MEDAN (voa-islam.com) - (12/5) Massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Rohingya bersama warga asli Rohingya, Myanmar berunjuk rasa di depan Kantor Konjen Amerika Serikat, Uniland Plaza, Jalan MT Haryono, Medan, Sumatera Utara.
Pengunjuk rasa meminta agar masyarakat Internasional memberikan perhatian yang serius terhadap persoalan kemanusiaan yang sedang menimpa masyarakat Rohingya.
Salah satu koordinatir aksi, Khairul Anwar Hasibuan menyayangkan diamnya masyarakat Internasional atas persoalan yang menimpa etnis rohingya. " Bayangkan rumah-rumah mereka dibakar, wanita diperkosa dan anak-anak juga dibunuh.
Sedangkan masyarakat dunia hanya diam saja, demikian juga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tak mampu berbuat apa-apa." papar pengacara publik dari PAHAM Cabang Sumatera Utara tersebut.
Persoalan etnis Rohingya menjadi lebih parah ketika mereka diusir dari tanah kelahirannya. "Mereka diusir, akhirnya terkatung katung di tengah lautan. Kenyataannya mereka harus hidup berhari-hari bagai manusia perahu yang menyebabkan ratusan warga Rohingya meninggal dunia. Kemarin ada 500 an pengungsi yang terdampar di Aceh Utara, sebelumnya seribuan orang terdampar di Malaysia, bahkan ada yang ditemukan meninggal di pantai Thailand. Ini merupakan situasi kritis yang perlu penanganan bersama warga internasional" terang aktifis HAM dari PAHAM Cabang Sumatera Utara tersebut.
Karenanya, Khairul Anwar mendesak agar Indonesia mengambir peran aktif dalam kehidupan masyarakat internasional.
"Indonesia harus memanfaatkan pengaruhnya di ASEAN agar ada tindakan nyata dari anggotanya dalam persolan ini. Selain itu pemerintah juga dapat memanfaatkan posisi strategisnya di OKI untuk mendorong tindakan bersama untuk menolong masyarakat Rohingya tersebut". pungkasnya. --
Pengungsi Terdampar di Aceh Korban Traficking
Temuan sementara PAHAM Indonesia Cabang Aceh menyimpulkan bahwa para pengungsi yang terdampar di Aceh Utara adalah korban traficking. Hal ini dikatakan oleh Direktur PAHAM Cabang Aceh, Basri Effendi setelah melakukan wawancara dengan beberapa pengungsi. "Tidak semuanya orang rohingya, sebagian besar malah dari Bangladesh.
Mereka ini memang terusir dari negaranya, namun pergerakan mereka ini dikoordinasi oleh tekong. Bisa dikatakan mereka ini merupakan korban traficking. Seperti Tahvin dari Bangla, dia adalah simpatisan jamaah el islami yang sedang berseberangan dengan pemerintah Bangladesh".
Hasil temuan PAHAM Cabang Aceh, kelompok ini berjumlah 586 orang sebanyak 350 orang itu berasal dari Bangladesh selebihnya adalah orang rohingya.
"Mereka mengaku dikoordinir jaringan traficking intenasional, diiming-imingi akan dapat kehidupan yang lebih enak di Malaysia atau Australia.Dua nama yang sempat disebut yaitu Hasyim dan Musa, kaki tangannyalah yang kemudian memfasilitasi mereka untuk melakukan perjalanan", papar Basri Efendi.
Menurut keterangan para pengungsi, perjalanan laut yang mereka tempuh telah banyak memakan korban. "Sebelum terdampar ke Aceh, mereka ini sudah terkatung-katung selama 4 bulan di laut. Selama itu, kurang lebih sebanyak 100 orang telah meninggal dunia. Ini kan sangat memprihatinkan kita semua." terang pegiat dari PAHAM Indonesia tersebut.
Basri menjelaskan bahwa selama ini jenazah para korban yang meninggal langsung dibuat ke laut.
P A H A M INDONESIA
Jl. TB. Simatupang, Komplek Depsos RI No.19
Pasar Rebo, Jakarta Timur 13671.
Indonesia
Telp & Fax : +6221 - 8408232
Website PAHAM Indonesia :
e-mail PAHAM Indonesia :