View Full Version
Ahad, 29 Mar 2015

Eksklusif : Saudi Menolak Melindungi Presiden Yaman Abdullah Saleh dan Anaknya

RIYADH (voa-islam.com) - Anak Ali Abdullah Saleh mencoba mendekati pemerintah Arab Saudi dua hari sebelum Operasi "Decisive Storm",  tapi usulannya ditolak oleh pemerintah Saudi.

Dua hari sebelum Operasi "Decisive Storm," putra mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mencoba mendekati pemerintah Saudi menawarkan untuk berbalik melawan milisi Houthi, sebagai imbalannya dia  meminta perlindungan dan kekebalan diplomatik untuk dia dan ayah, dan bisa hidup di Saudi, ungkap Al Arabiya News Channel, Sabtu, 28/3/2015.

Ahmad Ali Abdullah Saleh, putra Ali Abdullah Saleh, awalnya bertemu di Riyadh dengan Jenderal Yousuf Al-Idris, Wakil Kepala Intelijen Saudi, sebelum mengunjungi dan bertemu dengan Menteri Pertahanan, Pangeran Mohammed bin Salman, yang juga putra Raja Saudi Salman bin Abdulaziz.

Selama pembicaraan, anak Abdullah Saleh meminta perlindungan untuk dia dan ayahnya dan pencabutan sanksi PBB kepada mantan presiden Yaman yang mengundurkan diri pada tahun 2012 setelah memerintah selama 33 tahun.

Anak Abdullah Saleh telah menawarkan imbalan untuk melancarkan kudeta terhadap Houthi, dan menggunakan sekitar 5.000 pasukan khusus yang loyal kepada Saleh dan 100.000 anggota Garda Republik.

Tapi pemerintah Arab Saudi menolak, ungkap sebuah sumber yang sangat dekat dengan kerajaan. Pemerintah Arab Saudi sangat marah dengan dukungan Ali Abdullah Saleh kepada Syi'ah Houthi, dan menyebabkan jatuhnya ibukota Sanaa, dan bahkan milisi Houthi dan pasukan yang setia kepada Ali Abdullah Saleh mengepung Aden. 

Dalam pembicaraan, Pangeran Salman menekankan bahwa kerajaan Arab Saudi tetap berkomitmen untuk tetap pada  inisiatif Teluk, di mana Presiden Abdullah Saleh harus lengser dari kekuasaannya. Ini menyangkut keputusan negara-negara Teluk, tegas Salman.

Pangeran Salman juga menekankan bahwa Abdrabbu Mansour Hadi adalah presiden Yaman yang sah Yaman dan memperingatkan bahwa setiap manuver menargetkan ibukota Aden akan dianggap melanggar garis merah.

Saleh, yang secara luas diyakini sebagai dalang kerusuhan di Yaman, adalah penentang Presiden Hadi. Presiden Ali Abdullah Saleh yang sudah berkuasa selama 30 tahun lebih, masih berambisi menjadi presiden, dan menggunakan milisi Syi'ah Houthi  bersama dengan pasukannya, mengambil Sanaa, dan sekarang mendekati Aden.

Dengan jatuhnya Sanaa dan Aden, nampaknya Arab Saudi mulai merasa terancam, di mana Yaman berbatasan dengan Arab Saudi. Sementara itu, KTT yang berlangsung di Mesir, di kota pantai Sharm el-Shaikh, menyepakati akan membentuk pasukan gabungan bersama negara-negara Teluk, dan menetapkan serangan darat ke Yaman, guna membersihkan milisi Syi'ah.

Dikabarkan anak Ali Abdullah terluka akibat serangan udara yang dilancarkan oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Nampaknya, negara-negara Arab Teluk dan  Turki, menilai langkah Iran  yang mendukung Houhti di Yaman, sebagai ambisi Teheran ingin mendominasi dan menguasai seluruh kawasan Timur Tengah. Wallahu'alam. *dtta


latestnews

View Full Version