View Full Version
Kamis, 20 Apr 2017

Demokrasi Tak Ramah (Syariat) Islam ?

Sahabat Pembaca Setia Voa Islam,

Usai kemenangan Perang Badar, Nabi berpidato, antara lain, Kata Nabi Muhammad SAW, " Inna hadzal yaum laisa yaumul malhamah, walakinna hadzal yaum yaumul marhamah."

--Sesungguhnya hari ini bukanlah hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang--

Usai sudah putaran kedua "pesta demokrasi" pemilihan Gubernur DKI 2017 - 2022, ANIS Sandi didalam perhitungan cepat mengungguli AHok - Djarot.

Namun pesta belum benar-benar usai, kubu Ahok-Djarot terus saja menuding kelompok radikal, anti toleran, anti kebhinekaan dan pendukung syariat Islam berada dibalik kemenangan pasangan Anis Baswedan dan Sandiaga Uno.

Ucapan klaim sepihak tanpa dasar dan cenderung gegabah ini tidak boleh dipandang sebelah mata, pasalnya fakta membuktikan, demokrasi tak ramah Islam. Sebut saja Ismail haniyeh (Palestina), Mohamed Mursi (Mesir) digulingkan, bahkan kudeta gagal menimpa Presiden Turki Recep Erdogan dan rakyat turki membelanya turun ke jalan-jalan.

Contoh yang menjadi luka sejarah demokrasi, adalah ada invisible hands yang menghancurkan Palestina, Mesir, Somalia, Afghanistan, Bosnia, Aljazair, Turki utsmani dan Turki modern hendak dikudeta.

Belajarlah dari Palestina, Somalia, Andalusia, Yaman, Suriah, Moro, Libya, bahkan Indonesia era Masjumi pejuang pro Islam dikudeta 1960an silam hingga kini Islam meski dicintai rakyat namun tetap saja tokoh-tokoh liberal, sekuler, plural, aliran sesat berjedok kebhinekaan dan demokrasi terus merobek-robek kemurnian jihad umat Islam dan tak sudi Islam memimpin.

Benarkah?

Beda cerita jika Islam liberal dan islam nusantara rela menjadi boneka dan berlutut pada kepentingan komprador asing...

Mereka tahbiskan pribumi bagai dewa.

Menariknya, apa yang membuat para pemimpin Islam itu 'dikudeta' ?

Tak lain dan tak bukan mereka dianggap melakukan dosa besar. Apa benar ada dosa besar dalam alam demokrasi?

Dosa besar bagai dosa syirik adalah menyekutukan demokrasi dengan mengusung maupun menegakkan propaganda syariat Islam. Karena dalam demokrasi ada hidden agenda dan invisible hands, "TAK AKAN DIAMPUNI JIKA SEBUT-SEBUT SYARIAT ISLAM" atau diturunkan paksa dengan agenda artificial ala kepentingan komprador asing (dan kini aseng) 

Tapi inilah cara yang dikehendaki asing dan aseng.. Jika Anies menang akankah bernasib serupa? Mari kita buktikan dan tunjukkan kemuliaan dan kehebatan peradaban umat Islam.

Meski banyak pihak menyatakan NKRI dan Pancasila harga mati, dan menyatakan Pancasila dan Islam sejalan, namun jangan katakan Pancasila dan Syariat Islam dalam rezim yang anti Islam, anda akan di bully.

Pertanyaan terakhir, apakah Allah SWT salah telah menciptakan syariat Islam hingga sedemikian tak dikehendaki rezim-rezim dalam demokrasi?

Silakan anda nilai... Wallahu 'alam bishowab

Semoga Islam terus jaya, rahmatan lil 'alamin

Karena sesungguhnya jika Islam Jaya (kembali), inilah ungkapan cinta kami ,"--Sesungguhnya hari ini bukanlah hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang-- - " itulah ucapan Rasulullah SAW, tauladan sejati kami.

Redaksi Voa Islam


latestnews

View Full Version