View Full Version
Senin, 20 Oct 2014

Janganlah Terlalu Banyak Berharap Kepada Jokowi

JAKARTA (voa-islam.com) - Siapapun tak akan pernah bisa terpuaskan oleh sebuah kekuasaan. Siapapun  tak akan pernah bisa terbahagiakan oleh sebuah kekuasaan. Siapapun tak akan pernah bisa mendapatkan keadilan hakiki oleh sebuah kekuasaan. Apalagi dengan sistem 'la diniyah' (sekuler).

Siapapun tak pernah akan pernah bisa mewujudkan mimpi-mimpi dengan berhimpun dalam sebuah kekuasaan. Karena kekuasaan itu, hanyalah topeng bagi orang-orang yang memang haus dengan kekuasaan. Tak ada kekuasan yang benar-benar dengan tulus mengabdi kepada rakyat.

Setiap kali lahir pemimpin baru atau presiden baru, selalu rakyat berharap dengan penuh harap, bisa mendapatkan kepuasan, kebahagiaan, keadilan, dan terwujud mimpi-mimpi mereka. Tapi semuanya tak pernah bisa didapatkan oleh rakyat, dan hanya bisa berharap dan bermimpi.

Rakyat, kebanyakan sering terbuai oleh mimpi  dan  ilusi, dan memang mimpi dan ilusi, itu selalu diciptakan, tujuannya memberi harapan. Harapan bagi mereka yang masih suka berharap. Hanya semuanya berakhir dengan kekecawaan. Terkadang tragis.

Selamanya akan berakhir dengan kekecewaan, frustasi, kehancuran, serta malaptetaka. Bila seseorang atau rakyat hidupnya digantungkan hanya kepada satu orang. Satu orang dianggap memiliki kelebihan, kehebatan, dan kemampuan yang terkadang tidak logis. Orang-orang atau rakyat, juga terkadang menjadi tidak rasional. Inilah yang melahirkan ledakan kekecewaan yang hebat.

Rakyat tidak pernah salah. Terkadang terlalu menaruh harapan dan kepercayaan kepada seseorang. Bisa pemimpin atau presiden. Harapan dan kepercayaan itu, memang sengaja diciptakan oleh mereka, yang mempunyai kepentingan. Dengan segala cara. Termasuk memanipulasi tentang sejarah pemimpin atau presiden itu. Kemudian, rakyat meyakini tentang sebuah kebohongan tentang kehidupan dan sejarah pemimpin atau presiden itu.

Tak pernah ada yang jujur dan terus terang cerita tentang calon pemimpin atau presiden yang harus diterima oleh rakyat. Selalu diberikan pembenaran dengan berbagai cara. Semua disosialisasi melalui media. Media menjadi faktor penentu tentang sejarah seorang pemimpin atau presiden.

Sebuah pameo yang mengatakan, bila kebohongan dan kebusuhkan itu, secara terus-menerus dicekokan, dijejalkan dengan menggunakan opini secara permanen, akhirnya bisa merubah keyakinan orang-orang atau rakyat yang belum pernah percaya.

Tidak banyak pemimpin yang benar-benar jujur, dan ‘genuine’ (asli) memiliki kepribadian yang jujur, dan dapat dipercaya, serta memiliki empati kepada rakyat.

Sekarang berlangsung pesta-pora menyambut pelantikan Jokowi-JK sebagai pemimpin baru Indonesia. Luar biasa. Kampanye dan opini yang dibangun oleh media menjelang pelantikan Jokowi-JK, sampai sesudahnya, termasuk kemeriahan yang diciptakan terus berlangsung.

Semuanya tujuan hanya satu memberi penggambaran kepada rakyat, bahwa Jokowi benar-benar pemimpin rakyat dan dipilih oleh rakyat.

Kemeriahan pelantikan Jokowi-JK itu, belum pernah ada dalam sejarah pelantikan presiden di Indonesia. Baru pertama kalinya, pelantikan Jokowi-JK, dikampanyekan secara massive oleh berbagai media massa, dan penggambaran tentang karakter dan pribadi Jokowi. Inilah bentuk kampanye dan membangun kepercayaan bagi orang-orang dan rakyat.

