GAZA CITY (voa-islam.com) – Inilah saatnya setiap Mukmin Palestina memberikan “tadhiyah” (pengorbanan), membebaskan al-Aqsha, dan tanah airnya dari pendudukan Zionis. Jiwa “tadhiyah” masih harys terus digelorakan, sampai al-Aqsha dan tanah Palestina terbebas dari pendudukan Zionis.
Bagi setiap Mukmin yang ruh jiwanya masih hidup, pasti tidak akan pernah membiarkan al-Aqsha dikotori najis Zionis-Israel. Tidak membiarkan tanah airnya terus diduduki atau dijajah oleh Yahudi laknatullah.
Betapapun harus dibayar dengan harga sangat mahal. Tapi besarnya bayaran yang harus diberikan, tak sebanding dengan janji yang bakal didapatkan dari Rabbnya. Yakinlah Rabb Maha Agung, tidak pernah menyelisihi janji-Nya. Janji-Nya pasti. Kebahagiaan dan kenikmatan, tanpa batas, dan kekal selamanya, berupa surga-Nya.
Seluruh kehidupan di alam dunia, sangat dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika harus menghadapi kesengsaraann hidup, pasti ada batasnya, tidak kekal selamanya. Kehidupan di dunia itu, dibatasi ruang dan waktu. Tidak kekal dan abadi. Semua akan berakhir di dunia ini. Maka setiap Mukmin harus mendapatkan kematiannya dengan cara yang mulia.
Menjual dirinya kepada Rabb Maha Agung, dan tanpa mengenal lagi tentang berapa besarnya “tadhiyah” yang harus diberikan kepada Yang Maha Agung, agar mendapatkan ridho-Nya. Semuanya dijalan dengan ikhlas, hanya mengharap jaza' (balasan) semata dari Rabbnya.
Bergegaslah dengan “istijabah” (menyambut) panggilannya melaksanakan jihad, membebaskan al-Aqsha dan tanah airnya dari penjajah Zionis-Israel, sebuah jalan menuju kemuliaan. Kemuliaan yang bakal diterima sesudah berada di akhirat, dan kekal selamanya. Mendapatkan kemuliaan dan kenikmatan tanpa tara.
Allah Rabbul Aziz :
“Sesungguhnya, Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. (al-Qur'an : 9 : 111)
Orang-orang Mukmin menjual diri dan hartanya kepada Rabb Maha Agung. Orang-orang Mukmin tidak lagi memiliki kewenangn sedikitpun pada diri dan hartanya. Semuanya telah diwakafkan untuk keberhasilan perjuangan menegakan dan membela agama Allah Azza Wa Jalla.
Jiwa dan raganya diberikan secara totalitas kepada Sang Khaliq, dan tidak ragu. Jiwa “tadhiyah”, sudah menjadi pandangan hidupnya yang hakiki. Tak ada lagi keraguan. Semuanya dijalani dengan penuh kesabaran. Kesabaran menanti datangnya janji Rabb Maha Agung. Diberikan seluruh apapun yang dimiliki kepada sesembahannya Rabbul Alamin.
Allah Rabbul Aziz :
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-sekali tidak menjadikan untuk kamu udalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu semua sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pellindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”. (al-Qur'an : al-Hajj : 77-78).
Semua kesedihan dan kesengsaraan akan terobati dan terhapus, saatnya nanti bertemu dengan Rabb. Menerima segala janji-Nya dengan tangan kanan, sambil menampakan wajah yang berseri-seri. Seperti digambarkan oleh Mukmin dan Muslim Palestina saat ini. Tak ada kesedihan. Tak ada ratapan dan kesedihan.
Betapapun kesedihan dan penderitaan, hanya beberapa saat, dan pasti akan berakhir, dan tinggal menikmati kebahagiaan yang kesenangan yang kekal abadi. Di mata manusia penderitaan yang dialami oleh Mukmin, seakan sebuah tragedi. Namun, bagi Mukmin Palestina, sebuah persembahan dari wujud “tadhiyah” mereka kepada Rabbnya.
Palestina diduduki dan dijajah oleh Zionis-Israel, belum satu abad. Zionis-Israel baru ada di tanah Palestina tahun l948. Di mata manusia, Zionis-Israel, sebagai superioritas dengan segala kesombongan dan keangkuhannya. Menyerang, menangkap, memernjarakan, menyiksa dan membunuhi Mukmin Palestina. Tapi, perlawanan tak pernah berhenti, sepanjang sejarah, sejak 1948, sampai akhir zaman, sampai Zionis-Israel, dikalahkan oleh Mukmin.
Di tengah gelombang serangan yang ganas dari rezim Zionis-Israel dan Yahudi Ortodok terhadap Mukmin dan Muslim Palestina, Gerakan Hamas menyerukan jihad secara total dan melakukan “INTIFADAH” kepada seluruh rakyat Palestina, di seluruh Tepi Barat yang diduduki Israel. Hari Jumat ini, akan menjadi hari “KEMARAHAN” terhadap Zionis-Israel dan Yahudi Ortodok laknatullah.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry, seorang tokoh 'ILUMINATI' (gerakan rahasia Zionis), melakukan kunjungan ke negara-negara Timur Tengah, berusaha membujuk dan mengakhiri gerakan “INTIFADAH', sebagai bentuk 'KEMARAHAN', Mukmin dan Muslim Palestina atas segala bentuk kejahatan Zionis-Israel yang berusaha menghancurkan al-Aqsha.
Namun, tawaran Amerika sudah sangat terlambat, dan tidak meyakinkan bagi warga Palestina. Pergolakan dan perlawanan akan terus berlangsung dan semakin menghebat. Warga Palestina telah bersummpah tidak akan pernah mau berhenti melawan Zionis. Tidak akan pernah membiarkan Zionis mengotori al-Aqsha dengan sepatu-sepatu mereka yang najis itu.
Tidak ada lagi negosiasi politik. Palestina sudah berulang-ulang melakukan negosiasi politik dengan Zionis, dan hasilnya selalu diingkari dan dikhianati oleh anak keturunan “kera” itu. Tak ada janji dan hasil perundingan yang diwujudkan dan diemplemasikan dalam bentuk konkrit. Zionis-Israel terus menghancurkan rumah penduduk Palestina, memperluas rumah-rumah atau pemukiman baru bagi Yahudi.
Bangsa Palestina, sudah cukup memiliki pengalaman panjang, tidak ada siapapun, yang dapat menjaminn dan menyelamatkan mereka dari cengkeraman Zionnis, Amerika, Eropa, dan negara-negara Arab, semuanya hanyalah bagian dari kepentingan Zionis yang akan menghancurkan kehidupan dan masa depan. Maka solusi bagi masa depan Palestina, membebaskann dari pendudukan Zionis, hanyalah dengan jalan jihad, bukan dengan perundingan dan negosiasi politik.
Seruan Hamas melakukan “INTIFADAH”, bagian dari solusi mengakhiri kekejaman dan kezaliman Zionis di tanah Palestina. Berapapun pengorbanan itu, tak akan pernah sia-sia, dan tidak ada artinya dibandingkan dengan kemuliaan yang akan didapatkan kelak.
Mewujudkannya hanya dengan jihad, dan menjadikan 'MATI SYAHID' sebagai cita-cita tertinggi bagi setiap Mukmin. Jihadlah yang dapat menyelamatkan hari depan Mukmin dan Muslim Palestina. “is kariman atau mut-syahidan” (hidup mulia atau mati syahid). Lebih baik mati syahid, daripada hidup hina, dibawah telapak kaki Zionis. Semoga. Wallahu'alam.