JAKARTA (voa-islam.com) - Sikap terhadap para ‘bos’ narkoba yang memiliki jaringan internasional sangat berbeda. Betapa mereka yang sudah merusak dan menghancurkan kehidupan itu, mendapatkan perhatian yang sangat luar biasa. Berbagai negara menginginkan agar pemerintah Indonesia tidak melaksanakan hukum mati.
Australia, Brazil, Prancis, dan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, meminta kepada Indonesia tidak melaksanakan hukuman mati terhadap para ‘bos’ narkoba. Australia mengancam akan menarik duta besarnya dari Indonesia, jika pemerintah Indonesia tetap melaksanakan hukkuman mati terhadap para ‘bos’ narkoba yang terkenal dengan ‘Bali nine’.
Bagaimana negara-negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia membela seorang warga negaranya yang sudah melakukan kejahatan di sebuah negara, dan sangat membahayakan bagi kehidupan warganya? Australia dengan sangat keras menekan Indonesia agar membatalkan ekskusi terhadap para ‘bos’ narkoba.
Sekarang tergantung kepada pemerintah Indonesia dan Presiden Jokowi, pelaksanaan hukuman mati itu. Apakah pemerintah Indonesia tetap mempertahankan integritasnya? Di mana pemerintah Indonesia tidak boleh tunduk atas tekanan apapun dari negara asing yang membela para ‘bos’ narkoba yang memiliki jaringan internasional itu.
Keputusan yang diambil pemerintah Indonesia akan menjadi bukti integritasnya. Memilih tetap mengekskusi atau mengubah dan mengampuni para ‘bos’ narkoba. Tentu, tindakan yang akan diambil semua memiliki resiko politik yang pasti akan dihadapi pemerintah. Indonesia bisa menghadapi dampak buruk, seperti isoliasi Indonesia oleh berbagai negara yang menolak hukuman mati, terhadap ‘bos’ narkoba.
Amerika dalam memerangi para ‘bos’ narkoba yang disebut para ‘kartel narkoba’ dari Colombia, bahkan melakukan campur tangan langsung, berupa pengiriman pasukan ke Colombia, melakukan penangkapan terhadap para ‘kartel narkoba’. Bahkan, Amerika memfasilitasi pasukan Colombia dengan senjata untuk memerangi ‘kartel narkoba’. Amerika tidak tanggung-tanggung menghadapi jaringan ‘kartel narkoba’.
Memang, Amerika merasa terancam akibat terus mengalirnya barang haram ‘narkoba’, dan sudah mewabah ke seluruh lapisan masyarakat Amerika yang menjadi korban ‘kartel narkoba’ dari Colombia. Sekalipun Amerika sudah ‘all out’ menumpas ‘kartel narkoba’, tapi seperti kekuatan ‘kartel narkoba’ di Colombia, mereka sudah seperti kekuatan negara.
‘Kartel narkoba’ di Mexico mereka sudah bisa membeli para pejabat pemerintah, dan mereka juga sudah membentuk pasukan, dan sangat dicintai rakyat di Mexico, karena kemurahahan hati mereka terhadap rakyat Mexico. Masalah ‘narkoba’ ini sudah menjadi ancaman global. Menghancurkan kehidupan. Berkembang jaringan seluruh dunia. Tidak mudah menghancurkan kekuatan ‘kartel narkoba’. Mereka memiliki kapal, pesawat, dan sarana yang sangat canggih dalam mengedarkan dan membangun jaringan bisnisnya.
Di Indoensia jaringan ‘kartel narkoba’ sudah sangat berkuasa, dan bahkan penjara bisa mereka jadikan tempat membangun jaringan bisnis narkoba lokal dan internasional. Mereka menyulap penjara menjadi kantor yang sangat canggih untuk memperluas bisnis narkoba secara lokal dan internasional.
Hanya sikap para penguasa berbeda-beda antara menghadap teroris dengan ‘bos narkoba’. Kalau menghadapi teroris, Amerika harus menggerakkan seluruh kekuatan global, menggunakan anggaran triliunn dollar, dan menggunakan kekuatan militer dan senjata canggih menghadapi mereka.
Sebalikknya, menghadapi ‘kartel narkoba’, tidak seperti menghadapi teroris, tidak begitu jelas, dan cenderung membiarkan jaringan ‘kartel narkoba’ terus berkembang tanpa batas. Inilah yang mengakibatkan banyaknya jatuh korban dan kematian. Sungguh sangat berbeda.
Amerika dan sekutu menghadapi teroris, memobilisi seluruh kekuatan global, dan melakukan langkah-langkah militer yang dampaknya sangat mengerikan seperti di Irak, Afghanistan, Yaman, Suriah, dan Palestina. Tidak ada pertanggungjawaban apapun atas dampak dari tindakan penghancuran terhadap para kelompok teroris. Dampak kemanusiaan sangat luar biasa.
Di Indonesia pelaku yang terduga teroris langsung di ‘dor’, sedangkan pelaku ‘narkoba’ bisa menikmati hidup dengan panjang, dan bahkan bisa memutar bisnis dipenjara secara bebas. Sekarang pun sulit, ketika pemerintah akan melaksanakan ekskusi, karena menghadapi berbagai tekanan asing. Karena memang teroris berbeda dengan ‘bos narkoba’.
Teroris dilihat lebih sebagai ancaman yang serius dan langsung. Sementara itu, ‘bos narkoba’, bisa menjadi lahan bisnis bagi siapapun, dan menguntungkan. Maka bertele-tele penangannya. Wallahu’alam
mashadi/dtta