Siapapun pemimpin dan presiden, terutama di Indonesia, secara empirik belum ada yang benar-benar dapat memberi kepuasan,  kebahagiaan, dan keadilan. Sepanjang sejarah Indonesia. Soekarno, Soeharto, BJ.Habibie Abdurrahman Wahid, Megawati, dan SBY.

Semuanya hanyalah membuat rakyat kecewa. Kekuasaan mereka berakhir dengan nista. Bahkan hanya melahirkan bencana.

Mula-mula, setiap kali lahir pemimpin baru, orang-orang dan rakyat, selalu disuguhi dengan cerita-cerita yang baik dan hebat tentang sang ‘pemimpin’. Kisah yang begitu menakjubkan tentang pribadinya, kejujurannya, kemampuannya, dan kesungguhnya sebagai pemimpin.

Tapi, faktanya hanya sedikit, bahkan tak ada pemimpin di Indonesia yang mewariskan kehidupan yang lebih baik. Tidak ada kemajuan. Dari waktu ke waktu.

Masih ingat tentang Soekarno? Begitu dipuja-puja. Sebagai pahlawan. Pembebas. Soekarno sebagai ‘hero’. Semuanya hanyalah berakhir dengan nista. Tak ada yang bisa dikenang dengan manis.

Ketika ingat Soekarno hanya akan ingat hidup sangat susah. Makan susah. Bahkan rakyat banyak yang terkena busung lapar, dan makan tiwul. Tentu, peristiwa yang paling diingat di era Soekarno, pembrontakan PKI, yang menewaskan ratusan ribu rakyat, dan mungkin lebih satu juta.

Soeharto berkuasa tiga puluh tahun. Apa yang diwariskan oleh Soeharto? Kecuali utang yang menggunung. Asset negara dikuasai oleh konglomerat Cina, yang menjadi piaraan Soeharto. Sekarang rakyat dan bangsa Indonesia seperti ‘yatim  piatu’ yang sangat miskin, dan tidak memiliki apa-apa lagi. Semuanya menjadi miliki asing dan cina.

Pengganti Soeharto lebih lemah lagi, orang-orang seperti Megawti, Abdurrahman Wahid, dan SBY, tak meninggalkan apapun yang bisa menjadi kebanggaan. Barangkali hanya sedikit selingan lahirnya pemimpin Indonesia, yang bisa dibanggakan, mungkin BJ. Habibie. Bisa menyelamatkan ekonomi Indonsia, ketika krisis, dan kemudian ditumbangkan.

Sekarang, rakyat berharap dan menggantungkan nasib mereka kepada Jokowi. Jokowi sudah dicitrakan oleh media-media pendukung mereka, sebagai tokoh yang jujur, sederhana dan merakyat.

Sehingga, rakyat menjadi percaya dan meyakini, Jokowi itu tokoh yang jujur, sederhana, dan merakyat. Bahkan, Majalah Time membuat Jokowi sebagai ‘cover’ majalah itu dengan title, “A New Hope”.  Benarkah Jokowi akan menjadi harapan baru bagi rakyat dan bangsa Indonesia?

Waktu dan sejarah yang akan membutkikanya. Jokowi benar-benar akan di uji oleh waktu dan sejarah. Apakah dia seorang yang jujur, sederhana, dan merakyat? Terlebih lagi bisa memuaskan, membahagiakan, dan memberikan keadilan kepada rakyat. Bukan hanya janji. Rakyat terlalu sering menerima janji. Semuanya tak pernah ada yang bisa membuktikan janjinya.

Terkadang apa yang diinginkan oleh rakyat tidak bisa terwujud. Sebaliknya, terkadang apa yang dibenci oleh rakyat  justru didapatkan.

Kita jangan terlalu berharap kepada manusia. Karena hakekatnya manusia itu makhluk lemah. Bersikaplah biasa saja terhadap Jokowi. Jokowi tidak perlu ditempatkan sebagai manusia super. Tidak perlu disambut dengan berlebihan. Nanti pasti akan kecewa. Wallahu’alam.  

[email protected]


latestnews

View Full Version