ANKARA (voa-islam.com) - Mereka sudah tidak memiliki dasar pijakan di Turki. Kelompok sekuler, liberal, sosialis, dan komunis, perlahan-lahan kehilangan dukungann dari rakyat Turki. Ini terbukti dari hasil pemilu 1 Nopember lalu, di mana CHP, MHP, dan HDP, gagal mendapatkan dukungan rakyat Turki.
Partai-partai warisan Kemal Attaturk itu, bakal terkubur oleh sejarah, karena tidak dapat memberikan solusi apapun bagi kehidupan rakyat Turki. Mereka akan ditinggalkan rakyat Turki. Mereka sudah mengeluarkan berbagai langkah atau cara menghentikan AKP. Tetap gagal.
Partai-partai warisan Kemal Attaturk, terlalu sering memberikan "lebel" kepada AKP sebagai kelompok "konservatif". Ini sebagai senjata yang digunakan kalangan sekuler menghalangi rakyat Turki memilih AKP. Bahkan, mereka bukan hanya menyebut AKP sebagai "konservatif", tapi juga dilekatkan dengan kelompok "teroris", termasuk menyamakan Erdogan dengan Hitler.
Turki terbelah antara kelompok “konservatif” dengan kelompok “kiri”. Retorika tentatng “konservatif” dilekatkan kepada AKP. AKP yang sosial “origin” nya dari kalangan Islam, dan AKP memiliki agenda dan program yang merupakan implementasi dari prinsip dan nilai Islam, kemudian diberi lebel sebagai kelompok “konservatif”.
AKP yang gagal mendapatkan mayoritas “tunggal” dalam pemilu Juni lalu, terus di “bully” dengan julukan sebagai “konservatif” oleh kalangan “kiri” yang merupakan warisan Kemal Attaturk. AKP yang dituduh sebagai kelompok “konservatif-demokrat”, selama 13 tahun, dan sekarang harus berhadap-hadapan dengan kalangan “kiri”, yang memperjuangkan nilai-nilai sekuler Turki, seperti komunis, sosialis, liberal dan nasionalis. Mereka inilah yang sekarang menuduh AKP sebagai golongan “konservatif”.
Kelompok-kelompok “kiri” berjuang ingin menegakan ideloginya, mereka berjuang melalui Partai Republik Rakyat (CHP), MHP, dan menjadi benteng status quo, yang habis-habisan ingin menegakkan ajaran Kemal Attaturk, dan nasionalis Kurdi melalui Partai Demokrat Rakyat (HDP).
Di mana HDP dasar ideologinya berasal dari ideologi komunis arau Stalinis. CHP dan HDP harus bersaing melawan AKP yang dijuluki sebagai “konservatisme” Turki, yang berbasis ideologinya, bersumber dari prinsip dan nilai Islam.
CHP tidak memiliki sebuah dogma (ideologi) dari ajaran Kemal Attaturk sebagai landasan dasar perjuangan mereka. Namun, tampaknya CHP mulai melakukan meninggalkan gaya lama mereka, ketika secara simbolik melihat agenda-agenda yang mereka tampilkan, sementara mereka juga meninggalkan bahasa baku yang merupakan ciri khas dari faham sekularisme.
Kalangan Kemalis terus mencoba melakukan tranformasi baru, terutama sesudah melihat perubhan dikalangan masyarakat Turki. CHP mulai menggunakan idiom-idiom Islam dalam gerakannya, yang bertujuan mendekati kalangan “grassroot” Turki.
Setidaknya bahasa yang mereka gunakan selama kampanye pemilu lalu (1 Nopember), mulai nampak meninggalkan gaya sebelumnya. Alih-alih kalangan sekuleris tidak lagi menggunakan idiom-idiom sekularisme, sekarang mereka menggunakan simbol dan wacana yang kadang-kadang tampak menyenangkan untuk basis konservatif (AKP).
Sebelumnya, CHP yang merupakan warisan Kemal Attatur, selalu mengkritik AKP dengan tuduhan mengeksploitasi agama (Islam) untuk kepentingan politik.
Setelah kalangan sekuleris dan komunis yang memasarkan ideologi mereka dengan jargon-jargon “sekuler dan kiri” mendapatkan tanggapan dingin dari rakyat Turki, kemudian mereka mencoba dengan menambah konservatisme liberal-kiri, dan ini tidak mengherankan. Mereka dalam gerakannya, mengalami stagnan (tidak berkembang), dan kembali ke idiom lama, yang sudah sangat usang.
