JAKARTA (voa-islam.com) – Hanya kurang beberapa minggu menjelang pemilu 1 Nopember, nasib Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan dan Partai AKP dihancurkan. Dengan cara-cara yang sangat dramatis, keji dan mengerikan.
Di ibukota Turki, Ankara, saat kelompok kiri dan komunis, yang terdiri dari kekuatan pendukung PKK (Kurdi) melakukan aksi “damai”, menentang kebijakan pemerintah Turki yang memerangi PKK. Turki melakukan serangan udara terhadap posisi-posisi kelompok Kurdi, di Irak utara.
Saat berlangsungnya aksi “damai” pada 10 Oktober lalu itu, terjadi dua ledakan bom, yang sangat dahsyat. Serangan bom yang mematikan. Secara psychologis tak dapat diperkirakan dampaknya. Rakyat Turki sangat terkejut, dan terpengarah akibat pemboman itu. Turki selama dibawah pemerintahan AKP dan Erdogan sangat stabil.
Sebagian warga Turki terguncang. Sebagiann warga Turki menyalahkan Erdogan. Sebagian rakyat Turki menuduh Erdogan bertanggung atas terjadinya pemboman. Erdogan benar-benar tidak banyak pilihan, dan dia harus membuktikan siapa sejatinya yang bertanggungjawab serangan bom yang menewaskan lebih 100 demonstran, dan lebih dari 250 lainnya mengalami luka-luka.
Ini hanyalah bagian dari rencana yang bertujuan menghancurkan Erdogan dan AKP yang berkuasa, selama dua periode. APK dan Erdogan berkuasa sejak tahun 2002. Pemilu Juni lalu, AKP gagal mencapai mayoritas mutlak di parlemen. AKP juga gagal membentuk pemerintahan koalisi.
Pemboman yang terjadi 10 Oktober itu, hanyalah bagian dari rencana yang matang bertujuan menghancurkan pemerintahan Erdogan. Pemboman itu mempunyai misi terselubung, agar Erdogan dan AKP tamat. Tidak lagi berkuasa di Turki. Berbagai kekuatan lokal dan internasional, tidak suka dengan berkuasa Erdogan dan AKP.
Erdogan mempunyai musuh yang sangat mengganggu, yaitu kelompok Kurdi (PKK). Sudah berlangsung puluhan tahun. Erdogan sudah berusaha menyelesaikan dengan penyelesaian politik. Termasuk berdirinya partai politik yang mewakili kelompok Kurdi (HDP).
Namun, usaha-usaha yang konstruktif dari Erdogan itu, hanyalah sia-sia belaka. Kelompok pemberontak Kurdi di Irak utara terus melancarkan serangan terhadap wilayah Turki. Kelompok PKK dan golongan Kurdi yang ada di Turki, terus melakukan instabilitas di Turki. Dengan berbagai cara.
Selain kelompok Kurdi, kebijakan pemerintahan Erdogan, terang-terangan menentang rezim Syiah Bashar al-Assad, menuntut pengunduran diri terhadpa Assad. Sehingga, sikap Erdogan itu, menimbulkan kemarahan rezim Bashar al-Assad. Turki juga menjadi “terminal” bagi para mujahidin dari berbagai negara yang ingin masuk ke Suriah, bejihad.
Sementara itu, kelompok Daulah Islamiyah (IS), sangat marah atas keterlibatan Turki dengan koalisi pimpinan Amerika. Turki ikut dalam koalisi pimpinan Amerika Serikat memerangi IS. Para pemimpin IS telah mengeluarkan pernyataan, bahwa Erdogan dan militer Turki telah dinyatakan sebagai “murtad”. Tidak ada lagi kewajiban IS menghormati pemerintah Turki.
Maka, bagi kelompok Kurdi (PKK), rezim Bashar al-Assad, dan IS, hanyalah satu pilihan, Erdogan dan AKP harus dihancurkan. Erdogan dan AKP harus tamat. Erdogan dan AKP, harus menjadi masa lalu, sejarah Turki. Tidak ada lagi AKP dan Erdogan. Itulah hakikat pemboman 10 Oktober, yang berlangsung sangat dramatis, dan mengerikan.
