View Full Version
Jum'at, 12 Dec 2014

Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan Mengembalikan Kejayaan Islam

ISTAMBUL (voa-islam.com) - Seperti janjinya saat pelantikan, Presiden Recep Tayyib Erdogan, mengatakan akan mengembalikan kejayaan Turki Otsmani. Mengembalikan kejayaan Turki dibawah kekuasaan Khilafah Otsmani. Erdogan akan menghidupkan kembali sekolah-sekolah Islam, termasuk sekolah imam dan khatib di Turki.

Erdogan menegaskan akan melakukan  program reformasi, yang digambarkannya sebagai upaya langkkah melawan kerusakan moral akibat budaya sekuler dan materialisme.

Sebaliknya, kalangan sekuler yang menjadi oposisi mengkritik dan mengingatkan, bahwa apa yang dijalankan oleh Erdogan itu, sebagai dorongan yang tidak diinginkan untuk membentuk negara itu menjadi lebih Islami.

Data atas pekembangan terbaru menunjukkan,  tahun ini ada hampir sejuta murid terdaftar di sekolah-sekolah Islam. Artinya, ada  kenaikan signifikan jika dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2002 yang hanya  65.000.  

Sekolah-sekolah Islam itu, memang memisahkan anak-anak perempuan dan laki-laki. Dalam sepekannya,  ada 13 jam pelajaran tentang Islam di luar kurikulum umum, termasuk pelajaran Bahasa Arab, Quran dan kisah hidup Nabi Muhammad SAW.

Dalam sebuah pidatonya pada pembukaan sekolah imam khatib di Ankara, medio November lalu, Presiden  Erdogan mengungkapkan pentingnya sekolah-sekolah yang berbasis agama Islam.

"Ketika tidak ada pendidikan budaya dan moral agama, timbul masalah-masalah sosial yang serius, seperti ketergantungan narkoba dan rasialisme, mengisi kekosongan itu," ujar Erdogan, dalam sebuah simposium kebijakan obat dan kesehatan publik.

Namun, dorongan untuk menciptakan lebih banyak pelajaran dan sekolah agama itu, telah mengundang protes dari kalangan para orangtua. Para orang tua yang mengenyam pendidikan sekuler ini,  tetap menginginkan pendidikan sekuler untuk anak-anak mereka.

"Kami menolak tata kelola pendidikan dengan aturan agama," ujar Ilknur Birol, juru bicara inisiatif.

"Sistem ini tidak berakar pada anak muda dengan perspektif maju, yang dicerahkan oleh ilmu pengetahuan, namun pada generasi yang menghargai kepatuhan." Filiz Gurlu, orangtua murid di sekolah Kadir Rezan Has di Istanbul, tempat salah satu gedungnya diubah menjadi fasilitas-fasilitas imam khatib, mengatakan murid-murid SD sekarang berdesak-desakan di satu gedung.

"Perpustakaan, laboratorium, komputer dan ruang musik sekarang ada di gedung yang diambil alih, sehingga anak-anak tidak lagi memiliki akses," ujarnya.

"Beberapa kelas tidak memiliki ruang yang cukup. Ini langkah yang tidak terencana, anak-anak tidak bisa beradaptasi begitu saja."

Huseyin Korkut, kepala asosiasi alumni imam khatib, mengetakan ada permintaan besar atas sekolah imam khatib. Namun, klaim itu dituding hanya berdasarkan survei-survei di tiga wilayah, provinsi-provinsi Kayseri, Konya dan Erzurum, yang merupakan wilayah konservatif.

Mereka yang berkeberatan dengan ini akan  mendesak pemerintah untuk melakukan survei di seluruh negeri.  "Perubahan-perubahan jenis-jenis sekolah ditentukan oleh pemerintah lokal secara sewenang-wenang," ujar Isik Tuzun, koordinator Reformasi Pendidikan, sebuah LSM  di Sabanci University di Istanbul. "Hal ini dilakukan dengan tergesa-gesa."

Menteri Pendidikan Nabi Avci mengatakan, permintaan akan sekolah-sekolah imam khatib meningkat pada tahun ajaran sekarang dan yang lalu. Meski beberapa langkah Erdogan telah membuat marah oposisi, reformasi-reformasi yang lebih luas dalam dekade terakhir telah meningkatkan jumlah guru dan menaikkan tahun wajib belajar.

Erdogan sangat sadar dalam membangun negaranya, dan obsesinya yang sangat kuat untuk mengembalikan kejayaan Islam, hanyalah dengan cara memperbanyak generasi baru yang faham dan menguasai nilai-nilai Islam. Generasi baru yang seperti 'Mohamad al-Fatih' yang berhasil mengalahkan Konstatinopel yang menjadi pusat kerajaan Salibis Romawi, perlu dibangun generasi baru yang Islami.

Turki akan kembali menapaki jalan kejayaan yang pernah mereka capai, saat Khilafah Otsmani yang sangat megah dan bersejarah dengan menerapkan Islam sebagai sistem kehidupan. Kekuasaannya membentang dari Timur ke Barat, termasuk di daratan Eropa (Balkan).

Erdogan hanya dalam waktu satu dekade kekuasaan telah merubah Turki, yang ekonominya bangkrut dan keamanan dalam negeri mengalami kekacauan, akibat konflik antara pemerintah dan militer. Tapi, semua berakhir dengan kekuasaan yang dicapai oleh Erdogan, dan menjadi negara yang makmur dan stabil diantara gugusan negara-negara Uni Eropa.

Di tengah-tengah kehancuran dunia Islam yang dihancurkan para pemimpinnya sendiri, di mana mereka telah menjadi kaki tangan Zionis dan Amerika, seperti yang terjadi di negara-negara Arab sekarang ini, karena masuk jebakan Zionis dan AS, justru Turki dibawah Erdogan dapat keluar dari semua jebakan, dan berdaulat secara ekonomi dan politik.

Sehingga, Turki menjadi kekuatan regional yang tangguh diantara negara-negara Eropa. Dengan kekuatan ekonominya yang besar, nomor empat di antara negara Uni Eropa, maka Turki ikut dalam menentukan kebijakan regional yang sekarang ini berlangsung di kawasan Timur Tengah. Di tengah kehancuran negara-negara Arab.

Kekuatan dunia Arab alias Timur Tengah ini, justru menjadi porak-poranda, saling membunuh diantara mereka sendiri. Kekacauan di dunia Arab dan Timur Tengah, tak lain, karena para penguasa negara-negara di dunia Arab dan Timur telah masuk jebakan Zionis dan Amerika, ikut dalam koalisi membunuhi sesama Muslim, hanya dengan memberi lebel teroris kaum Islamis.

Inilah kebodohan para pemimpin Arab yang sudah terkena penyaki 'nifaq' (munafiq), sehingga bersedia membunuhi saudaranya sendiri Muslim atas pentunjuk Washington dan Tel Aviv. Wallalhu'alam.

[email protected]


latestnews

View Full Version