View Full Version
Senin, 09 Feb 2015

Ketakutan Pangeran Charles Atas Radikalisme Islam dan Hancurnya Budaya Barat

JAKARTA (voa-islam.com) - Islam menakutkan panggung kehidupan Uni Eropa. Sekarang Islam semakin menakutkan kalangan liberal dan sekuler. Mereka sangat terganggu. Tidak merasa nyaman dengan kehidupan mereka.

Mereka tidak bisa hidup dengan terus bertumpu kepada sekulerisme dan liberalisme.

Sekulerisme dan liberalisme seperti penyakit kanker yang sangat akut, dan sudah mencapai stadium empat. Tidak ada lagi obat mujarab yang dapat menyelamatkan kehidupan mereka.

Perlahan-lahan mereka menuju kematian dan kehancuran secara sistemik. Eropa benar-benar  mendekati sekarat. Tidak ada lagi harapan masa depan mereka.

Budaya sekulerisme dan liberalisme hanya melahirkan berbagai kehidupan yang sangat paradok. Paradok keidupan diantara penduduk Eropa sudah sangat jelas.

Sekulerisme dan liberalisme yang hanya melahirkan kehidupan yang  berorientasi kepada materialisme sudah mencapai puncaknya. Tidak akan lagi dapat naik dalam mencapai kemajuan.

Uni Eropa sudah stagnan. Sudah mandeg. Tidak ada  lagi pencapaian yang mereka temukan. Kehidupan mereka hanyalah sebuah rutinitas belaka. Seperti binatang ternak.

Makan, intertaimen, dan sek. Tidak ada lagi yang lebih dari itu. Agama sudah mereka tinggalkan. Mereka menjadi sangat atheis.

Mereka sudah mulai menampakan penyimpangan perilaku. Akibat kegagalan mereka menemukan kehidupan yang mereka inginkan, kebahagiaan. Sekulerisme dan liberalisme, hanya melahirkan kekosongan jiwa.

Mereka lari kepada alkohol, narkotik, marijuana, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya.

Bingkai kehancuran yang sekarang ini menyeruak seantero Eropa, yaitu perkawinan antara jenis. Gay dan lesbi menjadi tren baru di Uni Eropa. Keluarga ‘single parent’, sudah menjadi pilihan rata-rata dikalangan masyarakat Uni Eropa.

Orang-orang di  Uni Eropa lebih suka hidup bersama dengan anjing, dibanding harus menikah dan memiliki anak-anak. Anak  bagi mereka sebuah beban, dan tidak berguna.

Tak aneh kalangan liberal dan konservatif di seluruh Uni Eropa, sekarang mereka sama-sama memperjuangkan perkawinan antara jenis. Hampir semua parlemen Uni Eropa, sudah meratifikasi tentang perkawinan antara jenis.

Jenis ML (making love), bukan lagi antara laki-perempuan. Tapi, antara pasangan laki-laki (gay), atau pasangan perempuan (lesbi).

Demokrasi tak pernah memberi alternatife bagi kehidupan mereka. Berapa kali pemilu? Berapa kali partai saling memperebutkan kekuasaan melalui pemilihan parlemen dan presiden. Tetap tidak bisa mengobati yang sekarang di derita oleh masyarakat Uni Eropa.

Malah demokrasi yang anak kandungnya pemilihan itu, melahirkan anak kandung kekacauan politik. Melahirkan kelompok-kelompok sosial dan politik yang saling konflik.

Panggung politik di Eropa sekarang di uji dengan krisis yang terjadi di negara Yunani. Di mana krisis ekonoomi yang terjadi di Yunani, menjalar ke seluruh daratan Eropa. Uni Eropa sudah menggelontorkan triliun euro guna menyelamatkan Yunani. Tetap tidak berubah.

Separtuh penduduk Yunani menjadi pengganggur. Tanpa masa depan. Inflasi,utang luar negeri, sudah tidak lagi dapat dibayangkan.  Yunani menjadi taruhan bagi Uni Eropa.

Sekarang ditambah dengan ancaman Rusia ke seluruh daratan Uni Eropa, dan dimulai dengan serbuan militer ke Ukraina. Ribuan sudah tewas. Perang tidak akan pernah berhenti.

Karena Rusia dibawah Presiden Vladimir  Putin, masih hidup dengan mimpi, dan meninginkan kejayaan, dan Rusia ingin menjadi imperium.

Seluruh kekuatan militer sampai ke rudal balistik antara benua, semua sudah disiapkan. Tinggal menekan tombol dan pelatuk, dan ‘efect damage’ (efek kehancurannya), sudah  sulit dibayangkan.

Di  tengah kondisi Uni Eropa seperti ini, Pangeran Charles memberikan peringatan tentang ancaman radikalisme Islam  yang tumbuh dikalangan anak muda Eropa. Radikalisme dikalangan anak  muda Uni Eropa itu, sebuah antitesa dari budaya Eropa sudah menjelang kehancuran.

Anak-anak muda Muslim mereka dengan budaya Islamnya, tetap eksis dan berpegang dengan teguh, melawan sekulerisme dan liberalisme yang sanga destruktif. Ini yang digambarkan sebagai ancaman baru bagi kehidupan masyarakat Uni Eropa.

Peristiwa penembakan terhadap Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang membuat panik kalangan Uni Eropa dan Barat. Mereka semua terkejut, dan berbicara tentang radikalisme.

Bahkan, Pangeran Charles  menggambarkan semakin banyaknya anak-anak muda yang radikal, dan  "menakutkan" dan menjadi salah satu "kekhawatiran yang terbesar Eropa”, ujar Charles.

Dalam sebuah wawancara dalam program Sunday Hour di Radio 2, Pangeran Charles mengatakan tentang harapannya untuk "membangun jembatan" antara keyakinan yang berbeda.

Pangeran Charles mengatakan, "Tentu saja, saya rasa ini merupakan suatu kekhawatiran terbesar, dan makin meluasnya (radikalisme) ini menjadi bagian yang menakutkan.

Sejatinya kalangan muda Muslim sedang tumbuh di daratan Eropa, dan mereka sudah mulai memenuhi ruang-ruang kehidupan. Kehadiran mereka menjadi ‘anti tesa’ terhadap budaya sekuler dan liberal yang sudah mapan.

Lahiran budaya baru, budaya ‘tauhid’ perlahan-lahan akan menggantikan budaya ‘syirik’ yang bersumber dari paganisme Yahudi dan Nasrani.

Ibaratnya seperti seorang ibu yang melahirkan, penuh dengan darah, dan rasa  sakit. Sebuah fenomena baru di daratan Eropa, lahirnya generasi baru Muslim, yang akan menyambut datangnya cahaya ‘al-Islam’, dan akan memberikan kebahagian kepada seluruh manusia. Tidak ada yang perlu dikawatirkan.

Seperti seorang ibu yang melahirkan, penuh dengan darah, dan rasa sakit. Sesudah melahirkan semua rasa sakit dan darah itu hilang, dan digantikan oleh kebahagiaan. "Telah datang kebenaran, dan kebathilan akan sirna".

Budaya syirik itu secara inherent (melekat) akan menghancurkan dirinya sendiri. Seperti kanker yang menggerogoti tubuh Uni Eropa. Kecuali mereka mau menerima cahaya baru 'al-Islam', dan hanya itu yang dapat menyelamatkan hari depan mereka. Wallahu’alam.

mashadi1211@gmail.


latestnews

View Full Version