JEMBER (voa-islam.com) - Guru merupakan sosok yang memiliki kedudukan mulia. Karena kemuliaan itulah seharusnya guru diberi penghargaan yang tinggi. Namun saat ini, bukannya mendapat pengharagaan dan kemuliaan, para guru menghadapi berbagai dilema dan problematika, mulai dari problem kesejahteraan, kurikulum pendidikan, sarana pra sarana sekolah, out put dan rusaknya peserta didik, dan lain sebagainya.
Hal inilah yang dibahas dalam Diskusi Terbatas Guru Inspiratif pada Ahad, 26 Februari 2017. Diskusi yang diselenggarakan oleh Lajnah Khusus Sekolah (LKS) MHTI Jember pada Ahad, beberawa waktu yang lalu mengangkat tema “Idealisme Guru : Antara Harapan dan Realita”.
Meeting Room RM Ayam Bakar Wong Solo menjadi saksi dari puluhan guru dari berbagai SMP dan SMA sederajat di Jember yang antusias berdiskusi menyampaikan berbagai problem dan pemikiran. Banyak guru yang merasakan dilema, stres, pusing, miris karena berbagai problem yang dialami. Salah satunya diungkapkan oleh bu Eka Kirti, guru SMK Inklusi Jember.
“Baru dua tahun saya mengajar tapi sudah banyak masalah pendidikan yang tampak di depan mata, mulai dari gonta-ganti kurikulum yang bikin guru bingung, kurangnya anggaran pendidikan yang berdampak pada kurangnya kesejahteraan guru dan minimalnya sarana pra sarana sekolah,sampai rendahnya kualitas output peserta didik,” paparnya.
Akar permasalahan dan solusi dari berbagai problem tersebut dijawab tuntas oleh bu Endah Nabiha, S.Pd., Koordinator LKS MHTI Jember dan guru SMK Berdikari Jember selaku pemateri. Bu Endah menyampaikan bahwa banyaknya problem yang dirasakan guru disebabkan oleh sistem demokrasi-sekuler.
“Sistem sekuler-demokrasi yang bertentangan dengan Islam tidak menjadikan agama sebagai asas pendidikan. Sehingga tercetak banyak generasi yang jauh dari Islam,” paparnya.
Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang kurikulumnya integral berbasis aqidah Islam. Perangkat materi pendidikannya yang baku dan berisi rancangan pelajaran terintegrasi dengan aqidah Islam diberikan kepada anak berdasarkan level berfikir anak sehingga bisa meningkatkan level berpikir anak menjadi pemikir cemerlang. Metode pengajaran Islam adalah khithab dan talaqqiyan fikriyan.
“Metode pengajaran Islam adalah khithab dan talaqqiyan fikriyan, yakni guru sebagai penyampai ilmu dan proses penyampaian ilmu tersebut ditujukan agar siswa memahami ilmu tersebut dan mampu menggunakannya sebagai landasan sikap dan perilaku, sehingga tercetak generasi yang berkepribadian Islam,” papar bu Endah.
Tak hanya itu, terjaminnya fasilitas sekolah, kompetensi pendidik yang berkualitas, terjaminnya kesejahteraan guru, serta dukungan dari orang tua, masyarakat, dan negara menjadi faktor yang mewujudkan kegemilangan pendidikan Islam. Semua itu hanya bisa terwujud dalam naungan khilafah Islamiyah.
Para guru sepakat untuk mewujudkan sistem pendidikan Islam dalam naungan khilafah. Kesepakatan itu tertuang dalam Surat Terbuka Untuk Penguasa yang ditandatangani para guru. Setelah itu, para guru yang hadir pun membentuk Himpunan Guru Inspiratif. [kholishoh/syahid/voa-islam.com]