JAKARTA (voa-islam.com) - Di tengah krisis menyengsarakan rakyat, dua orang yang mengaku wakil rakyat datang ke New York, menemui kandidat calon presiden paling populer dari Partai Republik Donal Trump.
Trump berdasarkan polling berbagai media di Amerika, Trump merupakan kandidat diurutan paling atas di Amerika, mengalahkan kandidat Jeb Bush.
Dua orang tokoh yaitu Setya Novanto dan Fadli Zon, masing-masing Ketua DPR dan Wakil Ketua DPR. Setya Novanto dari Golkar, Fadli Zon, Wakil Ketua DPR, adalah Wakil Ketua Umum Partai Gerindra.
Sejatinya, kunjungan ke Amerika Serikat itu, bersifat pribadi atau mewakili kepentingan partai atau DPR? Ini harus jelas. Karena, kedatangan Setya Novanto dan Fadli Zon, bersamaan dengan kampanye Donald Trump memperebutkan tiket bagi Partai Republik maju dalam pemilihan presiden Amerika tahun depan.
Apakah kedatangan Setya Novanto dan Fadli Zon membawa misi politik bagi Golkar dan Gerindra, dan sesudah melihat kemungkinan Donald Trump yang kaya raya, menang dalam pemilihan presiden Amerika?
Sehingga, Golkar dan Gerindra memparalelkan dengan perubahan politik di Amerika, dan Golkar dan Gerindra bertujuan mulai membangun hubungan dengan penguasa baru Amerika? Terutama Donald Trump bagi dukungan politik Golkar dan Gerindra di tahun 2019?
Sangat tidak lazim seorang tokoh yang menjabat sebagai Ketua DPR dan Wakil Ketua DPR, berkunjung ke Amerika, menemui kandidat calon presiden Amerika. Ini menjadi sebuah preseden buruk, sebagai negara berdaulat.
Implikasinya Indonesia hanya akan menjadi bagian dari kepentingan Amerika dengan kehadiran Setya Novanto dan Fadli Zon di Amerika.
Bagaimana Indonesia menjadi negara berdaulat kalau wakil rakyatnya sudah menemui kandidat presiden Amerika, yang sekarang ini masih bertarung memperebutkan kursi calon dari Partai Republik?
Sementara itu, seperti terlihat di CNN kandidat presiden Amerika Serikat dari kubu Republik, Donald Trump, antusias memperkenalkan Ketua DPR Setya Novanto kepada para wartawan dan para pendukungnya,Kamis, 3 /9/2015.
Trump memperkenalkan Setya setelah acara pengambilan sumpah kesetiaan pengusaha tajir ini ke kubu Republik yang diadakan di Trump Tower, New York.
“Pria ini Ketua DPR Indonesia, datang ke sini untuk bertemu saya. Setya Novanto, salah satu orang paling berpengaruh dan sosok yang besar," kata Trump kepada para jurnalis seperti dikutip dari Business Insider, Jumat, 4 September 2015.
"Dia dan rombongannya ke sini untuk bertemu saya hari ini dan kami akan melakukan satu kegiatan besar untuk Amerika Serikat, begitukah?" kata Trump kepada Setya, politikus Partai Golkar.
"Yes," Setya menjawab. Trump melanjutkan pertanyaannya, "Apakah orang di Indonesia menyukai saya?" Setya menjawab singkat, Ya, sangat. Terima kasih.
Selain Setya, Wakil Ketua DPR Fadli Zon juga hadir di tempat itu. Menurut Fadli, mereka menyukai Trump yang juga terkenal di Indonesia, karena sejumlah program televisinya. Trump, ujarnya, juga berinvestasi di Indonesia, tepatnya di Bali dan Jawa Barat. "Dia sahabat Indonesia," kata Fadli Zon, politikus Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Wajah Setya Novanto terekam di sejumlah foto yang ditayangkan media massa, seperti Reuters,CNN, dan Business Insider. Berpakaian setelan jas warna biru donker dan dasi bintik-bintik putih dengan warna dasar ungu muda, Setya berdiri di sebelah kanan Trump.
Business Insider kemudian menjelaskan rombongan Setya Novanto dan Fadli Zon membawa tas berisi hadiah dari Trump Tower Shop. Fadli Zon mencoba mengintip isi tas itu, tapi terhalang pita dan kertas tisu. Sungguh sangat menghinakan bangsa Indonesia rakyat Indonesia harus berkunjung ke Amerika menemui calon kandidat Partai Republik yang sedang kampanye.
Sepanjang sejarah pemerintahan Partai Republik sangat konservatif dan begitu memusuhi negara-negara Islam. Invasi Amerika ke Irak pertama di bawah kekuasaan Presiden George Bush Sr. Berlangsung cukup lama hampir satu dekade.
Kemudian invasi Amerika ke Afghanistan dan Irak, pasca peristiwa 11 September 2001, yang meluluh-lantakan Afghanistan dan Irak, dan menimbulkan banyak kematian.
Lebih 2 juta perempuan Irak menjadi janda akibat invasi Amerika ke Irak dibawah Presiden George Bush Jr. Begitu banyak darah umat Islam di Irak, Afghanistan, dan Palestina saat Partai Republik berkuasa.
Di masa George Bush Jr berkuasa, dikumandangkan perang global melawan terorisme, dan semakin banyak Muslim di seluruh dunia terancam hidup mereka oleh Amerika. Muslim diburu di mana-mana dengan stempel 'teroris, dan banyak diantara Muslim tewas akibat stempel teroris yang sudah diberikan oleh Bush.
Selamanya Partai Republik pendukung utama rezim Zionis Israel. Dengan segala kemampuannya termasuk militer. Zionis-Israel dengan payung Amerika menghancurkan rakyat Palestina hingga hari ini.
Begitu banyak kematian rakyat Palestina. Dibawah Partai Republik, selalu memveto usaha-usaha yang ingin menjadi Palestina merdeka melalui Dewan Keamanan PBB.
Nasib Indonesia sangat mengenaskan. Tidak ada benar-benar tokoh yang memiliki jiwa nasionalisme yang teguh. Membela kepentingan nasional Indonesia menghadapi asing.
Tokoh-tokoh yang ada hanya ingin memposisikan sebagai 'boneka' Asing dan A Seng. Bukan menjadi pembela kepentingan nasonal dan rakyat. Wallahu'alam.dta