View Full Version
Kamis, 04 Jun 2015

Marsekal Al-Sisi ke Berlin Dengan Tangan Berlumuran Darah Rakyatnya

BERLIN (voa-islam.com) – Manusia tangannya yang penuh dengan gelimang darah rakyatnya, berkunjung ke Berlin, Jerman. Kunjungannya itu,  menuai penolakan dan kritik, termasuk Ketua Parlemen Jerman, menolak bertemu dengan Marsekal Abdul Fattah al-Sisi, Rabu, 3/6/2015.

Sekarang, Presiden Mesir Abdul Fattah el-Sisi  memulai kunjungan kenegaraan ke Jerman di tengah kontroversi atas catatan hak asasi manusia negaranya. Negara-negara dan para pemimpin Uni Eropa sangat faham, tentang kejahatan Al-Sisi terhadap rakyatnya.

Al-Sisi bertemu dengan Presiden Jerman Joachim Gauck di kediaman resminya, Bellevue Castle, Berlin. Kemudian akan mengadakan pembicaraan dengan Kanselir Angela Merkel. Al-Sisi juga akan bertemu dengan para pemimpin perusahaan di sebuah konferensi bisnis pada hari Kamis, 4/6/2015.

Awal bulan ini, Ketua Parlemen Jerman, Norbert Lammert, mencabut undangan kepada Al-Sisi, dan menolak bertemu dengan Al-Sisi, karena kejahatan kemanusiasan yang dilakukannya terhadap rakyat Mesir. Memang, tidak layak, negara yang menganut demokrasi menerima penjahat model Al-Sisi.

Sebuah pernyataan dari kantor berita internasional, 19 Mei,  Lammert , menyatakan,  "Meskipun pemerintah Mesir yang  berencana menyelenggarakan pemilihan parlemen, yang sudah lama tak kunjung datang, apa yang kita saksikan dalam beberapa bulan terakhir adalah kejahatan kemanusiaan yang sistematis terhadap kelompok oposisi, penangkapan massal,  hukuman penjara yang panjang, dan banyak sekali hukuman mati, termasuk juru bicara parlemen Mesir al-Katatni, dan Presiden Mohamad Mursi”.

"Mengingat situasi yang ada Mesir, dan tidak  memberikan kontribusi bagi perdamaian dalam negeri maupun  demokratisasi negara Mesir, Lammert melihat  saat ini tidak ada dasar parlemen Jerman melakkukan pertemuan dengan Presiden el-Sisi”, ujarnya.

Kantor berita Mesir, kunjungan Al-Sisi ke Jerman bertujuan meningkatkan ekonomi, kerja sama militer dan keamanan, dan volume perdagangan Mesir-Jerman yang bernilai  $ 4,8 milyar antara kedua negara tahun lalu.

Siemens perusahaan Jerman membuat komitmen terbesar kepada Mesir di bawah Al-Sisi dengan melakukan perjanjian investasi sebesar $ 11 milyar dollar dalam rangka membangun pembangkit listrik.

Al-Sisi berkunjung  ke Jerman, bukan hanya ingin meningkatkan kerjasama bilateral, tapi Jerman merupakan anggota Uni Eropa yang paling terkemuka dan memiliki peran yang sangat sentral. Termasuk bidang ekonomi, politik dan keamanan. Al-Sisi berusaha menyakinkan pemerintahan Jerman tentang kepemimpinannya di Mesir.

Ekonomi Mesir ambruk, sejak terjadinya kudeta, dan sekarang mengalami stagnan, dan kondisi keamanan dan stabilitas di Mesir, sangat  rentan dengan berbagai  gejolak keamanan, akibat kebijakan Al-Sisi. Mesir juga diprediksi akan mengalami guncangan politik, dan kekerasan seandainya keputusan hukuman mati terhadap Presiden Mohamd Mursi diputuskan 16 Juni nanti.

Dibagian lain, kelompok hak asasi manusia telah mendesak Merkel menuntut agar kebijakan pemerintahan Jermann dihubungkan dengan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di negeri Pyramid itu.  .

"Jerman harus terus membekukan pengiriman senjata dan barang-barang yang berkaitan dengan keamanan yang dapat digunakan melakukan represi, sampai Mesir menyelidiki dan membawa ke pengadilan pasukan keamanan bertanggung jawab atas pembunuhan di luar hukum dari ribuan demonstran”, ungkap pernyataant bersama oleh lima kelompok hak asasi manusia, termasuk Human Rights Watch dan Amnesty International.

Kondisi  sebagian besar negara Timur Tengah jatuh ke dalam kekacauan dan kekerasan sejak revolusi “Arab Spring”, di mana rezim-rezim yang menjadi sekutu Barat telah berguguran. Transisi politik yang terjadi  di Timur Tengah dan Afrika itu, belum menemukan bentuk yang baru, dan munculnya rezim yang lebih kejam, seperti  Al-Sisi.

"Merkel mungkin tidak memiliki banyak simpati kepada Al-Sisi, tapi dia cukup dengan tidak memberikan dukungan politik secara riil, dan membiarkan dia  pergi dari kekuasaannya di Mesir”, kata Kristian Brakel, seorang pakar Timur Tengah di Dewan Jerman untuk Hubungan Luar Negeri.

Kunjungan Al-Sisi  ke Berlin dengan sebuah pesawat yang membawa lebih dari 140 pendukung Sisi, termasuk selebriti, dan berangkat lebih menuju  Berlin menjelang kunjungannya, Selasa. Ini sebuah manipulasi dan acrobat politik dari Al-Sisi sebagai pencitraan yang sangat absurd, menutupi kejahatan yang sangat kasat mata.

Tapi aktivis hak asasi manusia Mohammed Lutfy, yang berbicara sebelum keputusan parlemen Jerman, mengatakan, ia dilarang pergi ke bandara dan  paspornya disita. "Apa yang lebih memprihatinkan  bahwa rezim Al-Sisi sangat takut bahkan satu orangpun dilarang keluar untuk berbicara secara kritis. Itu adalah tanda bagaimana lemahnya negara," kata Lutfy.

Sejak menggulingkan Presiden Mohamad Mursi,  pada 2013, di mana rezim junta militer terus  melancarkan tindakan kekerjian dengan melakukan penangkapan dan penyiksaan, dan hukuman mati terhadap para  pendukung Mursi. Ini sebuah kejahatan yang tiada taranya.

Namun, dibalik kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh junta militer itu, tak lain, perang antara Zionis-Israel dengan Islamis, yang menggunakan tangan militer, para pemimpin Arab, kaum sekuler, nasionalis, dan koptik (Kristen ortodok), yang saling bahu-membahu menggulingkan pemerintahan Islamis di Mesir. Wallahu’alam.

 


latestnews

View Full Version