View Full Version
Jum'at, 01 May 2015

Bebaskan Indonesia Dari Penjajahan dan Perbudakan Cina?

JAKARTA (voa-islam.com) - Bagaimana memahami perubahan politik, dan kecenderungan baru, serta proses rekayasa yang sistematik, serta tujuannya ingin menguasai dan menjadikan Indonesia sebagai koloni alias jajahan baru.

Dengan usainya pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, dan menempatkan Jokowi menjadi presiden, berlangsung sebuah proses pengabilalihan Indonesia oleh Cina. Ini bukan tanpa sengaja. Tapi melalui sebuah langkah rekayasa yang sangat sistematik.

Tahapan-tahapannya sangat jelas. Di mulai sejak Orde Baru. Di mana Soeharto yang memiliki 'kroni' sejumlah 'taoke' Cina, yang masuk dalam lingkaran dalam kekuasaan Soeharto, dan kemudian menjadi 'backbone' (tulangpunggung) Order Baru.

Melalui lembaga think-thank seperti CSIS, yang didirikan oleh sejumlah keturunan Cina (Katolik), seperti Sofyan Wanandi,  sekarang berada di belakang Yusuf Kalla, berhasil menguasai Indonesia.

Sekarang menurut berbagai sumber, bersamaan dengan  keberadaan Jenderal Luhut Panjaitan, yang diangkat menjadi Kepala Staf Kepresiden, dan lebih 'powerfull', mengarahkan Jokowi kepada kebijakan yang lebih statagis. Termasuk re-orientasi kebijakan luar negeri Indonesia.

Luhut yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Singapura, dan Menteri Perdagangan di zaman Abdurrahman Wahid, sekarang  dia termasuk menjadi penentu kebijakan luar negeri Indonesia, yang lebih condong kepada Cina.

Pergeseran kekuasasan (powershif) secara global yang terjadi dari  Amerika Serikat kepada Cina, baik dari segi ekonomi, politik, dan militer, menjadi faktor penentu perubahan arah kebijakan luar negeri Indonesia.

Jadi, jika Jokowi dalam pidatonya di KAA (Konferensi  Asia dan Afrika), berani mengkritik lembaga multilateral, seperti IMF, World Bank, ADB, dan PBB, semata karena hanya memang kekuatan Amerika Serikat di Asia Pasific sudah surut, dan Indonesia mencari patron (majikan) baru, yaitu Cina.

Jokowi berani menendang  IMF,  Wolrd Bank, dan PBB, karena sudah memiliki 'reserve' yang akan menjadi pendukung pemerintahannya,  yaitu Cina. 

Perginya Perdana Menteri Jepang Shinso Abe, kembali ke negaranya, ini hanya menunjukkan indikasi, Jepang yang menjadi sekutu Amerika sudah tidak lagi merasa 'inhome' (nyaman) dengan dekatnya Indonesia kepada Cina. Ini menunjukan indikator baru. Perubahan kebijakan poliltik luar negeri Indonesia.

Meskipun, Jepang merupaka negara yang paling  besar investasisnya di Indonesia, tapi dengan penyerahan semua proyek infrastruktur oleh Jokowi kepada Presiden Cina Xi Jingping, hanyalah sebuah penegasan kepada dunia internasioanl, bahwa Jokowi sudah beralih patron (majikan) dari Washington ke Beijing.

Tentu, segalanya akan mempunyai implikasi yang serius bagi masa depan Indonesia. Indonesia akan menjadi tanah jajahan Cina. Cina berarti bukan saja menguasai politik, tapi ekonomi, sumber daya alam, dan bahkan militer. Ini bisa dilihat lebih jauh relasi antara para pejabat sipil, militer dan kepolisian dengan fihak Cina.

Tahapan sekarang, sebagai tahap keempat, kekuasaan Cina daratan yang sudah 'menggenggam' Indonesia, belum perlu langsung mendudukan orang Cina menjadi presiden, tapi sementara orang-orang yang menjadi 'kepercayaannya' menjadi pemegang kekuasaan dan kedaulatan di Indonesia.

