JAKARTA (voa-islam.com) – Zaman serba susah. Hidup pun serba susah. Walaupun sudah berganti pemimpin berkali-kali. Tidak ada satupun diantara mereka yang membuat rakyat tenteram, bahagia, sejahtera, dan mendapatkan rasa keadilan.
Setiap kali lahir pemimpin isinya hanyalah ‘tukang tipu’ atau ‘tukang dusta’. Menipu dan berdusta terhadap rakyat seperti sudah menjadi pilihan mereka.
Tetap saja yang makmur dan berlimpah harta-benda para pemimpin dan pejabat. Tidak ada pemimpin dan pejabat yang paling belakang menikmati berkah rezeki kekayaan harta-benda.
Mereka semua berjanji memakmurkan dan mensejahterakan rakyat. Tapi, ketika mereka berkuasa dan menjabat, mereka menindas, menyiksa, dan menzalimi rakyat. Tanpa peduli.
Rakyat di azab dengan berbagai kebijakan yang membuat mereka menderita. Mulai dari kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, sampai kenaikan listrik, gas elpiji, transportasi dan lainnya. Seakan sengaja rakyat dibuat lebih menderita dari waktu ke waktu.
Para pemimpin dan pejabat tidak rela bila melhatnya rakyatnya bisa tertawa. Rakyat terus dibuat menderita. Tanpa akhir. Bahkan, sekarang membeli ‘raskin’ (beras miskin) pun, mereka sudah tak mampu.
Sementara itu, para pemimpin dan pejabat terus mengumbar janji, dan membuat pencintraan, tanpa henti. Ini hanyalah satu cara menutupi kebusukan mereka di depan rakyat.
Sejatinya mereka tidak ada yang memiliki empati dan simpati terhadap rakyat. Secuilpun. Mereka hanya suka membuat sensasi di depan kamera wartawan. Tapi kosong tidak realisasinya yang konkrit bagi kehidupan rakyat jelata.,
Para pemimpin dan pejabat berkomplot dengan para ‘taoke’ Cina yang sudah menguasai sektor ekonomi Indonesia. Para kartel yang umumnya bermata ‘sipit’ itu, mereka tidak peduli dengan tingkat penderitaan rakyat yang begitu luar biasa.
Dengan menguasai seluruh jaringan distribusi barang kebutuhan pokok dari hulu sampai hilir, maka mereka seenaknya bisa memainkan harga. Rakyat terus dicekik oleh para ‘taoke’ Cina dengan menimbun dan menaikan harga sesuka hati mereka.
Para ‘taoke’ Cina itu menjadi ‘kroni’ para pemimpin dan pejabat. Negeri ini sudah dikapling-kapling. Semuanya uang ‘sogokan’ dari para 'taoke' Cina mengalir ke kantong para pemimpin dan pejabat.
Sehingga mereka menjadi kaya-raya dengan cara mencekik leher rakyat. Karena mereka sudah menguasai seluruh sektor kehidupan. Rakyat sangat menderita dengan kondisi ini. Tapi tidak ada yang peduli.
Tentu diatas segala penderitaan rakyat yang luar biasa itu, tumbuh dengan sangat subur para OKB (Orang Kaya Baru), hasil persongkolan antara para pemimpin dan pejabat dengan para ‘taoke’ Cina, dan kekuatan penjajah asing.
Ini semakin nampak para pemimpin dan pejabat hanyalah perpanjangan tangan para penjajah ‘taoke’ Cina dan penjajah asing. Mereka membuat ‘kenyang’ kepada para pemimpin dan pejabat dengan berbagai ‘upeti’.
Lihat gaya hidup para pejabat, keluarganya, dan para kroninya. Bermewah-mewah. Hidup dengan gaya hidup ala ‘pangeran’.
Memiliki pesawat pribadi, tinggal di rumah yang eksklusif, apartemen mewah, berlibur ke luar negeri, dan menikmati tempat-tempat berlibur yang sangat mewah dan sangat eksklusif bersama dengan para ‘gundik’ dan peliharaan mereka.
Anak-anak mereka yang masih ‘ingusan’ diberi modal puluhan atau ratusan miliar, tanpa ada rasa malu sedikitpun. Membuat perusahaan ‘abal-abal’ sekadar untuk melakukan pencucian uang hasil sogokan atau suap dari para ‘taoke’ Cina yang menginginkan proteksi (perlindungan). Ini sudah gejala umum.
Maka ada istilah KKN (Korupsi, Kolusi, dan Napotisme). Membagi-bagi kekayaan negara, mirip seperti membagi harta warisan milik nenek moyang mereka.
Hari-hari ini rakyat ramai dicekoki dan disuguhi berita tentang begal motor. Ada yang tertangkap, dan langsung dibakar hidup-hidup. Para begal itu adalah rakyat miskin. Tidak memiliki keahlian apapun. Tidak memilliki pendidikan. Tidak memiliki akses politik dan ekonomi.
Mereka mencari cara yang paling mudah medapatkan ‘uang’ dengan cara melakukan begal. Mereka rakyat jelata yang miskin.
Mereka tidak bisa bernegosiasi dengan tokoh partai. Mereka tidak bisa melakukan negosiasi dengan para pemimpin dan pejabat yang berkuasa. Mereka tidak bisa melakukan negosiasi dengan para ‘taoke’ yang sudah menguasai ekonomi Indonesia.
Mereka mencari makan dengan cara yang paling mudah menjadi ‘begal’. Karena mereka bodoh, tidak berpendidikan, miskin, dan tidak memiliki akses politik dan ekonomi. Nasib mereka tragis. Dibakar oleh rakyat.
Tapi mereka yang berkhianat terhadap rakyat dengan berdusta dan menipu rakyat, mereka tidak dibakar oleh rakyat seperti tukang ‘begal motor. Tapi Alllah Azza Wa Jalla, tidak akan pernah mengingkari janjinya.
Mereka yang sudah membuat rakyat menderita, dan menzalimi rakyat, pasti mereka akan mendapatkan bagian di akhirat kelak. Dibakar dengan api neraka selamanya, abadi. Wallahu’alam.