JAKARTA (voa-islam.com) - Apakah kita kaum Muslim/Mukmin akan mengikuti langkah dan jejak mereka yang tidak menggunakan fitrah dan fungsi Akal. Sebagaimana sabda Nabi yg mulya shallallahu alaihi wa sallam sebagai berikut :
Latatba’unna sunana man kaana qaoblakum syibron bi syibron wa dziroo’an bi dziroo’an hatta law dakholuu hujro dhobbin tabi’tumuuhum, qulnaa ya Rasulullah, al Yahuuda wa Nashooroo?...Qoola’ Fa ‘man. (HR.Bukhari.7320).
Yang artinya: Ummatku akan mengikuti langkah dan jejak sunnahnya orang-orang terdahulu, walaupun sampai masuk kelobang DHOB (lobang biawak). Para sahabat bertanya, apakah yg dimaksud sunnahnya orang2 terdahulu itu adalah Yahudi dan Nashara, dan beliau menjawab’siapa lagi kalau bukan mereka’.
Dan salah satunya dan hal ini yg paling munkar yaitu ikut memeriahkan dan merayakan” "NATAL". Padahal telah ada FATWA dari MUI tahun 1984 larangan ikut memeriahkan dan merayakan NATAL bagi kaum Muslimin/Mukmin, sekalipun hanya sekedar memberikan ucapan Selamat Natal.
Bahkan Imam Syafii rahaimahullah mengatakan, makanan dan buah-buahan, air minum dari perayaan natal tersebut adalah HARAM. Bahkan Buya Hamka lebih baik meletakan jabatannya sebagai Ketua MUI/mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua MUI, dari pada harus mencabut Fatwa tersebut,yang dipaksakan oleh penguasa pada saat itu untuk mencabut Fatwa MUI yang berkaitan dengan larangan Perayaan dan Ucapan Natal tersebut. Karena para Imam dan para Ulama tersebut sadar sesadar-sadarnya, konsekwensinya akibat dari perbuatan tersebut, yaitu:
"Hampir saja langit pecah dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh (karena ucapan itu) karena mereka menganggap Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak”. (QS Maryam: 90-91)
Tidak bisa dibayangkan betapa dahsyatnya murka Allah karena menuduh Allah memiliki anak. Allah yang memiliki sifat mukhalafatu lil hawadits (berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya) disamakan, menyerupai mahkluk-Nya yg lemah dan hina, yang justru diciptakan untuk menyembah dan beribadah kepada-Nya. QS.51/56
Untuk itu, Allah menegaskan dalam Alquran surat Al-Ikhlash ayat 3-4 ; ”Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya.”
Karena itu, menyamakan Allah Ta’ala dengan makhluk ciptaanNya , merupakan perbuatan yang sangat munkar NISTA dan TERCELA.
Apalagi menganggap bahwa Dia Yang Maha Perkasa mempunyai anak, Laa Hawlaa walaa quwatta illaa bilaah……
Tidak ada Agama manapun selain "ISLAM" yang me-"MULYA"-kan fitrah dan fungsi kedudukan "AKAL”.
Didalam al-Quran kalimat "ULUL ALBAB" disebutkan lebih dari 17 kali, yaitu: dalam surah al-Baqarah sebanyak 4 kali pada ayat 164, 179,197 dan 269, dalam surah Ali Imran sebanyak 2 kali, pada ayat 7 dan 190, kemudian dalam surah al-Maidah ayat 100, surah Yusuf ayat 111, surah ar-Ra'du ayat 22, surah Ibrahim ayat 52, surah Shad ayat 29 dan 43 dalam surah az-Zumar ayat 9,18,21 dalam surah al-Mu'min ayat.54, dan surah at-Thalaq ayat 10, dan lain sebaginya.
Sedangkan selain Agama Islam Akal dimatikan, mrk menyembah Makhluk yang tidak bisa memberikan Manfaat dan Mudharat seujung-kukupun. Bahkan mereka hinakan martabatnya sebagai manusia lebih hina daripada binatang.(QS.7/179)
Bahkan binatang dijadikan sesembahan.QS.an-Najm/49. Padahal Allah Ta'ala telah menciptakan MANUSIA sesempurna-sempurna mahkluk yang Allah ciptakan, bahkan sebaik-baik kejadian.(QS.95/4) diantara seluruh kejadian "Makhluk Ciptaan Allah".
Padahal penciptaan langit, bumi dn alam semesta jagat raya ini lebih besar dan lebih dahsyat dr penciptaan manusia (QS.32/7-9). Mereka diluar Islam tidak menggunakan dan memanfaatkan fungsi dan fitrah Akal pemberian Allah tersebut.
