View Full Version
Ahad, 08 Nov 2015

Fir'aun Mesir al-Sisi Akan Tenggelam di Dasar Laut Merah

CAIRO (voa-islam..com) – Marsekal Abdul Fattah al-Sisi, “Fira'un Mesir”, bakal tenggelam di dasar Laut Merah. Nasibnya akan seperti “Fir'aun”, yang mengejar Musa dan kaumnya, kemudian tenggelam di dasar Laut Merah.

Al-Sisi oleh media sosial menjelang kunjungannya ke London dijuluki “#MurdererIsInLondon”. Begitu luas kampanye anti al-Sisi di media sosial. Termasuk aksi demo yang menolak dari kelompok-kelompok hak asasi manusia di Uni Eropa.

Kunjungan ke London bertemu dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, di sebut oleh berbagai media Inggris, sebagai pertemuan “ugly” (bodoh).

Pertemuan "bodoh" antara al-Sisi dan David Cameron. Kedatangan al-Sisi ke London, hanya merusak nama baik Cameron sebagai pemimpin negara Eropa dianggap yang menjadi standar kehidupan hak-hak asasi di Eropa.

David Cameron, pasti tahu, kelompok-kelompok hak asasi manusia, mengecam keras al-Sisi, dan telah melakukan kejahatan kemanusiaan. Membunuhi ribuan rakyatnya, dan melakukan penangkapan, penyiksaan, dan menghukum mati anggota dan pemimpin Ikhwan, dan hanya dengan tuduhan “teroris”.

Kedatangan al-Sisi bertemu David Cameron di Downinng Street 10, hanya ingin menyeret Cameron, masuk dalam konflik di Libya Memberikan informasi yang menyesatkan, dan menakut-nakuti Inggris tentang bahaya teroris (ISIS), yang sudah menguasai Libya. Al-Sisi ingin Cameron melakukan intervesi ke Libya, dan membantu Mesir memerangi “teroris”.

Sejatinya, al-Sisi sangat cemas dengan situasi di Libya. Di mana sesudah jatuhnya Muammar Gadhafi, sekarang Libya berada di tangan kalangan Islamis, yang terus ingin meluaskan pengaruhnya seluruh Afrika.

Skenario baru dari PBB, di mana lembaga multilateral itu ingin membelokan perjuangan Mujahidin, yang posisinya semakin kokoh, dan PBB mendukung pemerintahan baru di Libya, bercorak sekuler. Gagal. Jika Libya jatuh ke tangan kalangan Islmis, secara langsung menjadi ancaman terhadap al-Sisi.

Pertemuan al-Sisi dengan David Cameron, di Downing Street 10, hanya membuat al-Sisi, sangat terkejut dan merasa di terhina.

Cameron memberitahu al-Sisi, bahwa pesawat Metrojet Rusia, jatuh di Semenanjung Sinai, karena bom. Al-Sisi selalu menolak adanya theori serangan “teroris”, dan menggap sebagai propaganda. Tetapi apa yang disampaikan oleh Cameron itu, berdasarkan laporan intlijen Inggris dan Amerika.

Namun, pukulan yang paling berat terhadap al-Sisi, pernyataan Presiden Amerika, Barack Obama, yang disiarkan oleh CNN melalui “Breaking News”, yang secara jelas, Obama mengatakan bahwa pesawat Metrojet Rusia, jatuh hkarena bom. Metrojet Rusia meledak, akibat “bom” yang ditanam di pesawat itu.

Pernyataan Presiden Barack Obama itu, seperti “tongkat” Musa yang membelah laut, dan menenggelamkan "Fir'aun" al Sisi ke dasar laut. Mengapa?

Sesudah pernyataan Presiden Obama itu, maskapai penerbangan dari negara-negara Uni Eropa, diantaranya Inggris, Perancis, Jerman, Turki, Rusia dan sejumlah negara lainnya, membatalkan seluruh penerbangan menuju Mesir atau Sharm el-Sheikh, karena alasan keamanan.

Bukan sebatas itu. Seluruh turis dari negara-negara Uni Eropa, mereka meninggalkan Mesir, dan pulang ke negaranya. Sementara itu, mereka yang akan berangkat ke Mesir dan Sharm el-Sheikh, juga membatalkan keberangkatannya.

