View Full Version
Rabu, 15 Apr 2015

OLIGARKHI Membuat Negara dan Bangsa Indonesia Bangkrut?

JAKARTA (voa-islam.com) – Nasib negara dan bangsa Indonesia hanya ditentukan oleh segelintir orang. Betapa Indonesia  yang berpenduduk 250 juta, mereka hanya bisa menengadahkan nasibnya kepada segilintir orang, dan sebenarnya mereka inilah penguasa yang sejati.

Tidak ada yang disebut  ‘equality’. Persamaan, kesataraan, dan keadilan. Equality atau persamaan, kesetaraan, dan keadilan, hanyalah menjadi slogan kosong, yang sering diteriakan mereka, tanpa pernah dilaksanakan dalam kehidupan nyata.

Mereka yang bisa menentukan nasib berjuta-juta rakyat Indonesia. Tidak ada yang disebut ‘demokrasi’. Apalagi kebebasan dan keadilan. Karena kekuatan segelintir orang yang sangat berkuasa itu, bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan.

Mereka sudah menjadi kekuatan ‘kartel’. Mirip seperti di Mexico. Di mana para bos ‘mafia’ Narkoba, bisa membuat pemerintah Mexico bertekuk lutut, dan tunduk kepada para ‘bos’ kartel Narkoba.

Para oligarkhi itu, sudah menguasai seluruh sektor kehidupan, dan dapat menentukan kebijakan dan membuat keputusan yang bertentangan hukum dan rasa keadilan.

Demokrasi di Indonesia hanyalah ‘demokrasi-demokrasian’. Bukan demokrasi yang sejati. Di mana adanya ‘equality’, kesetaraan, dan  keadilan? Rakyat hanya dapat pasrah. Tunduk dengan apa yang menjadi kehendak para oligarkhi.

Lembaga parlemen hanya menjadi alat kaum oligarkhi. Dengan media yang sudah dikendalikan oleh para oligarkhi itu, bisa disuruh melakukan manipulasi melalui opini dan berita yang terus mereka buat setiap hari.

Seperti ‘busuk’ bisa menjadi harum. ‘Bengkok’ bisa menjadi lurus. ‘Bajingan’ bisa menjadi orang yang alim. ‘Koruptor’ bisa menjadi orang yang jujur. Orang ‘bego’ bisa disulap menjadi ikon perubahan, dan dielu-elukan dan  dicintai rakyat, dan seterusnya. Hukum dan keadilan bisa dibolak-balik.

Begitu gelap dan pekatnya nasib jutaan rakyat Indonesia di masa depan. Di mana mereka tidak dapat mendobrak dan melawan kaum oligarkhi. Semakin lama semakin dalam pengaruh kaum oligarkhi dalam kehidupan rakyat.

Perisiwa yang terjadi sebagai bahan pemikiran dan peringatan yang dialami oleh Jokowi sebagai presiden.  Jangankan rakyat, seorang presiden seperti Jokowi, tak dapat berkutik menghadapi oligarkhi partai. Jokowi hanya bisa berdiam diri. Tidak seperti saat seperti kampanye pemilihan presiden lalu.

Jokowi pernah mengatakan hanya akan tunduk kepada konstitusi dan rakyat, tapi kenyataan Jokowi hanya bisa menggantungkan nasibnya kepada pimpinan partai. Mega menjadi pemilik kekuasaan yang sebenarnya, dan bukan Jokowi. Seorang presiden tidak memiliki ‘kekuasaan’ apapun, dan nasibnya ditentukan oleh Mega dan PDIP.

Indonesia milik Mega, JK,  SBY, ARB, Surya Paloh, Muhaimin Iskandar, dan segelintir orang lainnya,  yang memang mereka berkuasa pada partai politik. Mereka tidak pernah mengerti dan memahami apa yang menjadi kehendak rakyat. Sekalipun mereka berbusa-busa mengatakan membela kepentingan rakyat.  Itu tidak pernah ada. Wallahu’alam. *mashadi/dtta.


latestnews

View Full Version