View Full Version
Rabu, 28 Oct 2015

Pembicaraan Raja Salman bin Abdul Aziz dan Obama, dan Spekulasi Penggulingan Salman

RIYADH (voa-islam.com) – Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz melakukan pembicaraan melalui telpon dengan Presiden Amerika Barack Obama, melalui telpon itu, kedua pemimpin itu membahas "hubungan bilateral, situasi keamanan di wilayah itu, dan mendiskusikan msalah-masalah regional dan internasional," ungkap kantor berita negara SPA Saudi, Selasa, 27/10/2015.

Sementara itu, Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua pemimpin menyambut komitmen oleh para pihak yang terlibat perang di Yaman pada pembicaraan putaran kedua yang diperantai PBB.

"Kedua pemimpin berjanji tetap melakukan saling bertukar pikiran dan memecahkan masalah-masalah yagn sedang berkembang di kawasan regional, termasuk masalah Yaman, Suriah, dan konflik di Irak. Amerika mengajak Arab Saudi tetap dalam kemitraan kemitraan strategis yang kuat dan abadi antara Amerika Serikat dan Arab Saudi," katanya.

Sementara itu, di Arab Saudi, berkembang berbagai spekulasi yang sangat sensitif, di mana sejumlah putra mahkota, melakukan “konspirasi” yang akan menyingkirkan Raja Salman bin Abdul Aziz. Sejumlah putra mahkota itu, sangat tidak “nyaman” dengan kekuasaan Salman. Kekuatan luar juga ikut bermain di Arab Saudi sekarang, dan mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu menyingkirkan Salman.

Salman kebijakannya sangat berbeda dengan Raja Abdullah, yang lebih dekat dengan kebijakan-kebijakan yang sangat merugikan kepentingan Arab Saudi. Raja Abdullah bersama dengan Uni Emirat Arab, dan sejumlah negara Teluk lainnya, merupakan pendukung Al-Sisi, saat melakukan penggulingan Presiden Mesir Mohamad Mursi.

Berbagai spekulasi yang sekarang beredar di kalangan ahli-ahli strategi di kawasan Timur Tengah, ada usaha-usaha yang sangat keras, sesudah berhasil menyingkirkan Mursi, berikutnya yang harus disingkirkan Presiden Erdogan dan Raja Salman. Kedua pemimpin ini menjadi pendukung perjuangan rakyat Palestina.

Salman dan Erdogan merupakan dua pemimpin  yang sangat keras menentang rezim Bashar al-Assad. Keduanya secara tegas mengatakana, bahwa sudah tidak ada tempat lagi, bagi Assad. Arab Saudi dan Turki mendukung kelompok-kelompok oposisi yang memerangi Bashar al-Assad. Menlu Arab Saudi,  Adel al-Jubeir, menegaskan, bahwa masa transisi masa depan Suriah, tidak ada lagi posisi bagi Bashar al-Assad.

Sebelumnya,  Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, melakukan kunjungan  ke Moskow, dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin, dan menekankan  kepada Putin, agar terlibat dalam perang di Suriah,  bukan saja memberikan dukungan kepada rezim Bashar al-Assad, tapi Netanyahu tidak menginginkan Bashar al-Assad jatuh. Lahir kekuasaan baru yang dipengaruhi kalangan Mujahidin, dan ini menjadi ancaman yang serius bagi masa depan Zionis.

Secara paralel apa yang dijadikan agenda Netanyahu, Vladimir Putin, Barack Obama, Presiden Rouhani,  dan Bashar al-Assad, yaitu memerangi "teroris". Rusia menggunakan seluruh kekuatan militer, dan melakukan pemboman besar-besaran atas posisi-posisi oposisi, khususnya kelompok Jabhah al-Nusrah, Jaysus Islam, Brigade Abdulah Azzam, yang dinilai berafiliasi kepada al-Qaedah.

Sekarang Putin menegaskan akan mendukung  kelompok-kelompok opsisi dan memfasilitasi melakukan pembicaraan dengan pemerintahan Bashar al-Assad.  Skenario baru yang dirancang oleh Rusia, Amerika, Israel, dan Iran, bagaimana perubahan politik di Suriah, dan lengsernya Bashar al-Assad tidak mengganggu kepentingan strategis bagi Rusia, Amerika, Iran dan Israel. 

Zionis-Israel mempunyai kepentingan masalah keamanan. Karena, Suriah berbatasan langsung dengan Israel. Perang 1967, wilayah Dataran Tinggi Golan dianeksasi (dicaplok) Isrrael, sampai sekarang. Jika Suriah jatuh hanya selangkah perbatasan Suriah-Israel, dan ini dikawatirkan akan menjadi ancaman bagi masa Zionis.

Dibagian  lain, Timur Tengah sangat  luar biasa, membangkitkan "ruh jihad" bagi seluruh dunia Islam, bukan saja jihad yang berlangsung di Suriah dan Irak, tapi sekarang yang lebih menggetarkan lahirnya gerakan Intifadah di Yerusalem, yang menjadi jantung Umat Islam. Perjuangan melawan Zionis oleh warga  Palestina masih berlangsung, dan  berdampak terhadap kehidupan rakyat Israel, bahkan warga Israel mulai eksodus ke luar dari Israel. Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version