Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasuillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Semakin dekatnya bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi, kebiasaan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan datangnya Ramadhan.
قدْ جاءَكمْ شهرُ رمضانَ، شهرٌ مباركٌ افترضَ اللهُ عليكُمْ صيامَهُ، يفتحُ فيهِ أبوابُ الجنةِ، ويغلقُ فيهِ أبوابُ الجحيمِ، وتغلُّ فيهِ الشياطينُ، فيهِ ليلةٌ خيرٌ مِنْ ألفِ شهرٍ، مَنْ حُرِمَ خيرَها فقدْ حرِمَ
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Al-Nasa’i dan Ahmad; lafadz ini milik beliau)
Sebagian ulama berpendapat, kabar gembira ini disampaikan sebelum tiba Ramadhan untuk mengingatkan akan keutamaan bulan ini dan amalan-amalan yang ada di dalamnya.
“Syahrun Mubarak” kalimat ini sebagai kabar berita banyaknya kebaikan di bulan ni; baik secara hakiki atau ma’nawi. Maknanya, bulan yang banyak kebaikan di dalamnya. Bisa juga sebagai doa, maknanya: semoga Allah menjadikannya dipenuhi kebaikan.
Syaikh Abdus Salam al-Syuwai’ir –Hafidzahullahu- menasihatkan agar bersiap diri menyambut Ramadhan dengan 2 perkara pokok. Pertama, berniat dan bertekad kuat untuk menjalankan ketaatan.
Imam Ahmad berpesan kepada putranya yang bernama Abdullah,
يا بني انو الخير فإنك لا تزال بخير ما نويت الخير
“Wahai anakku, berniatlah yang baik sesungguhnya engkau senantiasa baik selama engkau berniat baik.” (al-Adab al-Syar’iyyah, Ibnu Muflih: 1/104)
Ibnu Muflih Al-Hambali rahimahullah berkata:
وَهَذِهِ وَصِيَّةٌ عَظِيمَةٌ سَهْلَةٌ عَلَى الْمَسْئُولِ سَهْلَةُ الْفَهْمِ وَالِامْتِثَالِ عَلَى السَّائِلِ ، وَفَاعِلُهَا ثَوَابُهُ دَائِمٌ مُسْتَمِرٌّ لِدَوَامِهَا وَاسْتِمْرَارَهَا ، وَهِيَ صَادِقَةٌ عَلَى جَمِيعِ أَعْمَالِ الْقُلُوبِ الْمَطْلُوبَةِ شَرْعًا سَوَاءٌ تَعَلَّقَتْ بِالْخَالِقِ أَوْ بِالْمَخْلُوق
“Ini adalah wasiat yang agung, mudah (diucapkan) oleh orang yang ditanya, mudah dipahami serta mudah diamalkan oleh orang yang bertanya. Seorang yang mengamalkan wasiat ini, pahalanya akan terus mengalir selama ia terus mengulang dan mengamalkan wasiat ini. Seluruh amalan hati yang dituntut dalam syariat termasuk dalam wasiat ini, baik berkaitan dengan Al-Khaliq (Allah) maupun makhluk.” [Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 1/139]
Disebutkan dalam sebagian atsar bahwa niat seorang mukmin lebih berharga daripada amalnya. Karenanya, apabila seseorang sudah berniat dan bertekad mengerjakan ketaatan, amal shalih, dan kebajikan lalu terhalangi dari mengerjakannya karena sakit, safar, atau kesibukan lainnya maka Allah tetap mencatat pahala untuknya walau tidak sampai mengerjakannya.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika seorang hamba sakit atau sedang safar (bepergian), maka dicatat untuknya ‘amal perbuatan yang biasa ia kerjakan seperti di waktu tidak sedang bepergian dan ia sehat.” (HR. Al-Bukhari)
Keistimewaan umat ini secara khusus bahwa mereka akan diberi pahala atas niat baik mereka sebagai rahmat dari Allah Azza wa Jalla atas mereka dengan lemahnya fisik, sedikitnya kesempatan beramal dan pendeknya usia mereka.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadits yang diriwayatkan dari Rabb-Nya ‘Azza wa Jalla, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ
“Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak.” (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)
Kedua, mengetahuai apa saja yang disyariatkan di bulan Ramadhan dari amal-amal ibadah. Pastinya yang paling utama adalah puasa di bulan ini atas orang-orang beriman yang mukallaf dan mampu (kuat).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
قدْ جاءَكمْ شهرُ رمضانَ، شهرٌ مباركٌ افترضَ اللهُ عليكُمْ صيامَهُ
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi.” (HR. Al-Nasa’i dan Ahmad)
Amal lainnya yang sangat ditekankan dan disukai di bulan yang mulia ini adalah qiyamullail (shalat malam). Shalat malam ini –biasa- dikerjakan dengan berjamaah setelah shalat Isya’ yang lebih dikenal dengan shalat tarawih.
