RIYADH (voa-islam) - Arab Saudi dan negara-negara Teluk membentuk aliansi militer menghadapi kudeta militer yang dilakukan oleh Syi'ah Houthi di Yaman. Hanya dalam waktu kurang dari tiga lima bulan, Yaman Utara dan Selatan telah jatuh ke tangan Syi'ah Houthi. Syi'ah sudah menjadi ancaman regional, bersamaan dengan jatuhnya Yaman.
Menurut Al Arabiya News melaporkan bahwa Arab Saudi mengerahkan 150.000 tentara, 100 pesawat tempur dan pasukan angkatan laut ke Yaman setelah Presiden Hadi meminta bantuan negara-negara sekutu Teluk untuk melawan pemberontak Houthi, yang sudah maju ke arah mendaktikota Aden - di mana kekuatan Syi'ah Houthi berhasi menggulingkan Presiden Hadi dari kekuasaan melalui kudeta.
Pesawat tempur Kerajaan Araab Saudi mulai melakukan opersi udara Kamis pagi, dan menghancurkan basis Hothi yang dijaga oleh rudal anti serangan udara. Serangan pasukan Arab Saudi itu, setidaknya telah mencapai sasaran utama, yaitu empat jet tempur Houthi dan rudal permukaan-ke-udara (SAM).
Laporan menyatakan bahwa pemimpin tertinggi Syi'ah Houthi yaitu Abdulkhaliq al-Houthi, Yousuf al-Madani, dan Yousuf al-fishi tewas, dan kepala Komite Revolusioner Houthi, Mohammed Ali al-Hothi, luka berat, akibat serangan udara koalisi.
Koalisi yang terdiri negara-negara Teluk, terdiri Arab Saudi, Uni Emirat Arab,Qatar, kecuali Oman telah bergabung, dan melakukan serangan udara terhadap posisi Houthi di Sanaa. Sementara itu, negara Teluk masing-masing mengerahkan pasukan jet tempur mereka untuk menyerang Houthi.
Negara Non Teluk juga telah menunjukkan dukungan mereka untuk Operasi "Decisive Storm", diantaranya Jordan mengerahkan enam jet tempur, Maroko, yang menyatakan "solidaritas penuh" ke Arab Saudi, dan mengirimkan enam jet tempur sementara Sudan menyediakan tiga jet tempur.
Pada hari Kamis, sebuah media militer menegaskan bahwa Sudan mengambil bagian dalam operasi militer yang dipimpin Saudi. Tidak ada rincian lebih lanjut tapi juru mengatakan seluruh negara Teluk akan mengerahkan kekuatan militernya.
Seorang pejabat Yordania mengatakan kepada Reuters, "Hal ini sejalan dengan langkah mendukung legitimasi pemerintahan di Yaman, keamanan dan stabilitas ... Yaman serta dan keamanan Teluk adalah kepentingan strategis yang tinggi untuk Jordan", tegasnya.
Namun, pejabat itu menolak untuk mengomentari laporan bahwa Jordan bisa memberikan bantuan pasukan darat untuk menghadapi Houthi. Sementara itu, menurut Al Arabiya News mengatakan Mesir dan Pakistan akan mengirimkan jet tempur dan kapal perang untuk mengambil bagian dalam kampanye melawan Houthi.
Pada hari Kamis, Mesir menegaskan hal itu akan bergabung dengan koalisi yang dipimpin Saudi. "Koordinasi sedang berjalan dengan Arab Saudi dan negara-negara Teluk untuk mempersiapkan partisipasi angkatan udara dan angkatan laut Mesir Mesir, dan kekuatan tanah jika memungkinkan, sebagai bagian dari aksi koalisi," kata kementerian luar negeri Mesir dalam sebuah pernyataan .
Sumber lain militer Mesir mengatakan bahwa Mesir berpartisipasi dalam operasi militer dengan kedua angkatan laut dan udara. Kemudian, para pejabat Mesir mengatakan empat kapal perang memasuki Suez menuju Teluk Aden untuk memberikan dukungan lebih lanjut untuk Operasi "Badai Tegas."
