View Full Version
Rabu, 01 Jul 2015

Anak-Anak Muda yang Menemukan dan Memilih Jalan Kematian

JAKARTA (voa-islam.com) - Di tengah gemerlapnya pusat-pusat kehidupan modern di kota-kota negara Barat yang sangat menggiurkan syahwat muda. Ditengah begitu luar biasanya kehidupan modern di kota-kota Barat yang  sangat mewah, indah, dan menakubkan itu, tetap tak dapat mengubah mereka.

Di tengah hiruk-pikuknya musik di 'cafe-cafe', dan suasana hotel-hotel di pusat negara-negara Muslim, di pantai-pantai yang sangat indah dan berbau 'luxurius' itu, tak dapat mematahkan keyakinan sebagai anak-anak muda Muslim.

Begitu menakjubkannya kota Paris, Berlin, London, dan Roma tak membuat anak-anak muda Muslim itu, berubah dan nampak semakin religius. Mereka tidak lagi terpesona dengan keindahan dan kenikmatan dunia.

Begitu indahnya kehidupan di club-club malam, dan musik-musik yang diiringi penyanyi yang mempesona, tak membuat mereka menjadi luruh dengan keyakinannya.

Anak-anak muda yang terdidik, pintar, dan sangat religius (Islamis) itu, tak tersentuh dengan lingkungan yang sudah rusak. Mereka tidak mau ikut bangkrut dengan kehidupan yang sangat materialistik itu.

Kelezatan, kenikmatan, dan kemewahan dunia, tak menjadikan mereka silau. Walaupun, sekarang begitu banyak imigran yang menyeberangi lautan Mediterinia, sekadar ingin mendapatkan hidup di daratan Eropa.

Begitu luar biasa anak-anak muda yang sangat religius di Eropa, Amerika, dan Timur Tengah serta Afrika Utara, mereka memang jenis generasi 'ghuraba' (asing), karena sikap hidup mereka yang tidak terkena dengan berbagai fitnah kehidupan yang sangat merusak bagi kehidupan mereka.

Mereka tidak hidup di dalam sangkar-sangkar yang terkungkung, atau tidak bersentuhan dengan kehidupan super jahiliyah. Tidak. Mereka adalah anak-anak muda yang setiap hari bersentuhan dan berinteraksi dengan kehidupan jahiliyah. Tapi, mereka tidak larut dalam kehidupan yang serba jahilihah itu. Mereka benar-benar seperti antara minyak dan air.

Seperti dikatakan oleh Sayyid Qutb yang sering diingat oleh anak-anak muda Muslim, yaitu 'yakhtalithun walkinna yatamayyazun', bercampur tetapi tidak berubah. Seperti ikan dilaut. Mereka benar-benar puritan dan tidak terbawa arus kehidupan modern, yang 'la diniyah' (sekuler), tanpa agama. Mereka tetap menjadi anak-anak Muslim yang ta'at di tengah kehidupan yang berubah.

Karena itu, mereka tetap memiliki 'ghirah' (kecemburuan) tinggi terhadap agamanya. Mereka tidak ingin agamanya menjadi bahan olok-olok oleh orang-orang kafir musyrik. Mereka tidak ingin saudaranya, sesama Muslim dihancurkan dan dihinakan. 

Apalagi, ketika mereka melihat orang yang paling mereka cintai, tauladani, dan selalu  mereka doakan, dihina dan dilecehkan dengan gambar-gambar yang sangat menjijikan, kemudian mereka tidak membiarkan siapapun yang telah menghina orang yang mereka cintai, yaitu Nabi Shallahu alaihi wassalam.

Kakak beradik, Said Kouchi dan Cherif Kouchi yang merupakann imigran dari Aljazair, melakukan tindakan yang sangat dramatik, membunuh semua karikaturis, dan pemimpin redaksi dari Charlie Hebdo.

Dengan senjata Kalashnikov, orang-orang yang menghina Nabi shallahu alaihi wassalam itu, semua dibunuh. Dunia geger. Pusat-pusat kekuasaan guncang. Washington, Paris, Berlin, dan London, dan sibuk mendiskusikan peristiwa yang terjadi di negeri yang menjunjung tinggi kebebasan?