Bahkan, warga Rusia yang hampir 75.000 meninggalkan Mesir. Mesir dianggap negara yang tidak aman. Semua negara di dunia, memberikan peringatan “alert” warganya agar tidak melakukan kunjungan ke Mesir atau Sharm el-Sheikh. Berapa kerugian Mesir?

Mesir dan resor Sharm el-Sheikh, tidak lagi sebagai tempat wisata yang menyenangkan, tapi tempat wisata yang menakutkan. Para turis dari negara-negara Uni Eropa, juga masih dibayangi oleh peristiwa “pembantaian” di pantai Sousse, Tunisia. Pembantaian terjadi di pantai Mediterania, yang sangat indah. Di mana seorang mahasiswa menembaki turis yang sedang berjemur di pantai.

Sekarang, Mesir dengan adanya pernyataan David Cameron dan Obama, langsung “bangkrut”. Negara “Spinx” yang penerimaan neggaranya, ditopang dari industri parawisata, langsung jatuh miskin.

Para turis meninggalkan Mesir. Mereka tidak ingin menghadapi malapetaka, seperti nasibnya 224 penumpang Metrojet Rusia, yang semua tewas.

Mesir bukan lagi tempat yang aman bagi mereka. Mereka tidak lagi ingin berlama-lama berada di Mesir. Apalagi di Sharm el-Sheikh. Tempat wisata yang terletak di pantai Semenanjung Sinai, yang terus mendapatkan sinar matahari, dan pemandangan laut lepas yang sangat indah. Sudah tidak menarik.

Mesir gagal melindungi mereka. Serangan “bom” oleh ISIS benar-benar menghancurkan “Fir'aun” al-Sisi, sebagai tokoh militer yang terkenal, dan sekarangn sekarat.

Bukan hanya itu. Lucunya. Al-Sisi menuduh Ikhwan berbuat “jahat”. Mesir dilanda banjir bandang. Al-Sisi mengatakan banjir itu, gara-gara Ikhwan melakjukan shalat “itstisqo” (shalat minta hujan). Turun hujan, dan Mesir banjir. Mungkin banjir itu, tanda akan tenggelamnya “Fir'aun” yang sangat keji, dan media sosial menjulukinya sebagai pembunuh “Murderer”.

Di bawah al-Sisi dengan gaya tangan besinya, tak membuat Mesir menjadi lebih baik. Arab Saudi dan negara-negara Teluk menghentikan bantuannya. Tak mau lagi menjadi sapi perahan Mesir. Media-media Mesir menghantam Arab Saudi, dan dengan berbagai pelecehan yang sangat menusuk. Sekarang al-Sisi sendirian, menghadapi situasi Mesir yang terus memburuk ekonominya.

Hanya dengan pernyataan Presiden Barack Obama, tentang pesawat Metrojet Rusia yang jatuh karena ditanami “bom” dalam pesawat. Langung rezim al-Sisi kehilangan legitimasinya.

Bagaimana sistem keamanan Mesir bisa tersusupi “teroris”, dan menghancurkan pesawat “canggih” Airbus? Airbus jatuh karena bom? Ini menandakan sehebat apapun sistem keamanan di Mesir, tetap dapat dipenetrasi (disusupi) oleh kelompok jihadis (ISIS).

Saat Presiden Mohamad Mursi berkuasa menyelesaikan masalah Semenanjung Sinai dengan dialog. Mursi datang ke Sinai. Bertemu dengan para tokoh dan ulama di wilayah kawasan itu. Konflik yang sudah lama dengan pemerintah Mesir, akhirnya selesai. Tidak ada lagi konflik di Sinai dengan pemerintah atau militer Mesir.

Ketika Mohamad Mursi digulingkan, dan al-Sisi mengambil alih kekuasaan, kembali pemberontakan oleh kelompok-kelompok Mujahidin di Sinai.

Tentu, yang paling membuat masygul al-Sisi, hasil sadapan intelijen Amerika, terdengar percapakan antara para Mujahidin di Semenanjung Sinai dengan ISIS yang ada di Raqqa, mereka sudah merayakan kemenangan sebelum Metrojet Rusia jatuh. Wallahu'alam.

 


latestnews

View Full Version