View Full Version
Rabu, 18 Mar 2015

Ancaman Perang di Timur Tengah dan Kemenangan Netanyahu

TEL AVIV (voa-islam.com) - Ancaman perang di Timur Tengah di depan mata dengan kemenangan Partai Sayap Kanan yang dipimpin Netanyahu. Di mana hasil pemilu Israel  berdasarkan exit poll menunjukkan kemenangan Netanyahu, sekalipun tidak  ada partai pemenang  yang mendapatkan suara mayoritas mutlak.

Berdasrkan hasil exit poll yang sudah mencapai 90 persen itu, pemimpin Partai Sayap Kanan Likud yang dipimpin Benyamin Netanyahu mendapatkan 30  kursi dari 120 kursi parlemen. Sedangkan penantangnya Isaaq Herzog yang memimpin Partai Uni Zionis mendapatkan 23 kursi.

Isaaq Herzog sudah mengakui kekalahannya, dan menyampaikan  ucapan selamat kepada Benyamin Netanyahu. Netanyahu sudah menyatakan kemenangannya, dan mengajak partai-partai lain, termasuk Uni Zionis, membentuk pemerintahan baru yang  kuat.

Namun, belum ada tanggapan dari Uni Zionis, menanggapi ajakan dari Benyamin Netanyahu. Usaha Netanyahu tidak mudah mendapatkan dukungan dari partai ‘kiri tengah’ seperti Uni Zionis. Uni Zionis sudah menolak  ajakan  koalai dengan Netanyahu dan memilih sebagai oposisi.

Kemenangan Netanyahu ini akan menambah semakin suramnya situasi politik di Timur Tengah, dan perdamaian yang sekarang ini sudah menghadapi jalan buntu. Dalam kampanyenya secara terbuka Netanyahu, mengatakan, bahwa jika ia menang tidak pernah ada apa yang di sebut : NEGARA PALESTINA.

Netanyahu tidak pernah mengakomodasi adanya negara PALESTINA MERDEKA. Pemimpin Partai Sayap Kanan Likud bersikukuh tidak ada apa yang disebut NEGARA PALESTINA. Termasuk konsep yang pernah ditawarkan oleh Amerika di zaman Presiden George Bush, yaitu konsep : DUNA NEGARA, yang hidup berdampingan, yaitu PALESTINA MERDEKA DAN ZIONIS ISRAEL.

Para pemimpin Zionis-Israel, termasuk dari partai apapun, tak pernah mau menerima adanya negara Palestina merdeka. Mereka ingin melanggengkan penjajahan dan perbudakan atas bangsa Palestina yang tanah airnya sudah dicaplok dan dijajah sejak tahun l948. Inilah yang akan menjadi sumber konflik dan perang secara abadi antara : ARAB-ISRAEL.

Sementara para pemimpin Palestina termasuk Hamas menolak mengakui eksistensi Zionis-Israel di tanah Palestina. Mereka adalah penjajah. Rakyat Palestina ingin terus berjuang mendapatkan kemerdekaan tanah airnya. Sekalipun telah membawa korban yang sudah tidak terhitung jumlahnya. Mereka menghadapi perang, pemenjaraan, penyiksaan, dan bahkan kematian  yang jumlahnya  sudah tidak terhingga.

Netanyahu sudah berulangkali melakukan agresi militer ke Gaza. Tahun 2008, 2011, dan terakhir 2014, dan telah menghancurkan secara total Gaza. Sampai hari ini Gaza masih tetap porak-poranda dan tidak ada pembangunan kembali atas wilayah yang sudah poranda.

 Konferensi di Cairo bulan Oktober tahun 2014, menghasilan komitmen membangun kembali Gaza, namun dikaitkan dengan  syarat, Hamas tidak boleh melakukan terhadap Israel, tapi menolak. Sehingga, sampai hari ini pembangunan Gaza terhenti.

Satu-satunya negara Arab yang sudah mulai merealisasikan bantuannya hanyalah Qatar, yang sudah memberikan komitmennya, membantu $ 1 miliar dollar. Sekarang pejabat Qatar telah melakukan kunjungan ke Gaza, memulai pembangunan atas wilayah Gaza yang sudah hancur.

Sekarang tidak ada negara lain yang secara terbuka membantu pembangunan Gaza, kecuali Qatar. Mesir justru mengambil tindakan yang sangat naïf, di mana pengadilan Mesir, menjatuhkan keputusan yang menjadi Hamas sebagai organisasi : TERORIS.

Ini bagian dari usaha dan kebijakan Mesir mencekik setiap gerakan di Palestina yang ingin membebaskan negara dari penjajahan, dan justru Mesir yang menjadi penghalangnya. Apalagi, Hamas sebuah gerakan yang berafiliasi dengan Jamaah Ikhwan. Ikhwan  menjadi musuh bebuyutan setiap penguasa di Mesir dan dunia Arab. Wallahu’alam.

*mashadi

 


latestnews

View Full Version