View Full Version
Jum'at, 20 May 2016

Sejak Berdiri Al Washliyah Menghalau Paham Komunis

JAKARTA (voa-islam.com)— Seorang sosialis Belanda Henk Sneevliet dan Sosialis Hindia lain membentuk tenaga kerja di pelabuhan pada 1914, dengan nama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV). Para anggota Belanda dari ISDV memperkenalkan ide-ide Marxis untuk mengedukasi orang-orang Indonesia mencari cara untuk menentang kekuasaan kolonial dan bukan menuntut kemerdekaan untuk Indonesia. Ideologi ini terus berkembang dan menjadi partai politik yang terlarang hingga saat ini.

Pada 1930, tepatnya pada tanggal 30 November dimotori Ismail Banda, Arsyad Thalib Lubis, HAR Shihab berdiri satu ormas Islam bernama Al Washliyah misi berdirinya untuk menghalau ideologi komunis, melakukan pemurnian akidah, menuntut kemerdekaan dari imperialis penjajah.

Faham ideologi dimaksud saat itu sudah merangsak masuk pada tataran arus bawah masyarakat di Sumatera. Ditambah lagi terjadinya pertentangan kuat untuk memecah belah antara Muhammadiyah dan kaum tua di akhir 1920-an dan awal 1930-an. Al Washliyah hadir mengendalikan kondisi ini untuk menghindari konflik dan kontak pisik.

Kembali Al Wahliyah dihadapkan dengan gerakan misionaris, hingga Arsyad Thalib Lubis melakukan gerakan dakwah tanpa pernah melakukan persinggungan baik langsung maupun tidak kepada pihak misionaris hingga beliau dikenal para misionaris sebagai ulama kristolog yang santun, bijaksana dan cerdas. Hingga saat ini Sumatera Utara menjadi provinsi yang tidak pernah terjadi konflik beragama, kerukunan antar umat beragama terbangun dengan baik hingga kini.

Meskipun awal tradisional dan didukung oleh masyarakat arus bawah terutama di pedesaan, Al Washliyah suskes sebagai organisasi bertipe nasional dan bersama Muhammadiyah memberikannya kontribusi nyatanya untuk kepentingan umum saat itu. Politik dan dakwah menjadikan Belanda sangat gerah pada aktivitas para pemimpin organisasi-organisasi Islam ini yang dipercaya masyarakat menjadi juru bicara yang sah bagi Islam di Sumatera.

Melalui kekuatannya, Belanda menghalangi dengan aparat hukum konservatifnya. Hingga akhirnya dijawab dengan pembentukan sebuah asosiasi intelektual dan ulama di Medan dengan nama Ichwanus Safa Indonesia (ISI) pada tahun 1939. Al Washliyah dan Muhammadiyah sepakat menunjuk HAR Shihab sebagai ketua. Ini membawa Al Washliyah dan Muhammadiah ke dalam dialog dengan wartawan dan pejabat Belanda. Pada tahun 1941 Al Washliyah sebagai organisasi keagamaan terbesar di Sumatera, memiliki 12.500 siswa di 242 sekolah dan madrasah yang bernaung di dalamnya.

Pada 1941 itu juga, saat Kongres Islam Indonesia ketiga, Al Washliyah dipercayakan membentuk kantor pusat misionaris se-Indonesia, keberadaan ISI di bawah kepemimpinan utusan Al Washliyah HAR Shihab untuk membangun sebuah komite berbasis luas. Bulan Desember 1939, Al Washliyah menantang cemoohan Belanda untuk mulai menggunakan bahasa Indonesia daripada Belanda di pertemuan Dewan Medan.

Membangun diri untuk melakukan pergerakan dan pengembangan pendidikan, Ismail Banda salah satu tokoh pendiri Al Washliyah pada 1932 berangkat menuju Timur Tengah. Pergerakan untuk kemerdekaan Indonesia yang dilakukan Al Washliyah terjadi di sana dengan sarana dakwah, pendidikan dan politik luar negeri.

Kembali, pada kepemimpinan Dr KH Yusnar Yusuf, Al Washliyah kembali memperlihatkan dirinya ditengah-tengah kondisi penggerusan hampir pada seluruh aspek. Seperti mengulang sejarah masa lalu, Al Washliyah mendeklarasikan sikap dan rasa kebangsaannya melalui Deklarasi Kebangsaan Rabu (23/12/2015) tahun lalu.

Tiga isi deklarasi kebangsan itu yaitu; Pertama, bertekad mempertahankan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, menjaga semangat toleransi kerukunan umat beragama untuk hidup tetap toleran dalam kebhinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketiga, mendukung dan melibatkan diri secara aktif untuk merealisasikan dan mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan ketentraman bagi rakyat dengan penuh tanggungjawab.

“Kami adalah Ormas Islam yang tidak perlu untuk disanjung dan dipuji, karekteristik kami adalah berbuat sesuatu yang nyata. Jikapun kami meminta bantuan, maka kami hanya meminta sekali, tak akan pernah untuk mengucap dua kali. Untuk itu kami menghimbau kepada pemerintah dan seluruh komponen bangsa ini, mari sama-sama kita jaga marwah dan martabat bangsa. Tak terhitung pengorbanan untuk menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berdaulat. Khusus kepada pemerintah, kami himbau agar lakukanlah implementasi dengan kesungguhan hati atas isi dan kandungan Pancasila. Ini momentum saat memperingati hari Kebangkitan Nasional,” Kata KH Yusnar Yusuf Ketua Umum PB Al Washliyah melalui rilis resmi dari PB Al Washliyah, Jumat (20/05/2016).

Al Washliyah bertepatan dengan peringatan hari Kebangkitan Nasional menyatakan sikap menghalau paham komunis. Pernyataan dan sikap ini ditandai dengan sekaligus melakukan Muktamar Angkatan Puteri Al Washliyah (APA) dan Ikatan Guru dan Dosen Al Washliyah (IGDA) yang akan dilaksanakan pada Jumat ini (20/05/2016) di Bogor.* [Rilis/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version