Disebutkan dalam Shahihain, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Dalam redaksi lain,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Maknanya, sebagaimana dijelaskan Syaikh Abdusalam–hafidzahullahu- yaitu siapa yang shalat (sunnah) di malam Ramadhan maka diampuni dosanya karena sebab ibadahnya itu. Yaitu shalat malamnya di semua malam Ramadhan dan dengan sebab shalatnya di Lailatul qadar karena ia bagian dari malam-malam Ramadhan.
Karenanya, seorang muslim hendaknya bersemangat mengisi malam-malam bulan ini dengan ibadah shalat malam (tarawih) sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya menghidupkan malam-malamnya dengan shalat; baik sendirian maupun berjamaah.
Amal ketiga dari amal-amal istmewa di bulan ini adalah membaca al-Qur'an. Para ulama menyebutkan dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an dengan sifat khusus di bulan Ramadhan. sebagiamana Allah Subhanahu wa Ta'ala sebutkan bulan Ramadhan dengan turunnya al-Qur'an.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Sebagian ulama mengatakan, bagi seorang muslim hendaknya menghatamkan al-Qur'an di buan Ramadhan walaupun hanya sekali.
Keempat, lebih banyak tinggal di masjid untuk menjaga puasa. Amalan ini memiliki pahala yang sangat besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala; walaupun beberapa menit setelah shalat fardhu atau sebelumnya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih bahwa seseorang masih terhitung shalat sepanjang ia menunggu shalat dan masih di tempat shalatnya dengan syarat masih dalam keadaan suci. Para Malaikat senantiasa mendoakannya dengan ampunan dan rahmat sepanjang masih berada di masjid yang ia shalat di dalamnya.
Kelima, memperbanyak sedekah di bulan Ramadhan. Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ
"Sedekah paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan." (HR. Al-Tirmidzi)
Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل فيدارسه القرآن، فلرسول الله صلى الله عليه وسلم حين يلقاه جبريل أجود بالخير من الريح المرسلة
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang paling (baik) dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat ditemui Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melebihi angin yang berhembus.”
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam lebih memperbanyak shodaqoh di bulan Ramadhan menjadi dalil yang sangat jelas bahwa shodaqoh di bulan Ramadhan lebih utama di bandingkan bulan-bulan selainnya.
Bentuk shodaqoh di Ramadhan sangat beragam. Bisa berbagi dengan uang, makanan, bantuan, atau pertolongan ke orang lain. Dan tersenyum terhitung sebagai shodaqoh.
Ada jenis shodaqoh utama di bulan ini yang sudah ditradisikan para ulama; yaitu berbagi makanan siap santap. Yakni sedekah dalam bentuk jamuan makan untuk orang-orang yang berpuasa. Khususnya kepada mereka yang miskin dan kekurangan. Kepada saudara seiman yang berkecukupan juga punya keutamaan.
Penutup
Tentunya semua bentuk kebaikan sangat istimewa dikerjakan di bulan Ramadhan seperti zikir, istighfar, silaturahim, dan lainnya. Karenanya, bekali diri dengan ilmu tentang amal-amal utama di bulan penuh berkah ini supaya semakin besar keuntungan dan keberkahan yang diraih dari bulan Ramadhan. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]