Orang seperti Jokowi yang dibantu  oleh Luhut, sudah cukup melakukan konsolidasi, dan sampai tahap kelima nanti, langsung seorang keturunan Cina menjadi Presiden Indonesia?

Dibagian lain, di Timur Tengah, terjadi 'powershif', di mana Amerika bergandeng tangan dengan Syi'ah (Iran). Perjanjian antara Barat dengan Iran dibidang nuklir, nampaknya menjadi sinyal yang jelas.

Implikasinya Indonesia membangun kerjasama lebih kuat dengan Iran. Dengan tujuan memberantas radikalisme. Hal ini, pasti akan mempengaruhi eksisten kominitas Syi'ah di Indonesia.

Disisi lain, di Jakarta dimunculkan 'kaleng rombeng', orang seperti Ahok, yang terus mengaduk-aduk emosi umat dan para ulama, sehingga mereka tidak lagi bisa memikirkan masalah yang penting dan stretagis.

Perlahan-lahan umat dan para  tokoh Umat letih dengan berbagai masalah, tanpa bisa berbuat apapun menghadapi persekongkolan antara para pelaku politik  domestik (lokal) dengan para penguasa Cina daratan  yang sudah menguasai Indonesia.

Di  tengah letihnya umat dan ulama itu, sektor perdagangan, perbankan (hilir dan hulu ekonomi moneter), industri, sekarang sektor Infrastruktur serta perkebunan dan migas (hilir dan hulu ekonomi real) mereka kuasai. Sempurna penguasasan  oleh Cina atas Indonesia. Indonesia di jajah oleh Cina.

Lihat sekadar dampaknya bagi kehidupan rakyat. Semua kebutuhan pokok rakyat naik, dan mencekik  rakyat. Beras, gula, terigu, kacang/kedelai, dan semua bahan kebutuhan pokok, sudah dikuasai oleh kartel Cina.

Rakyat menjadi objek para 'taoke' Cina, dan harus selalu menerima beban kenaikan harga. Akiba seluruh sektor ekonomi dan perdagangan sudah di tangan mereka. Apalagi menjelang Ramadhan. Harga-harga kebutuhan pokok mencekik rakyat.

Sementara itu,  sektor media untuk mengendalikan opini publik, yang mengubah pikiran rakyat, menjadi lebih sekuler, pragmatis. Media berhasil mengubah pikiran rakyat, dan terpilihnya Jokowi, salah satu hasil  kerja media dan media sosial yang menjadi jaringan kepanjangan tangan Cina. 

Selain itu, bersamaan dengan hegemoni  Cina atas Indonesia, berdampak bangkitnya kekuatan PKI di Indonesia. Seperti dilansir oleh berbagai pengamat politik, di mana sekarang dengan sangat kuat kegiatan politik kader komunis, dan mereka melakukan konsolidasi. Ini bisa menjadi ancaman ideologi, terutama bagi Indonesia.

Masalahnya, mengapa bangsa ini rela dan menerima perbudakan dan penjajahan oleh Cina? Vietnam dan Fiji berhasil membebaskan negara mereka dari genggaman tangan Cina. Tak layak  250 juta rakyat Indonesia menyerahkan tanah tumpah darah mereka kepada Cina.

Presiden Soekarno pernah melarang orang-orang Cina melakukan aktifitas ekonomi dan bertempat tinggal di kota Kabupaten melalui PP No.10. Tapi, itu hanyalah di zaman Soekarno, dan sekarang itu hanyalah tinggal sebuah cerita lama.

Jika mengacu kembali kesadaran ideologi politik Soekarno, maka bangsa Indonesia harus berazam (bertekad), kembali  membebaskan negaraya. Bebaskan Indonesia dari penjajahan dan perbudakan Cina! Walllahu'alam.

*mashadi/dtta

 


latestnews

View Full Version