JAKARTA (voa-islam.com) - Kematian 17 orang wartawan-kartunis Charlie Hebdo membuat masyarakat dunia mensikapinya dengan sangat emosional. Melahirkan hysteria secara global. Begitu berduka dan bersedih. Melihat kematian 17 orang wartawan Charlie Hebdo. Seakan mereka yang mati itu begitu penting. Begitu luar biasa bagi nilai kemanusiaan.
Perhatian para pemimpin dunia begitu luar biasa. Mereka ikut larut dalam duka atas kematian mereka. Bahkan mereka berpartisipasi dalam aksi yang diikuti jutaan orang di Perancis. Tragedi Charlie Hebdo itu menjadi kampanye melawan kekerasan yang terjadi atas wartawan Charlie Hebdo. Menjadi momentum kampanye melawan kekerasan, ekstrimitas, dan de-humanisasi.
Tapi tewasnya wartawan dan kartunis Charlie Hebdo itu, hanyalah akibat dari perbuatan mereka sendiri? Mereka bertindak melampui batas. Dengan menghina Nabi Muhammad. Mereka dengan mengatasnamakan kebebasan dan demokrasi melakukan penistaan terhadap Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasssalam. Seandainya tidak ada penistaan oleh kartunis Charlie Hebdo itu, mungkinkah akan terjadi serangan terhadap mereka?
Tapi kesadaran para pemimpin dunia dan masyarat dunia, khususnya hanya terkait dengan Charlie Hebdo semata. Begitu banyak kekerasan yang terjadi di dunia Islam sekarang ini, tanpa dapat mengusik hati nurani mereka. Mereka membisu dan membiarkan berbagai kekerasan terus berlangsung. Karena memang kekerasan secara global itu, buah tangan mereka. Kekerasan dan peperangan itu, semata produk mereka.
Berapa dekade Zionis-Israel melakukan kejahatan kemanusiaan atas bangsa Palestina. Muslim Palestina ditangkap, dipenjara, disiksa, dibunuh, dan tanah mereka dirampas. Berapa kali Zionis-Israel melakukan pembantaian massal. Bagaimana peristiwa Sabra dan Shatila yang menewaskan ribuan pengungsi Palestina oleh ttangan Zionis? Adakah kepedulian dan menyentuh hati nurani para pemimpin Barat?
Berapakali Zionis-Israel melakukan invasi dan agresi militer ke tanah Palestina, seperti terhadap Gaza? Berapa banyak Muslim Palestina yang tewas, dan menghadapi kehancuran total. Adakah para pemimpin Barat bersimpati kepada Muslim Palestina. Alih-alih mereka bersimpati, justru menyalahkan Hamas dengan tuduhan sebagai teroris.
Berapa banyak para pempipmpin Palestina yang dibunuh Zionis? Sejak mulai Yaser Arafat, Ahmad Yasin, Rantisi, Izzuddin al-Qassam, dan sampai hari ini pembunuhan itu terus berlangsung.
Seakan Muslim sebagai manusia yang tidak berharga. Layak dibunuhi dengan semena-mena, tanpa ada konsekwensi apapun atas kematian mereka. Para pemimpin Muslim seperti 'tikus' mereka bunuhi. Para pemimpin Barat tidak sedikitpun ada yang berfikir tentang nasib Muslim yang sudah mereka bunuhi dengan cara-cara yang sangat biadab, dan tanpa rasa kemanusiaan sedikiitpun.
Lihat betapa kehancuran bangsa Palestina sekarang ini, akibat tangan-tangan Zionis yang terus menerus menumpahkan darah Muslim Palestina. Berulangkali terjadi. Invasi militer Zionis tahun 2014, yang berlangsung lebih satu bulan itu, membawa effect damage (efek kehancuran) yang menyeluruh. Ribuan Muslim Palestina yang tewas, dan seluruh infrastruktur hancur lebur. Adakah para pemimpin dan masyarakat Barat bersedih atas peristiwa yang terjadi di Gaza?
Lihatlah. Betapa kematian yang terjadi di Suriah dan Irak. Setiap menit pasukan Sekutu yang dipimpin Amerika melakukan pemboman terhadap ISIS. Apakah kesalahan ISI? Mengapa harus dimusnahkan. Hanya dengan lebel teroris dan ekstrimis belaka, kemudian ISIS diperangi.
Amerika sudah berulangkali menumpahkan darah kaum Muslimin di manapun. Dengan cara-cara yang kotor. Tapi, tidak ada yang mengutuk tindakan biadab yang dilakukan oleh Amerika dan sekutunya. Kehidupan ini benar-benar penuh dengan paradok dan ketidak adilan.
Di Paris berlangsung aksi yang dipimpin oleh sejumlah anggota keluarga korban penembakan, dimulai di Place de la Republique dan berakhir di Place de la Nation, Minggu kemarin.
Aksi ini dihadiri olehPresiden Perancis, Francois Hollande, yang bergandengan tangan dengan 40 pemimpin dunia,seperti Perdama Menteri Inggris David Cameron, Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita, dan Raja Yordania Abdullah II.
Padahal, mereka yang hadir di Paris dan melakukan aksi solidaritas itu, tak lain, para pembunuh biadab dan wajib dikutuk atas kejahatan mereka di dunia Islam. Tangan mereka penuh dengan darah Muslim. Tidak layak menyuarakan keadilan dan kesedihan ;atas kematian korban penembakan Charlie Hebdo. Mereka adalah para pembantai yang sangat bengis. Menumpahkan darah Muslim dengan darah dingin.
Maka tak aneh aksi itu diikuti oleh Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu yang tangannya penuh dengan genangan darah Muslim. Mereka berempati terhadap korban Charlie Hebdo. Sejatinya hanya cara memanpulasi penduduk dunia, bahwa mereka berempati kepada korban yang tewas akibat penembakan yang dilakukan oleh Muslim yang menuntut balas atas penghinaan terhadp Nabi Shallahu alaihi wassalam.
Para penjahat yang berkumpul di Paris dalam aksi solidaritas itu, mereka hanya para penipu masyarakat dunia, yang berpura-pura ingin menampakan wajah humanisnya, tapi sejatinya mereka itu penjahat yang paling terkutuk, karena sudah menumpahkan begitu banyak darah Muslim. Tanpa sedikitpun merasa bersalah. Wallahu’alam.