepada ISIS.
Sekarang, Turki harus memilih antara ISIS dan Kurdi, dan akhirnya Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan dan Perdana Menteri Ahmet Davotuglo, harus memilih antara memerangi ISIS atau membiarkan Kurdi kalah. Masing-masing memiliki resiko dan implikasi bagi masa depan Turki.
Bagi Turki, kelompok Kurdi sudah lama menjadi ancaman, dan menciptakan de-stabilisasi terhadap pemerintah Turki. Kelompok PKK (Partai Komunis Kurdi), melakukan aktifitas di sepanjang perbatasan antara Turki dan Irak, dan membuat gerakan militer, dan telah menelan ribuan korban. Belakangan pemerintah Turki, melakukan langkah-langkah politik, mencari solusi politik, dan menghentikan operasi militer.
Di ujung usaha Turki menyelesaikan masalah Turki, secara politik ini, tiba-tiba terjadi serbuan dari pejuang ISIS di Kobane. Kobane hampir 60 persen, sekarang telah dikusai oleh ISIS. Selama perang antara milisi Kurdi, Peshermarga dengan ISIS, sudah hampir 1.000 orang tewas di Kobane. Langkah AS dan koalisi tak dapat menolong dari kejatuhan Kobane. AS dan Sekutu, tidak memandang penting Kobane, sabagai wilayah yang strategis, dan harus dipertahankan mati-matian.
Sementara itu, Turki sangat marah dengan aksi demonstrasi di perbatasan dengan Kobane, termasuk di Istambul, dan kota-kota lainnya, yang sudah menewaskan lebih 40 orang. Presiden Turki, Erdogan, aksi demonstrasi kelompok Kurdi itu, tujuannya hanya ingin menggulingkan dirinya. Erdogan juga menuduh Mossad (intelijen Israel) terlibat dalam aksi kekerasan di Turki.
Bersamaan meningkatnya perang di Kobane, dan aksi demo yang penuh dengan kekerasan di Turki itu, justru militer Turki melakukan serangan terhadap kelompok Kurdi, yang jauh di wilayah Irak. Tindakan militer Turki ini, semakin melemahkan kelompok milisi Kurdi, yang sekarang ini menjadi alat ‘penyangga’ bagi AS dan sekutunya menghadapi ISIS.
Di tengah kegentingan yang terjadi di Kobane, dan krisis di Turki, pejuang ISIS terus melakukan manuver militer, bukan saja ke Kobane, tapi sekarang Provinsi Anbar, bagian barat Irak, sekarang sudah 100 persen jatuh ke tangan ISIS. ISIS sudah menguasai seluruh provinsi Anbar. Tak ada lagi kekuatan militer yang tersisa di Anbar.
Dikbarkan pasukan pemerintah Irak ditempatkan di pinggiran kota Heet di provinsi Anbar, yang terkepung telah ditarik ke Bagdad, dan meninggalkan kota Heet, di mana seluruh Provinsi Anbar di barat Irak, seluruh di bawah kontrol penuh ISIS, menurut sumber-sumber pejabat keamanan di Bagdad, Senin, 13/10/2014.
Pejuang Daulah Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah menyerang kota-kota di Anbar, dan akhirnya merebut pusat kota barat di sungai Efrat, tapi kontingen yang cukup besar pasukan pemerintah itu sebagian menyerah, dan sebagian mereka meninggalkan Anbar ke Bagdad.
"Pasukan Irak dievakuasi dari kota Heet yang menjadi pusat latihan kamp militer, Minggu malam atas perintah komando militer di Bagdad," kata seorang pejabat senior polisi di Ramadi, ibukota provinsi Anbar, kepada AFP.
"Pemimpin militer kami berpendapat bahwa segera meninggalkan kekuatan-kekuatan militer di Heet, yang terkena serangan oleh ISIS, dan mereka akan lebih baik digunakan menopang pertahanan pangkalan udara al- Asad”, ujar pejabat militer di Bagdad.
Namun, pangkalan militer dan Bandar udara Bagdad pun, sekarang berada dalam jangkuan pejuang ISIS. Di mana menurut pejabat senior Irak, sekarang ribuan pejuang ISIS, sudah berada dipinggiran ibukota Bagdad.
Ahmed Hamid, yang memimpin Komite Keamanan Dewan Provinsi Anbar, mengatakan sekitar 300 anggota pasukan keamanan menarik diri dari pusat pelatihan akademi Heet beberapa kilometer barat laut kota.
Mereka membakar trailer dan infrastruktur lainnya sebelum meninggalkan pangkalan. Saksi mengatakan kepada AFP pejuang ISIS mengambil alih apa yang tersisa dari kamp militer di kota Heet, pada Senin pagi.
Pasukan pemerintah Irak menderita serangkaian kekalahan di Anbar dalam beberapa pekan terakhir, dan pejabat militer Irak memperingatkan bahwa cengkeraman mereka di ibukota Ramadi semakin lemah. Tak ada lagi, kekuatan yang dapat bertahan di Anbar.
Nampaknya, bersamaan dengan jatuhnya provinsi Anbar, di barat ibukota Bagdad, Turki akan membiarkan Kobane jatuh ke tangan ISIS. Turki ingin melemahkan kelompok Kurdi, yang terus-menerus dalam beberapa dekde menjadi ancaman di negara itu.
Terlalu banyak kekuatan dan kemampuan Turki, khususnya menghadapi kelompok Kurdi di perbatasan Turki. Dengan kekalahan kelompok Kurdi di Kobane, dan di Irak, maka ini mengurangi beban keamanan bagi Turki.
Turki sangat berkepentingan melemahkan Kurdi, dan membiarkan kalah dalam perang di Kobane dan Irak. Kemenangan Kurdi di Kobane (Suriah) dan Irak, hanya menjadi ancaman masa depan Turki, dan terlalu beresiko bagi masa depan politik Erdogan. Wallahu’alam.