JAKARTA (voa-islam.com) - Wawancara Presiden AS Barack Obama dengan New York Times, sekalipun bernilai propaganda bagi kepentingan Amerika tentang hasil sepakatan awal dengan Iran.
Namun, dampak wawancara Obama itu tidak dapat diabaikan. Pernyataan Obama menimbulkan ketakutan dikalangan para pemimpin Arab, khususnya di kawasan Teluk.
Thomas Friedman, seorang kolumnis terkemuka yang menulis di Times, dan mempunyai pengaruh yang sangat luas, melakukan wawancara dengan Barack Obama. Tentu, wawancara Friedman dengan Obama menjadi perdebatan yagn luas.
Apa isis wawancara Friedman dengan Obama yang yang menjadi perdebatan dikalangan para pemimpin Arab? Obama memuji rezim Iran dan membenarkan tindakan kebijakannya, dibagina lain Obama menyiratkan rasa bersalah atas kebijakan Amerika terhadap Iran.
Ini menggambarkan perubahan yang sangat mendasar ‘geostraregi’ Amerika atas Timur Tengah dan kawasan Teluk, dan adanya pendekatan baru terhadap Iran, yang dahulu disebut oleh Presiden George W.Bush sebagai ‘evil’ (setan).
Amerika Serikat selama ini menempatkan Iran sebagai musuh dan ‘ancaman’ keamanan global, dan bahkan posisi Iran disamakan denan Korera Utara yang sama-sama disebut sebagai rezim ‘evil’. Iran terus melakukan ekspansi ke seluruh Timur Tengah dan Telu, dan mempraktekan kekerasan dengan membangun kekuatan milisi dan mempersenjatai mereka.
Iran bertanggung jawab atas sebagian besar kekerasan di wilayah itu di bawah bendera ‘Revolusi Islam’, yang sejatinya bentuk ekspansi ideology Syi’ah, yang dibungkus dengan ‘Revolusi Islam’.
Dalam waktu lebih dari 20 tahun, sejak Ayatullah Khomeini menggulingkan rezim Syah Iran, terus dikkumandangkan ‘Revolusi Islam’, sembari mengumbar ancaman terhadap Zionis-Israel.
Obama meminta maaf kepada rezim Iran dan memuji negara 'mulah' itu telah bermurah hati serta atas karunia Tuhan dengan tercapainya perjanjian nuklir.
Dibagina lain, Obama bersikap lembek terhadap rezim Syi’ah Bashar al-Assad yang telah menimbulkan bencana kemanusiaan. Ini fakta baru tentang perubahan ‘geostrategi’ Amerika Serikat, yang merangkul Syi’ah, dan menjadi Iran sebagai alat baru menghancurkan kekuatan Islam Sunni di Timur Tengah dan Teluk.
Dibagian lain, bagaimana Obama bisa memberikan pujian kepada Iran, dan melakukan perubahan kebijakannya, dan memilih Iran sebagai ‘partner’ baru di Timur Tengah? Padahal, Iran terlibat kekerasan dan kejahatan kemanusiaan di Suriah, Irak, dan Yaman yang mempunyai dampak sangat luas bagi keamanan regional di Timur Tengah?
Semua perubahan ‘geostraregi’ Amerika Serikat dan Presiden Obama memiliki tujuan yang sangat membahayakan, yaitu ingin melikwidasi memusnahkan kelompok Sunni yang dipandang menjadi ancamanan lebih nyata di masa depan. Terutama Arab Saudi.
Karena itu para pengamat politik mengatakan, bahwa munculnya radikalisme, fundamentalisme, dan termasuk kelompok-kelompok militan bersumber dari ajaran Mohamad bin Abdul Wahab yang dikenal dengan faham : WAHABI.
Amerika dan Iran bergandeng tangan ingin menghancurkan kelompok Sunni yang dinilai menjadi sumber malapetaka dunia dengan ajaran WAHABI. Ini hakekat yang sebenarnya peristiwa politik yang menyertai hubungan antara Amerika dengan Iran, termasuk tercapainya perjanjian antara Barat, Amerika dengan Iran tentang senjata nuklir.
Seperti yang terjadi di Irak. Di mana Ayatullah Ali Khamenei dan Presiden Iran Rouhani telah melakukan pembicaran rahasia, dan mengirim surat rahasia, yang intinya soal Irak, di barter dengan dukungan Iran kepada Amerika membasmi ISIS, sebaliknya Amerika mendukung program nuklir Iran. Ini terbukti dengan tercapainya perjanjian nuklir antara Amerika - Iran. Wallahu’alam. *mashadi/dtta