View Full Version
Sabtu, 19 Aug 2017

Aksi Heroik SMA Luqman al Hakim: Pekikkan Takbir, Lawan Kompeni Belanda

SURABAYA (voa-islam.com) - Peringati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 72, SMP SMA Luqman al Hakim Islamic Boarding & Full Day School Hidayatullah Surabaya lakukan upacara bendera dan aksi heroik perjuangan pahlawan.

Upacara dilakukan secara hikmat di lapangan pesantren Hidayatullah Surabaya. Diikuti 1000 lebih siswa mulai SD hingga SMA, Kamis (17/08/2017).

Setelah melakukan upacara bendera, siswa melakukan aksi heroik perjuangan pahlawan. Bak proses peperangan yang terjadi saat perebutan kemerdekaan, santri melakukan tragedi peperangan antara pejuang Indonesia dan Belanda.

Beberapa siswa menggunakan baju ala peperangan. Membawa tombak dan baju ala jawa. Kemudian perang pecah setelah serdadu Belanda datang menyerang sebuah desa yang dihuni oleh beberapa masyarakat.

Terjadi adu tembak dan masyarakat Indonesia dibunuh dan dibakar. Teatrikal ini terkesan  peperangan sungguhan. Seperti saat tragedi pembakaran, api berkobar setelah disulut bensin. Sehingga teatrikal sangat berkesan. Riuh tepuk tangan penonton pun menggembira.

Untuk menambah kesan, kompeni Belanda selalu identik menggunakan mobil besar, pada teatrikal yang dilakukan SMA Luqman al Hakim juga menggunakan mobil besar. Meski tidak persis mobil kuno tapi kesan kompeni belanda sangat terasa.

Aksi teatrikal ini dipungkasi dengan perobekan bendera Belanda yang diiringi pekikkan Takbir..Allahu Akbar…Allahu Akbar..Allahu Akbar.. Persis kejadian di hotel Yamato di Surabaya. Perobekan bendera Belanda dilakukan di atas gedung lantai empat SMP SMA Luqman al Hakim. Rasa semangat kepahlawanan terasa saat perobekan bendera belanda.

Bendera sang saka merah putih dibawa dari atas gedung ke bawah dengan aksi rafling oleh salah seorang siswa SMA Luqman al Hakim. Rafling sudah sering dilakukan oleh siswa karena menjadi bagian ekstrakurikuler wajib.

Salah seorang pelakon teatrikal, Agil, mengatakan ide teatrikal ini muncul dari semangat kepahlawanan. Latihan ini dilakukan sekitar satu pekan.

“Latihan kami lakukan malam hari saat tidak ada kegiatan pesantren. Karena kami santri boarding school sehingga waktu luangnya hanya malam hari,” tutur santri asal Surabaya ini. “Merdeka, merdeka, merdeka,” imbuhnya semangat.

Pelakon lainnya, Deas Felice, seorang santri yang peragakan sebagai jendral kompeni berusaha melafalkan bahasa Belanda.

“Susah juga latihannya, tapi satu pekan dilatih akhirnya bisa juga,” tukasnya sambil tertawa. [ril/syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version