Para pejabat menambahkan bahwa kapal akan mengambil bagian dalam operasi "untuk mengamankan" perairan strategis yang mengontrol akses ke selatan Terusan Suez.
Barat yang mendukung kelompok oposisi Koalisi Nasional Suriah juga mengatakan mendukung operasi Saudi dan menyuarakan dukungannya terhadap Hadi sebagai pemimpin Yaman "sah". Selain dukungan negara-negara Arab, Presiden AS Barack Obama resmi menyatakan dukungan logistik dan intelijen untuk "Badai Tegas."
Mantan Perdana Menteri Lebanon, Saad al-Hariri mengatakan kepada Al Arabiya News bahwa "kita semua memiliki hubungan baik dengan Iran, namun Iran tidak dapat melakukan intervensi dengan cara itu mengintervensi Yaman, tegasnya.
Namun, pejabat Houthi politbiro Mohammed al-Bukhaiti kepada Reuters, bahwa kelompok Syiah disiapkan untuk menghadapi kampanye Saudi tanpa meminta bantuan dari sekutu mereka Iran. Meskipun, faktnya Iran telah mengapalkan ratusan ton senjata melalui udara dan laut kepada pemberontak Syi'ah Houthi di Yaman.
Ketika ditanya apakah sudah ada komunikasi dengan Iran sejak awal serangan, atau jika Houhtis akan mencari bantuan militer dari Teheran, Bukhaiti mengatakan: "Tidak. Orang-orang Yaman siap untuk menghadapi agresi ini tanpa campur tangan asing. "
Sementara itu, Hariri dijelaskan Houthi berkembang di Yaman sebagai "tidak dapat diterima," dan Saudi melakukna "pencegahan," dan menyuarakan dukungannya kepada Hadi sebagai "sah" pemimpin negara.
Seorang pegamat politik yang berbasis di Dubai Shakib Mathni mengatakan kepada Al Arabiya News bahwa "tanpa operasi militer, kudeta terhadap Hadi akan sepenuhnya sempurna", tambahnya.
Mathi mengatakan operasi militer datang "terlambat", dan ekspansi Houthi '"akan memacu konflik yang lebih luas tidak hanya di Yaman, tetapi di wilayah Teluk dan Arab", tambahnya.
Dia menambahkan, "Houthi tidak sendiri," mengacu pada klaim dukungan Iran. "Mereka memiliki kekuatan militer yang setara dengan rezim Yaman yang digulingkan. Aliansi ini tidak hanya akan membuat perang saudara, tetapi perang saudara ke seluruh Arab, tegasnya.
Pada hari Kamis, Menteri Pertahanan Saudi memperingatkan putra pemimpin Yaman Ali Abdullah Saleh yang digulingkan, Ahmed Ali Saleh tidak menyerang Aden. Banyak rakyat Aden melihat mantan presiden Ali Abdullah Saleh, seorang pengecam keras Hadi, sebagai penghasut sebenarnya di balik perluasan gerakan Muslim Syiah Houthi ke kota Aden.
Saleh masih sangat berpengaruh di militer. Pasukan Pengawal Republik yang masih setia kepadanya, dan diyakini mendukung pasukan Houthi melawan Hadi. Jadi mantan Presiden Abdullah Saleh telah mendukung Syi'ah Hoouthi.
Presiden Hadi, yang tetap berbasis di Aden, dalam semangat tinggi setelah operasi Saudi yang dipimpin meluncurkan "Badai Tegas," kata seorang ajudan.
"Operasi ini telah memulihkan tekad rakyat" untuk melawan Houthi, Mohammed Marem, direktur kantor Hadi, kepada Reuters.
Dalam operasi militer yang dijalankan oleh pasukan Hadi telah meciptakna keseimbangan baru, dan para pemimpin militer yang setia kepada Hadi kembali menguasai bandara Aden. Perang akan berkecamuk lebih luas, akibat konflikasi antara Presiden Ali Abdullah Saleh dengan Presiden Hadi dan Syi'ah Houthi. Wallahu'alam.