Release:
Nusron Wahid Digugat dalam “Dialog Santri”
Sebuah diskusi dengan tajuk “Santri Bicara Pilkada DKI” digelar Rabu (24/8) siang tadi di warung Daun Cikin Jakarta. Nusron Wahid, ketua timses Ahok, diserang dalam forum ini karena dianggap menggunakan pemenggalan ayat suci Al Quran untuk memposisikan Ahok sebagai pemimpin. Yang memprihatinkan, kekuatan Ahok itu kemudian dibenarkan oleh sekelompok santri yang kemudian mempergunakan ayat yang salah penempatannya.
“Saya sayang sahabat saya Nusron Wahid, tetapi saya tidak setuju dengan sikap dan cara pandangnya. Sebagai pribadi saya tetap jaga hubungan baik. Tetapi ketika mas Nusron tidak sadar atau sengaja tidak mau menyadarkan dirinya tentang Asbabul Nuzul Ayat surat Arrahman itu Allah SWT turunkan, untuk siapa dan dalam kondisi apa Surat Arrahman itu Allah SWT turunkan?,” tegas M.Husni Mubarok, salah satu pembicara dalam tersebut.
Husni, yang mengaku berjiwa santri meskipun dia seorang Pengusaha Muda ini bukan mempersoalkan sosok calon gubernur.
“Mau siapa saja calonnya, saya tidak ada kepentingan. Cuma kalau calon itu kemudian dibenarkan dengan segala dalil yang dicari cari, itulah yang kami tidak bisa terima,” tambahnya.
MHM, begitu panggilan akrab mantan anak jalanan dan salah satu korban Kudatuli ini mengaku kecewa dialog dengan Nusron batal, karena Nusron tidak hadir.
“Kata panitia tadi Nusron ke Lombok. Mau diwakilkan juru bicara lain di teman Ahok juga tidak datang. Karena materinya dianggap 'terlalu berat'. Tapi saya masih ingin dialog dan mendapat penjelasan dari Nusron,” tegasnya.
Pada bagian lain, Husni menyebut, demokrasi tidak bisa dihindari. Maka, santri harus paham. Termasuk memahami memilih pemimpin.
“Santri juga punya peran besar dalam memerdekan bangsa ini, maka saat demokrasi hidup subur, juga saatnya berperan,“ tegasnya.
Pilkada DKI memperlihatkan betapa tidak mudah mencari sosok pemimpin. Orang yang hebat, bersih, tegas dan jujur dambaan masyarakat menjadi sulit dicari diantara 8 juta penduduk DKI. Rasanya hanya sedikit sosok yang dikenal, disukai dan diminati warga DKI. Pengkaderan partai politik yang lemah? Pengkaderan sejumlah ormas yang salah? Atau faktor lain.
“Ini tentu menjadi pelajaran besar bagi kita. Bahwa ada yang salah dalam pengkedaran pemimpin. Fakta banyak pemimpin hebat, tetapi kenapa tidak dekat dengan rakyat, kenapa tidak diminati rakyat?,“ tegas Husni pemuda asal Madura ini dengan lantang.
Bahwa fakta menunjukkan Ahok sebagai Gubernur dan calon Gubernur yang memiliki kans kuat menjadi Gubernur DKI sesuai monitoring lembaga Survey, sebenarnya belumlah sosok yang mewakili bangsa ini dalam konteks kesopanan, kesantunan dan komitmen kerakyatannya. Tetapi fakta menunjukkan belum ada sosok lain yang mampu menandingi. Kecuali disebut sebut nama Risma , Walikota Surabaya yang punya posisi seimbang. Nama Sandiago Uno belumlah mampu mengimbangi Ahok. “Meskipun kita belum tahu kehendak Allah SWT. “ tambahnya.
Acara yang diawali dengan pembacaan puisi SANTRI oleh penyair nasional D. Zawawi Imron ini dihadiri para santri dan aktivis Jakarta.
“Dialog ini menunjukkan ada dinamika pemikiran yang harus terus dibangun di masyarakat,“ tegas Husni yang pengusaha ini juga membagikan bukunya 'Muda, Jiwa Santri, Pengusaha'
Ditanya target acara ini, MHM menyebut beda pendapat adalah hal wajar, tetapi mengingatkan atas setiap langkah untuk kebaikan haruslah terus dilakukan.
“Saya bersahabat dengan Nusron Wahid atau santri yang lain. Tetapi kalau saya beda pendapat tentu boleh dan itu rahmad. Jadi, santri tetaplah santri. Tawadhu, saling hormati dan hargai,”
Sementara itu, Syafiq Ali’elhaa, narasumber lain menegaskan, Jakarta tidak bisa disebut kota santri, namun ia setuju kalau pembahasan santri dalam Pilkada ini adalah membahas nilai-nilai santri. Yakni menawarkan nilai pesantren dan nilai nilai yang dianut oleh santri.
Bahkan Syafiq,Direktur NU Online ini menegaskan, bahwa ada perbedaan sudut pandang itu biasa dikalangan santri. [syahid/voa-islam.com]