Pilihan aksi pemboman itu, berlangsung saat kelompok pendukung Kurdi, sedang melangsungkan aksi damai, dan menginginkan dihentikan serangan terhadap basis-basis Kurdi di Irak utara. Saat itulah berlangsung serangan bom yang sangat dahsyat.
Selama ini, kelompok Kurdi (PKK) di Irak utara, dimanfaatkan oleh Zionis-Israel, mengacaukan pemerintahan AKP dan Erdogan yang terang-terangan menyokong perjuangan rakyat Palestina. Berulangkali Erdogan bertemu dengan tokoh Hamas, seperti Ismail Haniyah dan Khalid Misy'al di Istambul. Kasusa Mavi Marmara, membuat Zionis-Israel sangat marah dan masygul.
Jika AKP dan Erdogan hancur, maka PKK (Kurdi), rezim Basha al-Assad, dan IS bergembira. Dengan tamatnya AKP dan Erdogan di Turki. Terbalaskan kekecewaan dan ketidak puasan PKK, rezim Bashar al-Assad, dan IS dengan adanya AKP dan Erdogan.
Ini sebuah skenario yang dimainkan atau dijalankan oleh PKK, intel Suriah, dan IS menghancurkan AKP dan Erdogan dengan menyerang aksi damai terhadap pendukung kelompok Kurdi (PKK). Tujuannya Partai HDP yang menjadi perpanjangan tangan PKK itu, akan memenangkan pemilu 1 Nopember nanti.
Sesudah berlangsungnya investigasi oleh fihak keamanan dan intelijen Turki, beberapa orang ditangkap dan dilakukan interogasi terhadap para tersangka yang mempunyai hubungan dengan pelaku pemboman 10 Oktober lalu, dan menunjukkan adanya keterkaitan antara PKK, intelijen Suriah, dan IS. Meskipun, mereka mempunyai tujuan yang berbeda-beda terhadap negara Turki.
Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan menegaskan yang bertanggung jawab atas pemboman di ibukota Ankara adalah "teror kolektif" yang melibatkan kelompok IS, kelompok PKK, dan dinas intelijen Suriah.
Selanjutnya, fihak berwenang Turki mengatakan kelompok IS adalah "nomor satu tersangka" atas serangan yang terjadi 10 Oktober itu.
Presiden Recep Tayyip Erdogan, menyatakan di depan pertemuan Serikat Konfederasi buruh, mengatakan "serangan di depan stasiun mengungkapkan, bagaimana teror dipraktikkan secara kolektif. Ini adalah aksi teroris yang bersifat kolektif."
"PKK, IS, Mukhabarat (intelijen), dan PYD semua terlibat. Mereka merencanakan operasi ini bersama-sama, "katanya, mengacu pada Partai Pekerja Kurdistan terlarang (PKK). Kelompok IS, dinas intelijen militer Suriah yang dikendalikan oleh pemerintah Suriah dan Kurdi Uni Demokratik Partai Suriah (PYD), semua terlibat”, tegas Erdogan.
Erdogan secara terbuka mengatakan pemboman itu, hanyalah ingin menghancurkan dirinya dan AKP, menjelang 1 November. Berdasarkan jajak pendapat menyalahkan pemerintah. Pada hari Senin, pemerintah menegaskan bahwa salah satu pelaku bom bunuh diri adalah Yunus Emre Alagoz, saudara laki-laki yang diduga serangan serupa di Suruc yang menewaskan 34 orang pada bulan Juli.
Dapatkah Erdogan dan AKP selamat di pemilu 1 Nopember, sesudah terjadinya pemboman? Atau Erdogan dan AKP akan tamat. Semuanya itu, tujuan hanya satu. Semua yang berbau “Islam” harus dihabisi dan tamat.
Presiden Mohammed Mursi dan Ikhwan sudah tamat. Giliran Erdogan dan AKP harus tamat. Berikutnya Raja Salman bin Abdul Aziz juga harus tamat. Itulah skenario “bumi hangus” terhadap munculnya kekuatan Islam. Wallahu'alam.
Editor: RF