Peristiwa Charlie Hebdo itu membangkitkan aksi solidaritas para pemimpin Eropa. Termasuk Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, ikut dalalm aksi pawai solidaritas atas tewasnya para karikaturis dan redaksi Charlie Hebdo, di Paris.

Namun, perisitwa Charlie Hebdo, tak berhenti, disusul oleh serangan yang dilakukan oleh Amedy Coulibaly terhadap supermarket miik Yahudi. Ini sebuah peristiwa yang sangat luar biasa, dan bahkan pemerintah Israel, meminta orang-orang Yahudi meninggalkan Perancis, dan sejumlah negara Eropa lainnya, karena dipandang sudah tidak aman lagi bagi mereka.

Beberapa hari lalu, Saif Rezqui, sambil menenteng Kalanishkov, berjalan santai diantara para turis Inggris, Jerman, Belgia, dan sejumlah negaranya, yang sedang menikmati indahnya panntai Sousse, kawasan pantai yang panjang membentang, dan begitu indah dari luat Mediterinia.

Saif menembaki satu-satu turis yang sedang berjemur. Tak kurang 39 turis tewas, dan puluhan lainnya luka-luka. Seluruh dunia geger dengan peristiwa itu.

Berselang beberapa saat, Fahd Sulaiman Abdul Muhsin al-Qabaa, warga Arab Saudi, meninggalkan negaranya, Pergi ke Kuwait. Hanya satu tujuan melakukan pemboman terhadap Masjid Syiah.

Di mana hari Jum'at, saat warga Syiah di ibukota Kuwati sedang shalat. Tindakan Fahd Sulaiman itu, menyebabkan 27 orang tewas, dan 277 orang lainnya luka. Semua nengara Arab geger.

Di Cairo, seorang Jaksa Penuntut Umum, Hisham Barakat, tewas dihantam bom mobil. Kenderaan yang ditumpanginya berkeping. Hancur. Barakat telah begitu banyak menghukum mati para aktifis Islam, khususnya anggota Ikhwan. Barakat menemui ajalnya, sebelum orang-orang yang dia hukum mati digantung. Termasuk Presiden Mohamad Mursi.

Semua pelakunya, anak-anak muda, dan anak-anak muda yang terdidik. Bukan anak-anak muda yang 'bego' yang gemar hura-hura 'ajojing atau dugem', narkoba,  dan minum. Anak-anak muda yang religius, puritan, penuh dengan keyakinan, dan mereka menemukan pilihan dan jalan kematian. Mereka itu, benar-benar meyakini tentang janji Allah Tabarakallahu, yaitu surga.

Begitu banyak anak-anak muda seperti Said Kouchi, Cherif Kouchi, Amedy Coulibuly, Saif Rezqui, Fahd Sulaiman. Mereka memiliki jiwa tadhiyah (pengorbanan) yang luar biasa. Termasuk mengorbankan jiwabnya, demi dzat yang sangat mereka cintai, yaitu Allah Rabbul Alamin dan Nabi Shallahu alaihi wassalam. Segalanya telah mereka korbankan demi 'Sang Kekasih'.

Sekarang ribuan anak-anak muda dari daratan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika yang pergi ke medan palagan perang di Suriah dan Irak. Mereka menemukan dan memilih jalan kematian yang sangat membahagiakan bagi masa depan mereka di akhirat.

Mereka tinggalkan gemerlap kehidupan kota Paris, Berlin, London, Riyadh, Tunis, dan keindahan kota-kota lainnya. Semua ditinggalkannya. Menuju kematian yang telah dipilih, yaitu mati syahid. Mereka meyakini janji dari Rabbnya, kemuliaan, dan keabadian di surga-Nya. Mereka melakukan apa saja, demi dapat bertemu dengan kekasihnya, Rabbul Alamin. Semoga. Wallahu'alam.

 


latestnews

View Full Version