View Full Version
Senin, 25 Jan 2016

Kuat Pekikan Masyarakat Ubah Batu Nisan LGBT

Kuat Pekikan Masyarakat Ubah Batu Nisan LGBT

Penulis: Robigusta Suryanto

 

Assalamua'laikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirrohmanirrohim

Kaum-kaum ingkar sisa peninggalan Nabi Luth a.s kembali mengancam peradaban dunia. Luluh lantah tidak membuat kaum lanjutan ini berpikir, melainkan mereka justru senang bermain genderang. "Hidupkan kembali."

Sejarah mereka tidak percayai. Dongeng yang memekakkan telinga. Tidak terajut jelas kata mereka. Demikian pemikiran umum dari mereka.

Kini, mereka duduk di kampus. Menyatu dengan mahasiswa lainnya. Berkumpul dan membentuk koloni serta barisan.

Seperti tidak ada yang berbeda, mereka nyatanya masif. Menjerat. Dan siap membungkus 'Kampus Kuning' dengan kebebasan.

Pertemuan adalah galangannya, sekaligus lambangnya. Diskusi adalah proses untuk menjeratnya. Senyum yang mereka lempar, dengan mengguratkan bahwa penyelewengan ini akan baik-baik saja mereka jadikan ketenangan. Pun penyakit mematikan siap mencengkram mereka.

Pergerakan ini tidak kecil, wahai masyarakat normal! Dan pergerakan ini juga tidak akan pernah sirna, jika kita tetap bodoh.

Stimulusnya pun amatlah banyak. Dana, jabatan, media massa, dan Asing. Semua lengkap. Fasilitas yang "mewah." Maka jangan salahkan masyarakat bila tergiur. Khususnya pemuda-pemudi.

Lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) namanya. Ia siap menghukum siapa saja yang tidak memiliki akal, terlebih lagi iman jika tidak membuka diri untuk komunitas melenceng ini. Itu harapannya.

Lingkungan dan kawan menjadi senjata paling berpengaruh untuk bidikannya. Tanpa batas. Siapapun yang bersuara, maka siap-siap akan dicaci-maki anti kebebasan, tanpa terkecuali, termasuk pendidik, yang inilai angin, tidak terlihat. Mereka acuhkan.

Pro dan kontra akhirnya menyelimuti pergerakan ini. Mereka pun tidak peduli. Berdalih, "Kami miliki sasaran hanya untuk konseling." Itu perlawanan, wahai masyarakat. Jeli, lah! Jangan diam! Itu pembungkusnya agar terlihat menarik, yang sejatinya racun mematikan. Dan itu bagian dari penggerus kelangsungan hidup manusia di muka bumi.

Orangtua, guru, ulama, masyarakat luas dan pemerintah harus bersuara. Kuatkan suara itu, hingga terdengar dari Aceh ke Papua. Dan jangan pernah takut untuk sebuah kebenaran. Itulah selemah-lemahnya iman.

Pekikan suara kita hingga memecah telinga mereka. Pekikan suara kita hingga menggembosi pemikiran mereka. Pekikan suara kita agar berdentum ke hati mereka. Katakan!

Semoga mereka sadar bahwa itu adalah penyakit. Mesin pembunuh yang tidak terlihat, juga merenggut nyawa. Tidak hanya jiwa yang direnggut, iman pun akan ikut direnggut.

Semoga sisa usia mereka (LGBT) jelas di batu nisan nanti. Semoga nama nisan mereka tidak dipersoalkan keluarga, teman, dan masyarakat.


latestnews

View Full Version