‘KONSORSIUM ISLAM DAN KEBANGSAAN’
“Cetak Biru Organisasi Kemahasiswaan Islam demi Menyongsong Indonesia
yang Adil dan Beradab”
Senin, 15 Juni 2015
Auditorium Utama Harun Nasution UIN Jakarta
oleh DEMA FISIP UIN Jakarta
Jakarta, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta (15/6) menjadi saksi diprakarsainya sebuah agenda bersejarah tingkat kemahasiswaan di level nasional yakni ‘Konsorsium Islam dan Kebangsaan’ dengan tema “Cetak Biru Organisasi Kemahasiswaan Islam demi Menyongsong Indonesia yang Adil dan Berkeadaban” yang mempertemukan empat Ketua Umum Pengurus Besar atau Pusat organisasi kemahasiswaan Islam di Indonesia. M. Arief Rosyid (PB HMI), Aminuddin Ma’ruf (PB PMII), Andriyana (PP KAMMI), dan Beni Pramula (DPP IMM).
Acara yang diinisiasi oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FISIP UIN Jakarta dan dihadiri lebih kurang 700 peserta ini mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari berbagai kalangan. Baik dari mahasiswa, civitas akademika kampus, aparat pemerintah, ulama, media, dan para pemuka organisasi kemahasiswaan di tingkat nasional. Ketua pelaksana agenda ‘Konsorsium Islam dan Kebangsaan’ Rakhmat Abril Kholis mengemukakan bahwa agenda akbar ini bertujuan untuk menyatukan frekuensi ide dalam pembangunan Indonesia kedepan atas dasar kerangka Islam dan Kebangsaan. “Mahasiswa sebagai elemen yang tak terpisahkan dari negeri ini mempunyai peran yang paling sentral untuk mewujudkan Indonesia yang Adil dan Berkeadaban” pungkasnya. Seirama dengan Rakhmat, Ketua DEMA FISIP UIN Jakarta saudara M. Rifqi Syahrizal mengungkapkan bahwa perlu adanya sinergitas antar organisasi kemahasiswaan Islam. Ia juga menambahkan bahwa “Islam dan Kebangsaan akan terus menjadi perbincangan hangat ditengah-tengah elemen mahasiswa di Indonesia”.
‘Konsorsium Islam dan Kebangsaan’ ini dibuka oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA (Wakil Menteri Agama RI 2011-2014), dan dihadiri oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Prof. Dr. Yusron Razzak serta perwakilan dari Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA menegaskan, bahwa agama dan kebangsaan akan selalu menjadi wacana penting dalam masyarakat, terlepas waktu dan tempat. “Syura’-krasi, suatu counter demokrasi adalah pemikiran yang muncul di Indonesia, dengan asumsi bahwa demokrasi dan agama bisa berjalan sejalan dengan baik. Pemikiran inilah yang membuat Indonesia menarik untuk dilirik masyarakat luar, sebagai objek pembelajaran, serta sebagai subjek yang mencetuskan banyak pemahaman-pemahaman baru yang selaras dengan perkembangan jaman”. Paparnya.
Dalam paparannya pada sesi diskusi, perwakilan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjelaskan bahwa tidak ada isi dari Pancasila yang bertentangan dengan Islam. “Pancasila merupakan manifestasi dari adanya rasa ketuhanan yang tinggi dari masyarakat Indonesia.” Selaras dengan itu, perwakilan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), menegaskan bahwa jika ‘merebut kepemimpinan’ adalah cara untuk menuju Allah, organisasi mahasiswa Islam maka hanya akan berkecimpung untuk urusan politik dan akan melunturkan nilai Islamnya. “Memperbaiki akhlak Indonesia adalah cara untuk memperbaiki bangsa Indonesia itu sendiri”, tegasnya.
Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Andriyana memaparkan bahwa seharusnya pemuda/mahasiswa Islam menjadi garda terdepan dalam membela kemedekaan dan mengorbankan diri demi bangsa dan negara. “Dimanapun kaki umat Islam diinjakkan, di situlah masyarakat Islam harus berjuang. Saya ingin menekankan bahwa tidak adanya jarak antara Indonesia dan Islam, antara negara dan agama.” Seirama dengan Andriyana, Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Beni Pramula mengungkapkan bahwa jika arus globalisasi saat ini semakin meninabobokkan masyarakat Indonesia, bangsa ini pun akan semakin lemah khususnya dalam membangkitkan kembali kejayaan Islam. “Kita adalah pewaris umat Islam Indonesia dan kita berkewajiban untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia, membangun kejayaan”, pungkasnya.
Agenda ‘Konsorsium Islam dan Kebangsaan’ ini ditutup dengan sebuah momentum sejarah yang pertama kalinya diadakan di tingkat perguruan tinggi bahkan Indonesia yakni penandatanganan Piagam “I’tikad Baik Mahasiswa Islam dalam Membangun Bangsa” oleh para Ketua Umum empat organisasi kemahasiswaan Islam terbesar di Indonesia. (Rakhmat Abril Kholis/Release)