JAKARTA (voa-islam.com) - Pekerjaan terberat dimuka bumi adalah membangun manusia. Hal ini benar adanya. Sejak 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka, perjuangan bangsa dan negara di bidang pendidikan belum sampai pada apa yang kita harapkan bersama.
Hal ini membuktikan bahwa pendidikan anak bangsa tidak bisa diwujudkan dengan baik tanpa partisipasi dan kolaborasi banyak pihak yang memiliki komitmen tinggi membawa bangsa ini unggul, berdaya saing, dan terdepan dalam segala bidang.
Beragam dinamika pendidikan telah mewarnai perjalanan kemerdekaan bangsa ini. Namun, sekedar tidak puas lantas berpangku tangan juga bukan langkah yang menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, dengan segenap daya dan keterbatasan, mengapa tidak kita bergandengan tangan membangun pendidikan anak Indonesia. Di antaranya melalui Program Senyum Anak Indonesia.
Sejak 2001 LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mengambil positioning sebagai lembaga zakat berbasis pendidikan dan dakwah, telah menyelenggarakan berbagai program pendidikan gratis bagi siswa-siswi yatim dan dhu’afa mulai dari tingkat SD hingga PT dari Sabang hingga Merauke.
Berkat dukungan do’a, kontribusi pemikiran serta materi dari para dermawan, alhamdulillah kini telah berdiri 203 sekolah formal setingkat SD dan SMA, 7 pesantren tahfidz, 3 Sekolah Pemimpin dan 5 Perguruan Tinggi pencetak Da’i Sarjana.
Khusus untuk Sekolah Pemimpin dan PT kini telah berdiri di 5 kota di Indonesia yaitu di Depok, Malang, Surabaya, Balikpapan dan Batam.
Menyambut hari pendidikan nasional BMH kembali mengangkat program Senyum Anak Indonesia. Sebuah program terintegrasi dan berkelanjutan untuk menyambung cita-cita bagi siswa-siswi dhuafa khususnya yang berada di daerah pelosok pedalaman, kepulauan terpencil dan terluar Indonesia.
Berbagai program seperti Beasiswa Anak Indonesia, Beasiswa Sekolah Pemimpin, Beasiswa Kader Bangsa dan Beasiswa Penghafal Qur’an outcomes-nya didedikasikan agar mereka kelak dapat berkontribusi untuk bangsa antara lain dengan menjadi guru, dai, pegiat ekonomi syariah, profesional di bidang kedokteran, hukum dan lain sebagainya.
Di tahun ini, BMH kembali mengangkat program Support Peralatan Sekolah bagi anak-anak dhuafa di daerah pedalaman, kepulauan terpencil dan terluar di Indonesia sebagai penguat program yang telah dijalankan sekaligus menjawab kebutuhan siswa-siswi yang sangat memiliki keterbatasan sarana dan prasarana belajar.
Sebagai bagian dari entitas civil society, tentu BMH tidak bisa bergerak sendiri.
“Dibutuhkan sinergi dengan berbagai elemen bangsa mulai dari individu, pemerintah maupun swasta, baik yang bersumber dari dana zakat, sedekah, hibah, wakaf maupun CSR perusahaan untuk ikut menjadi bagian dalam merajut solusi untuk negeri,” ujar Ade Syariful Allam selaku Direktur Program dan Pendayagunaan BMH. [humasbmh/syahid/voa-islam.com]