Dalam berbagai aksi yang menentang kebijakan pemerintah AKP, para aktifis “sekuler dan kiri”, membawa gambar tokoh kiri-liberal, seperti Stalinis, Che Guavara, dan mengusung gambar tokoh yang berhaluan ideologi nasionalis yang dekat dengan PKK. Semua gerakan yang sekarang menentang AKP didukung dan dipasarkan oleh keberhasilan media, baik lokal maupun internasional yang mendukung gerakan “sekuler dan kiri” yang secara ideologis menjadi “antitesa” (lawan) AKP .
Namun, partai-partai “sekuler dann kiri”, sampai hari belum berhasil membuat Partai AK kalah. Meskipun, mereka sudah bermetafora dengna simbol, gambar, dan bahkan berkampanye menggunakan “tshirt”, tapi tetap tida dapat mengelabuhi para pemilih AKP. Mereka berusaha melakukan “pragmatisme” politik, dan bertujuan mengalahkan AKP, tapi selalu gagal. Mengapa?
Karena AKP berhasil melakukan transformasi dari ideologi konservatif-demokrat ke bentuk realitas sosial. Kehidupan rakyat Turki selama satu dekade dibawah AKP mengalami perbaikan secara radikal. Lebih makmur. Seperti rakyat di negara-negara Uni Eropa.
Kelompok HDP yang menjadi perpanjangan tangan separatis Kurdi, secara tidak bermoral mengembangkan wacana yang secara terus-menerus, kebijakan yang dijalankan dengan menggunakan ideologi “kiri-komunisme” itu, sesuai dengan ajaran Islam dengan menggunakan referensi “Piagam Madinah”.
Mereka tidak ragu-ragu untuk menggunakan bahasa tersebut di hadapan ulama dan pemimpin Islam di Turki. Nampaknya, kalangan “kiri-komunisme” sudah kehilangan “ruh” yang mendasari gerakan mereka.
Meskipun sedikit agak malu-malu daripada periode sebelumnya, CHP tidak malu lagi “mengabarkan” Injil kepada rakyat Turki, dan sudah tidak dapat lagi menjelaskan tentang apa itu sekularisme. Sekulerisme sudah kehilangan dasar berpijak.
Sejak Kemal Attaturk mengangkat sekulerisme sebagai pengganti “Islam” yang sudah diwariskan oleh Khilafah Otsmaniyah selama tujuh abad, sampai hari ini sekulerisme menghadapi jalan buntu, dan tidak dapat memberikan solusi apapun bagi kehidupan rakyat Turki.
Selama hampir satu abad, pemerintahan Turki dibawah partai-partai sekuler, tidak dapat mengubah apapun bagi kehidupan rakyat Turki. Alih-alih kemakmuran. Justru Turki tidak dapat mengeyam stabilitas politik. Silih berganti kudeta yang dijalankan militer. Mendukung salah satu dari kelompok sekuler yang memperebutkan kekuasasan.
Karena itu, ketika AKP lahir, di tahun 2000, dan menampilkan solusi yang memadai, dan terjadi transformasi besar-besaran, dan kehidupan rakyat berubah, lebih makmur kehidupan mereka, lebih tenang, dan stabilitas politik terjaga, maka kalangan penyokong sekulerisme, sosialisme, liberalisme, dan nasionalisme kehilangan relevansi bagi kehidupan rakyat Turki. Inilah mengapa pemilu 1 Nopember kemarin, rakyat Turki kembali menjatuhkan pilihannya kepada AKP.
Kalangan AKP, tidak ragu lagi, menampilkan calon-calon mereka di dalam pemilihan parlemen 1 Nopember lalu, termasuk tokoh perempuannya yang mengenakan jilbab, beberapa orang ulama (mufti), dan tokoh-tokoh Islamis dalam daftar calon, dan kemudian dituduh oleh kalangan CHP dan HDP sebagai ekstremis, tetap tidak mempengaruhi pilihan rakyat terhadap AKP.
Sekarang, kalangan Partai AKP sudah mengerti, dan tidak lagi kawaatir dengan golongan liberal-kiri, liberal kanan, konservatifisme-komunisme dan nasionalisme. Mereka sudah kehilangan akar dikalangan rakyat Turki.
Sekulerisme yang diwariskan oleh Kemal Attaturk, sudah terbukti tidak dapat mengubah apapun kehidupan rakyat Turki. Sekulerisme, liberalisme, sosialisme, komunisme, dan nasionalisme, hanya jargon ideologi kosong. Sudah terbukti di Turki, ketika menghadapi entitas politik Islam, dan mereka kalah. Wallahu'alam.