“Dan mereka tidak meng-Agung-kan Allah dengan peng-Agung-an yang semestinya. Padahal Bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit di-gulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari yang mereka persekutukan”.(QS.az.Zumar.67). "Dan Allah murka kpd orang yg tidak menggunakan Akalnya" .(QS.10/100).
Dialog Mengucapkan Selamat Natal :
Muslim: "Bagaimana natalmu?"
David: "Baik, kau tidak mengucapkan selamat natal padaku??"
Muslim: "Tidak. Agama kami menghargai toleransi antar agama, termasuk agamamu. Tapi urusan ini, agama saya melarangnya..!!"
David: "Tapi kenapa?? Bukankah hanya sekedar kata2? Teman2 muslimku yg lain mengucapkannya padaku??"
Muslim: "Mungkin mereka belum mengetahuinya, David. Bisakah kau mengucapkan dua kalimat Syahadat?"
David: "Oh tidak, saya tidak bisa mengucapkannya... Itu akan mengganggu kepercayaan saya..!"
Muslim: "Kenapa?? Bukankah hanya kata2? Ayo, ucapkanlah..!!"
David: "Sekarang, saya mengerti.."
Inilah yg menyebabkan Buya Hamka memilih meninggalkan jabatan dunia sebagai Ketua MUI ketika didesak pemerintah utk membatalkan "FATWA BATHIL mengucapkan Selamat Natal" yang meskipun anggapan HANYA BERUPA kata-kata keakraban/toleransi.
Namun disisi Allah nilainya justru menunjukkan kerendahan aqidah seorang hamba yg tidak faham / tidak mau mengerti akan konsep ilmu agama yang disisi lain faham akan ilmu-ilmu umum yg sifatnya tiada kekal, tak berimbas akan keselamatan akhiratnya yg abadi.
In memoriam Buya Hamka, dan bila membaca informasi ini bisa disampaikan kepada seluruh kaum Muslimin/Mukminin, agar aqidah mereka selamat, dan ini sudah merupakan da'wah kepaeda banyak orang.Selamatkan akidah saudara kita yg lain sbgmana kita ingin diselamatkan jika ada yang salah.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.(QS : al-Maidah 72)
Satu bukti Jesus bukan Tuhan menurut Al-Kitab dan Al-Qur'an Masih banyak bukti lainnya.
Kristolog H.Ihsan Mokoginta memberikan gambaran tentang Yesus bukan Tuhan, yang bersumber dari Bibel, seperti ada dalam Matius 1:1-25:
1:1 | Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. |
1:2 | Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, |
1:3 | Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, |
1:4 | Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, |
1:5 | Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, |
1:6 | Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, |
1:7 | Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, |
1:8 | Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, |
1:9 | Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, |
1:10 | Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, |
1:11 | Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. |
1:12 | Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, |
1:13 | Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, |
1:14 | Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, |
1:15 | Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, |
1:16 | Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. |
1:17 | Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus. |
1:18 | Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. |
1:19 | Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. |
1:20 | Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. |
1:21 | Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." |
1:22 | Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: |
1:23 | "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita. |
1:24 | Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus. |
|
Sebenarnya sislilah Yesus (Nabi Isa AS) hanya bisa dinisbatkan kepada ibunya Maryam karena kelahiran beliau tidak melalui hubungan biologis. Yesus (Nabi Isa AS) lahir dari kalamullah maka lebih pantas disebut Yesus atau Isa putra Maryam bukannya Isa atau Yesus bin Yusuf. Karena ia dilahirkan oleh manusia maka, Ia seratus persen manusia bukan Tuhan.
Yang namanya Tuhan (Allah) mustahil bersilsilah. Dia tidak berawal dan berakhir, maka kesimpulannya sebagai berikut:
Pertama, setiap yang bersilsilah pasti dia bukan Tuhan. Kedua, Yesus bersilsilah berarti Yesus bukan Tuhan.
Firman Allah SWT menjelaskan:
"Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." – (QS.Al-Hadiid 57:3)
Ayat tersebut menjelaskan hanya Allah saja yang ridak berawal dan berakhir sementara Yesus (Nabi Isa AS) berawal dan berakhir dengan kematiannya.
Maka, setiap yang berawal dan berakhir pasti bukan Tuhan, dan Yesus berawal dan berakhir, berarti Yesus bukan Tuhan.
Memang Isa bukan Tuhan. Sungguh kesesatan yang nyata, tapi begitu banyak orang yang mengikutinya. Maka tinggalkan kesesatan dari musyrikin itu. Wallahu'alam.
abimantrono awar.