View Full Version
Senin, 15 Jun 2015

Menjelang Ramadhan : Berlomba-Lomba Menyenangkan Hati Orang Kafir

JAKARTA (voa-islam.com) – Bukan tidak disengaja. Semua disengaja dan dilakukannya dengan sadar. Berbagai pernyataan yang membuat hati orang kafir dan munafiq menjadi  senang dan riang gembira.

Sebaliknya, membuat hati Mukmin menjadi prihatin dan sedih. Justru datangnya pernyataan itu, dari para pemegang otoritias negara. Diantaranya :

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, menilai tak hanya orang berpuasa yang harus diperhatikan dan dihormati. Orang yang tak berkewajiban atau lagi tidak berpuasa pun harus tetap dihormati, tegasnya..

"Warung2 tak perlu dipaksa tutup. Kita hrs hormati juga hak mrk yg tak berkewajiban dan tak sedang berpuasa," tulis Lukman di laman Twitter pribadinya, @lukmansaifuddin, Jumat (5/6/2015).

Sementara itu, Ketua Dewan Masjid dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang selama ini dikenal memiliki latar belakang dari keluarga NU, mengatakan di depan para tokoh dan ulama, saat berlangsung pertemuan Dewan Masjid seluruh Indonesia, menyatakan :

"Kita sudah buat rumusan di Dewan Masjid, mengaji tidak boleh pakai kaset," kata JK saat membuka ijtima' ulama komisi fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Pondok Pesantren At-Tauhidiyyah Cikura Tegal Jawa Tengah, Senin, 8/6/2015. 

"Jadi jangan bangunkan orang satu jam sebelumnya. Kalau tidak jadi polusi udara. Mudah-mudahan bisa dibicarakan apakah kaset itu ada pahala atau tidak," tambah dia. 

Dibagian lain,  Ketum PBNU Said Aqil Siradj saat memberi sambutan pembukaan Munas Ulama sekaligus istighotsah menyambut ramadhan. Said menyampaikan mengenai peran NU untuk Islam nusantara.

"Bagi para ulama NU baik itu Wahid Hasyim dan yang lain seperti Hasyim Asy'ari memandang bahwa Pancasila adalah ahlusunnah wal jama'ah. Maka NU menegaskan bahwa pengamalan Pancasila adalah wujud menegakkan syariat Islam," tutur Said di Masjid Istiqlal, Jl Taman Wijaya Kusuma, Jakarta Pusat, Minggu, 14/6/2015 

Padahal, selaku Ketua Umum PB NU, Said Agil Siraj, pasti tahu bahwa antara Pancasila dan Syariat Islam itu, saling berbeda. Pancasila ‘man made’, sedangkan ‘Syariah Islam’ itu, sebuah methode (manhaj) hidup yang diberikan oleh Allah bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah bagi kehidupan manusia.

Pancasila kebenarannya bersifat relatif, sedangkan Syariah Islam kebenarannya bersifat mutlak. Karena, ia merupakan ‘manhaj’ (methode) hidup yang diberikan oleh Allah.

Karena, para pemimpin Indonesia yang sebagian besar mereka beragama Islam, tapi mereka tidak begitu paham tentang Islam, dan mereka memiliki sifat ‘minder’ (rendah diri), tidak memiliki izzah (kemuliaan) di hadapan orang-orang kafir dan munafiq.

Maka para pejabat dan penguasa di negeri mayoritas Muslim ini, selalu berusaha ingin mencari pengharagaan, dan dukungan serta menyenangkan dihadapan orang-orang kafir dan munafiq.

Padahal, para pemimpin yang beragama Islam di negeri Muslim, seperti Indonesia ini, paham tentang Islam, dan memahami karakter orang kafir, pasti mereka bisa bersikap lebih jelas, dan tidak mencari muka, dan menyenangkan hati orang-orang kafir.

Seperti di dalam al-Qur’an, hakikat orang kafir itu, pasti akan selalu menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus segala amal mereka. (QS : Muhammad : 1)

Sebaliknya, orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan (amal shalih) serta beriman kepada apa saja yang diturunkan kepada Muhammad, dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka, Allah menghapus kesalahan-kessalahan mereka … (QS : Muhammad :2) 

Begitulah perbedaan yang mendasar antara orang kafir dan mukmin. Apapun yang dikerjakan antara orang  kafir dan mukmin pasti sangat berbedan dan bertolak belakang.

Bagaimana program pemimpin kafir dan sekuler? Dalam  buku, ‘Methedo Menegakan Islam’, digambarkan dalam al-Qur’an, “Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negerinya, lalu mereka berbuat  banyak kerusakan dalam negeri itu”. (QS : al-Fajr :10,11,12).

Kemudian, “Dan adalah di kota itu, Sembilan  orang laki-laki yang membuat kerusakan  di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan”.  (QS : an-Naml : 48).

Menurut Ibnu  Katsir  yang disebutkan ada “Sembilan Orang” itu, tak lain, mereka itu para pembesar kaum Tsamud.

Ibnu Katsir berkata, “Adapun mereka dapat menguasi kaum Tsamud, karena mereka pembesar-pembesar dan pemimpin-pemimpin mereka”. 

Selanjutnya, yang dimaksud memperbanyak kerusakan di bumi yang diterangkann dalam ayat tersebut diatas, program mereka hanya membangun benda-benda untuk tujuan kemewahan, dan berbangga-bangga, dan membangun tempat-tempat maksiat dan perbuatan munkar untuk memuaskan hawa nafsu. 

Mereka menghalang-halangi amalan-amalan yang ma’ruf, sehingga akhlak pengikutnya (rakyat) rusak dan hancur, dan kepercayaan menjadi sesat, penuh dengan kemusyrikan, sehingga mereka menjadi murtad.

Inilah kerusakan nyata-nyata yang merupakan hasil dari program kepemimpinan orang-orang kafir dan munafik.

Adalah menjadi rencana (program) orang-orang kafir terutama apabila menguasai dan memimpin umat Islam, pastsi berusaha memurtadkan kaum Muslimin secara sungguh-sungguh (proaktif). Dan, mereka menghalangi kaum Muslimin mengamalkan Syariah Islam secara sempurna (kaffah).

Dibagian lain, ditengah-tengah berlangsungnya kerusakan dan kehancuran moral, akibat  berbagai kemunkaran,kesesatan serta kedurhakaan, menjelang Ramadhan ini, justru terdengar pihak aparat melarang Ormas Islam melakukan ‘sweepng’ terhadap tempat maksiat yang merusak. 

Seharusnya, aparat penegak hukum bersama Muslim melakukan ‘sweeping’ terhadap tempat maksiat.

Apa masih kurang  sebelas bulan penuh dengan maksiat dan durjana? Tentu, mereka semuanya itu hanya ingin menyenangkan orang-orang kafir yang bertujuan merusak Muslim dan bangsa yang mayoritas Muslim ini, kemudian murtad dari agamanya. Walllahu’alam.


latestnews

View Full Version