JAKARTA (voa-islam.com) - Seluruh media internasional tanpa henti menjadikan 'headline news' (berita utama) tentang pengungsi dan imigran Suriah yang sedang berjuang ingin mendapatkan kehidupan baru di Uni Eropa.
Euro News, CNN, Aljazeera, dan sejumlah media internasional lainnya, secara terus-menerus memberikan perhatian sangat besar kepada para pengungsi dan imigran, yang sedang mempertahankan kehidupan mereka, dan sekarang menjadi gelombang manusia yang menyerbu Uni Eropa.
Mereka tidak memilih negara-negara Arab Teluk yang kaya raya, dan berlimpah. Tapi, mereka memilih meninggalkan Suriah menuju benua Eropa. Sebagai tanah air baru mereka.
Media internasional begitu luar biasa membela dan memberikan perhatian terhadap krisis kemanusiaan yang dialami para pengungsi dan imigran Suriah itu, dan yang ingin mempertahankan kehidupan mereka.
Tak kurang media sosial menjadikan masalah pengungsi dan imigran sebagai trending topic di medai sosial, dan terus berupaya mengangkat tragedi kemanusiaan yang sangat luar biasa ini.
Para pengugnsi dan imigran berjuang dengan segala penderitaan, sejak mereka meninggalkan Suriah, melintas ke Turki, Hongaria, Austria dan sampai tiba di Jerman. Di stasiun kereta Frankfurt, mendapatkan sambutan sangat luar.
Warga Jerman menyambut mereka seperti menyambut saudara mereka yang baru pulang dari bepergian jauh. Sungguh sangat luar biasa.
Sementara itu, konvoi mobil yang dikendarai para pegiat Austria dan Jerman melintasi perbatasan masuk ke Hungaria menjemput para pengungsi dan imigran asal Suriah agar bisa mencapai kawasan Eropa barat.
Dari Austria, sekitar 140 mobil meninggalkan ibukota Wina menuju ibukota Hungaria, Budapest, sebagai bagian dari upaya yang disebut 'konvoi pengungsi'.
Puluhan ribu orang yang melarikan diri dari konflik di Suriah sudah berhasil masuk ke Austria, Minggu 6 September, sejak Hungaria memperlakukan pembatasan transit, Jumat (04/09) lalu.
Bus-bus dan kereta khusus membawa mereka dari perbatasan Suriah ke Austria dan Jerman.Namun kini mereka juga mendapat bantuan dari para pegiat.
Seorang pegiat Austiria yang berpartisitasi, Angelika Neuwirth, mengatakan kepada CNN bahwa tujuan mereka adalah membawa pendatang dan pengungsi ke tempat penampungan di Wina. "Saya kira, itu adalah tugas saya. Saya seorang ibu, saya seorang ibu dari Austria dan saya tidak bisa lagi menutup mata." jelasnya.
Suriah sekarang terancam menjadi negara gagal 'failed state', sesudah perang saudara selama 4 tahun. Lebih 16 juta penduduk Suriah meninggalkan negaranya. 500 ribu rakyat Suriah tewas, akibat kekejaman Bashar al Assad.
Dibagian lain, Rusia terus meningkatkan dukungan kepada rezim Bashar al-Assad. Bahkan, Rusia mengirimkan pasukannya ke Suriah, dan membangun persenjataan yang sangat luar biasa, termasuk senjata pamungkas rudal darat ke udara, yang akan digunakan menghadapi para pejuang Islam yang ingin menggulingkan Bashar al-Assad.
Negara-negara Arab menghadapi dilema, antara menggulingkan Bashar atau menggusur ISIS dari Suriah. Negara-negara Arab lebih memilih menggusur ISIS, ketimbang menggusur rezim Bashar al-Assad.
ISIS dianggap lebih berbahaya dibanding dengan Bashar al-Assad yang sudah membunuh ratusan ribu rakyatnya. Karena para pemimpin Arab hanya menjadi 'pengekor' Amerika. Wallahu'alam. dta
EPA
g pegiat Austria mengatakan 'tidak bisa menutup mata lagi.'